Khawatir tambah Kemacetan, ALFI Minta Pengembangan Terminal Kalibaru Dikaji Ulang

  • Oleh : Redaksi

Jum'at, 14/Okt/2022 16:54 WIB
Angkutan kontainer di  Pelabuhan Tanjung Priok Angkutan kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok

JAKARTA(BeritaTrans.com) - Pengembangan terminal Kalibaru (New Priok Container Terminal One -NPCT1)  perlu dilengkapi dengan  kajian komprehensif termasuk upaya mengatasi dampak kemacetan. 

 Pelaku usaha logistik menyatakan pengembangan terminal Kalibaru dengan tujuan perluasan kapasitas area layanan pelabuhan Tanjung Priok merupakan hal positif. 

Baca Juga:
Kasus Dana Pensiun Pelindo, Masuki Babak Baru Negara Rugi Ratusan Miliar!

Namun hal itu masih perlu dikaji kembali khususnya yang berkaitan dengan akses keluar masuk bagi  pengguna jasa (hinterland) pelabuhan Tanjung Priok yang sebagian besar berlokasi dari wilayah Banten dan Cibitung - Cikampek (Jawa Barat) dari dan ke pelabuhan tersibuk di Indonesia itu. 

"Sebab saat ini jika melihat akses yang masih proper adalah jalur toll Jakarta-Cikampek (Japek) yang kemudian lanjut ke Jakarta Outer Ring Road (JORR). Sedangkan akses toll Cibitung - Cilincing - Tanjung Priok dipastikan akan menjadi tambahan biaya cukup besar bagi pelaku usaha/industri yang berlokasi di Cikarang hingga Cikampek karena harus keluar toll Japek melalui pintu Cibitung kemudian lanjut toll Cibitung - Cilincing - Tanjung Priok," ujar Wakil Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Trismawan Sanjaya. 

Baca Juga:
Pelindo Rombak Direksi Subholding Peti Kemas, Ini Susunannya

Dia juga menekankan perlunya pertimbangan sarana pendukung kegiatan pelabuhan (ekspor, impor maupun domestik) yang terintegrasi dan kelancaran aksesnya dalam program pengembangan Terminal Kalibaru oleh Pelindo. 

Sementara itu, Ketua DPW ALFI DKI Jakarta, Adil Karim mengungkapkan pengembangan Terminal Kalibaru masih perlu kajian yang lebih komprehensif terkait aksesnya supaya tidak menambah tingkat kemacetan