Kecelakaan di Namang Koba dan Sekitar Tewaskan 18 Orang, Begini Kesaksian Sopir dan Warga Sekitar

  • Oleh : Fahmi

Selasa, 05/Jul/2022 16:37 WIB
Lokasi kejadian laka lantas tadi malam, Minggu (3/7/2022) di ruas Jalan Namang-Koba tepatnya di Dusun Pal Empat, Desa Penyak, Koba, Bangka Tengah yang menyebabkan dua orang pengendara sepeda motor meninggal dunia. Lokasi kejadian laka lantas tadi malam, Minggu (3/7/2022) di ruas Jalan Namang-Koba tepatnya di Dusun Pal Empat, Desa Penyak, Koba, Bangka Tengah yang menyebabkan dua orang pengendara sepeda motor meninggal dunia.

BANGKA (BeritaTrans.com) - Kecelakaan di Namang - Koba, Kabupaten Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung dan sekitarnya kerap terjadi. 

Sepanjang 2022 ini saja, total ada 18 korban tewas akibat kecelakaan maut di sepanjang ruas jalan tersebut. 

Baca Juga:
Tabrakan Beruntun di Jalur Pantura Probolinggo, Pemotor Tewas

Para sopir dan warga sekitar memberi kesaksian mengenai rawannya kecelakaan di Namang - Koba dan sekitarnya ini. Seperti Uda (56) tahun pemgemudi mobil Mitsubishi Colt L300 angkutan kota dalam provinsi (AKDP) jurusan Koba-Pangkalpinang. 

Pria tersebut untuk ke Pangkalpinang, dia harus melewati Jalan Raya Koba-Namang, sejauh lebih kurang 34 kilometer. Jalur ini terkenal sebagai jalur maut karena rawan dan sering terjadi kecelakaan. 

Baca Juga:
Truk Pengangkut Alat Berat Alami Tabrakan Beruntun di Balikpapan, 5 Tewas

Kendati puluhan tahun menjadi sopir, Uda mengaku tetap waspada jika melintasi jalur ini. Bahkan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, dia selalu menjaga kondisi mesin mobil tetap prima. 

Apalagi belum lama ini terjadinya beberapa kecelakaan yang merenggut  korban jiwa di ruas jalan tersebut, sehingga dirinya semakin meningkatkan kewaspadaan. 

Baca Juga:
Kecelakaan Beruntun 7 Kendaraan di Jalan Raya Bogor Ciracas, Pemotor dan Kenek Truk Tewas

“Sepekan terakhir sudah tiga orang yang tewas karena kecelakaan di Jalur Koba-Namang. Jadi sebagai sopir kita harus lebih berhati-hati. Keselamatan penunpang adalah yang paling utama,” ujar Uda kepada wartawan, Senin (4/7/2022). 

Warga asal Kelurahan Simpang Perlang, Kecamatan Koba ini mengakui sejak dulu jalur Koba-Namang dikenal sebagai jalur maut karena banyak korban kecelakaan yang meregang nyawa. 

Dia sendiri beberapa kali sempat menyaksikan langsung terjadinya kecelakaan, khususnya di ruas jalan antara Desa Kurau-Desa Terentang III yang berjalan lurus dan mulus. 

“Kecelakaannya disebabkan oleh banyak hal, seperti pecah ban dan kendaraan oleng karena sopir yang mengantuk,” bebernya. 

Uda mengaku entah mengapa terkadang dirinya juga sempat tiba-tiba mengantuk ketika melintas di ruas jalan tersebut. 

Namun beruntung masih bisa mengendalikan laju kendaraan. “Kadang-kadang saya juga bisa cepat ngantuk kalau lewat di situ,” ungkapnya. 

Ia juga menduga kondisi jalan yang mulus dan lurus membuat sopir tergoda untuk mengebut alias tancap gas. 

"Kalau lewat jalan itu, kita tancap gas 100 km/jam saja kayak enggak terasa karena jalannya lempeng. Jadi merem dikit (ngantuk-red) saja pasti bahaya dan oleng. Ujung-ujungnya kalau enggak terbalik ya pasti nabrak pengendara lain," katanya. 

Lanjut Uda, saat malam hari ruas jalan Desa Kurau-Desa Terentang III makin rawan. Pasalnya, kondisi jalan sepi ditambah minimnya lampu jalan sehingga pengemudi harus ekstra hari-hati. 

"Saya sih kalau sudah malam mending pilih pelan-pelan aja, karena kalau nyetir tapi merinding ketakutan pasti enggak fokus melihat  jalan di depan," terangnya. 

Jalur Maut 

Sementara Suparman (62) atau Mang Kian, tokoh masyarakat Dusun Pal Empat, Desa Penyak sekaligus orang yang dituakan di kampung tersebut mengatakan ruas jalan Desa Kurau Timur - Dusun Pal Empat dikenal sebagai jalur maut. 

Mang Kian menyebut, bukan hanya sekarang, kecelakaan di ruas jalan tersebut sudah terjadi sejak dulu, bahkan ketika dia masih kecil. 

"Saya dari tahun 1988 tinggal di Dusun Pal Empat, dan memang setiap tahun selalu ada orang yang kecelakaan dan meninggal dunia di sini," ucap Mang Kian kepada wartawan, Senin (4/7/2022). 

Namun lanjut Mang Kian, kecelakaan hampir tidak pernah terjadi di daerah pemukiman warga, melainkan di jalan raya antara Dusun Pal Empat-Desa Kurau Timur. 

Padahal menurutnya jalan di kawasan tersebut kondisinya bagus dan mulus bahkan sejak pertama kali ia tinggal di situ. 

"Dari dulu jalannya memang bagus dan mulus, makanya kok bisa banyak orang yang kecelakaan," ujarnya. 

Terpisah Amir (72), warga Desa Kurau Timur yang mengaku hampir setiap malam melewati jalur tersebut mengimbau warga untuk berhati-hati. Apalagi saat berkendara malam hari. 

“Alangkah lebih baiknya untuk berdoa dan berkendara secara tenang serta tidak terburu-buru. Tetap aja fokus berkendara, jangan melamun, enggak usah ngebut dan jangan lupa berdoa," pesan Mang Kian. 

18 Korban Jiwa 

Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Bangka Tengah mencatat, sepanjang 2022 jumlah korban jiwa karena kecelakaan di Kabupaten Bangka Tengah mencapai 18 orang dari 20 kasus yang terjadi. 

Kanit Gakkum Satlantas Polres Bateng, Bripka Hadi Wijaya mengatakan, 20 kasus tersebut sudah termasuk dua peristiwa laka lantas yang terjadi pada Jumat (1/7/2022) dan Ahad (3/7/2022) malam. 

"Jadi total ada 20 kasus laka lantas yang terdata di kami. Sedangkan korban jiwa ada 15 orang, ditambah 1 korban jiwa kecelakaan di Desa Guntung, Jumat lalu dan 2 korban jiwa pada kecelakaan di Dusun Pal Empat, Desa Penyak tadi malam, menjadi 18 orang," ungkap Hadi. 

Ia menjelaskan berdasarkan data sebagian besar peristiwa laka lantas tersebut terjadi di ruas Jalan Namang-Koba. 

Dia mengatakan, ruas Jalan Namang-Koba memang bisa dikatakan sebagai jalur maut. Terbukti dengan banyaknya para pengendara yang tewas karena mengalami kecelakaan. 

"Dibanding dengan ruas jalan yang lain, ruas jalan Namang-Koba memang lebih sering terjadi peristiwa laka lantas," ujarnya. 

Padahal rambu-rambu lalu lintas di kawasan tersebut terbilang cukup lengkap dan tersebar di banyak titik, termasuk rambu keterangan batas kecepatan maksimal ataupun rambu-rambu peringatan lainnya. 

Lanjut dia, ruas jalan yang sering memakan korban tersebut kondisi jalannya mulus dan lurus bahkan tergolong tidak ada hambatan. 

“Memang sedikit aneh, tapi kondisi jalan seperti itulah yang membuat para pengendara kerap mengebut dan mengantuk saat menyetir,” ucapnya. 

Terbukti, kata Hadi dari data yang dihimpun mayoritas kecelakaan yang terjadi di ruas jalan tersebut dikarenakan human error seperti kelelahan dan mengantuk sehingga fokus berkendara menjadi hilang. 

Maka dari itu, dirinya menyarankan para pengendara agar jangan ragu berhenti terlebih dahulu apabila rasa kantuk mulai muncul. 

"Berhenti saja sebentar sekitar 3-5 menit, regangkan tubuh atau basuh muka biar kantuknya hilang," saran Hadi.  

Dewan Minta Rambu-Rambu Ditambah 

Sepekan terakhir, 3 warga tewas dalam 2 kecelakaan lalu lintas di ruas jalan Pangkalpinang-Koba, terutama di jalur dari Desa Namang sampai Desa Guntung, Kecamatan Koba, Bangka Tengah. Padahal kondisi jalan di daerah itu bagus dan mulus. 

Anggota DPRD Provinsi Bangka Belitung, Mulyadi menilai salah satu penyebab kecelakaan adalah kurangnya rambu-rambu lalu lintas di daerah yang rawan kecelakaan tersebut. 

"Penerangan jalan masih kurang, kemudian garis besar batas jalan berwarna putih dan rambu lainya kurang dipasang. Bukan hanya yang di tengah jalan tetapi pinggirnya," kata Mulyadi kepada wartawan, Senin (4/7). 

Anggota DPRD Bangka Belitung dari dapil Bangka Tengah ini menambahkan, dirinya sering melewati jalan yang sering terjadi kecelakaan tersebut dari Desa Namang ke Desa Guntung, Koba. 

"Kami ini juga sebagai pengguna jalan sering melewati jalan itu. Memang rampu jalan kurang, ditambah karena kondisi jalan lurus, sehingga membuat pengendara ingin gas kendaraannya terus. Akibatnya banyak kejadian kecelakaan di jalan lurus," ungkapnya. 

Politikus Partai Nasdem ini mengharapkan adanya evaluasi dilakukan oleh pemerintah, baik dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dan instansi terkait lainya. 

"Kami dari dapil Bangka Tengah mengharapkan pemerintah menyampaikan hal ini ke pusat, karena status itu jalan pemerintah pusat. Jangan lagi memakan korban di lokasi itu. Evaluasi dilakukan dari penambahan rambu-rambu jalan," tegasnya. 

Mulyadi menegaskan, mengenai aturan dan rambu-rambu perlu ditekankan, karena kecelakaan yang terjadi dapat ditekan, tidak hanya pasrah kepada takdir. 

"Kalau takdir itu memang dari Maha Kuasa. Tetapi dari kita itu perlu mengantisipasi, seperti memasang rambu-rambu InsyaAllah akan berkuramg. Terutama untuk jalan lurus yang sering dilewati, karena di situ perlu hati-hati jangan sampai lengah," tegasnya. 

Jalan Tak Sesuai Standar 

Pengamat Transportasi yang juga Dosen Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung (UBB) Ormuz Firdaus menilai ruas  jalan Pangkalpinang-Koba merupakan jalan nasional dengan fungsi jalan kolektor primer dengan panjang jalan 21,8 km dari batas Kota Pangkalpinang-Namang dan 34,9 km ruas jalan Namang-Koba. 

Menututnya, mengacu pada UU Nomor 38 tahun 2004 tentang jalan, standar lebar badan jalan minimal 7 meter, dengan perkiraan bisa dilalui kendaraan dengan kecepatan di atas 40 km/jam. 

Namun secara eksisting, beberapa segmen ruas jalan masih ada yang memiliki lebar jalan 5,5 meter terutama pada daerah pemukiman, sehingga tidak memenuhi standar minimal lebar jalan. 

Ruas jalan ini terbagi menjadi 2 jalur 2 lajur terbagi 50 persen - 50 persen dengan pemisah jalan berupa garis putih putus-putus. 

"Berdasarkan hasil analisis perhitungan accident rate perkilometer, ruas jalan Pangkalpinang-Koba dikategorikan tingkat kecelakaan relatif sedang, namun beberapa lokasi diidentifikasikan sebagai titik rawan kecelakaan (black spot) dan wilayah rawan (black zone)," jelas Ormuz. 

Dari kecelakaan tersebut sebesar 67 persen dikarenakan faktor kelalaian pengemudi. Dengan lebar jalan yang relatif sempit (minimal 7 meter), faktor jalan pada ruas jalan ini menjadi faktor pengaruh juga sebagai penyebab kecelakaan. 

Selain itu menurutnya, diketahui jarak pandang henti (Jh) di lapangan lebih kecil dari jarak pandang minimum yang ditentukan dan daerah kebebasan samping menunjukkan bahwa ketersediaan daerah kebebasan samping sebagai daerah kebebasan jarak pandang tidak memenuhi, maka setiap halangan seperti pohon sejauh 2-3,5 meter harus ditiadakan. 

Sikap Pengemudi 

Ormuz menilai, dengan kondisi jalan yang baik, namun tanpa disadari lebar jalan yang relatif sempit ini, pengemudi cenderung untuk berkendara melebihi batas kecepatan (over speeding). Ini berhubungan dengan sikap (attitude) pengemudi. 

"Untuk itu perlu dilakukan perbaikan terhadap ruas jalan sesuai dengan standar ruas jalan nasional dan standar laik jalan. Melakukan audit keselamatan jalan dengan ruas jalan yang lebih luas dan hasil audit keselamatan jalan dapat dijadikan dasar untuk melakukan langkah-langkah penanganan yang tepat, sehingga mampu mencegah, mengurangi kemungkinan terjadinya, serta mengurangi tingkat fatalitas korban kecelakaan lalu lintas," sarannya. 

Tak hanya itu, yang lebih penting dengan meningkatkan budaya tertib aturan lalu lintas, untuk mewujudkan lalu lintas yang aman, selamat, tertib, lancar dan mampu diimplementasikan pada saat berlalu lintas. 

Secara umum ada empat faktor utama penyebab kecelakaan lalu lintas yaitu faktor kesalahan manusia, hal ini berkaitan dengan perilaku pengemudi. 

"Seperti contoh mengantuk, tidak fokus, kelelahan, belum lancar mengemudikan kendaraan, atau mengemudi secara ugal-ugalan yang mengabaikan keselamatan jalan," ungkap Ormuz. 

Bisa juga diakibatkan karena  berkendara di bawah pengaruh obat-obatan, dalam kondisi mabuk atau perilaku mengemudi sambil melihat ponsel. 

Dikatakannya, faktor kedua yaitu faktor kondisi jalan, misalnya jalan berlubang, tikungan terlampau tajam, lebar jalan tidak memenuhi standar, perlengkapan jalan tidak terpenuhi, hingga penerangan yang minim di malam hari. 

Faktor ketiga yaitu kondisi kendaraan yang digunakan, misalnya, kondisi rem yang blong, kondisi kopling, kondisi tekanan pada ban, lampu kendaraan tidak berfungsi, atau karena bawaan kelebihan muatan. 

"Faktor keempat adalah faktor alam, seperti banjir, gempa bumi, kabut tebal, dan sebagainya. Kondisi alam yang sangat sering mempengaruhi kecelakaan lalu lintas adalah hujan deras. Akibatnya, jalanan menjadi basah, licin, dan memperpendek jarak pandang pengendara," jelas Ormuz.(fh/sumber:bangkapos)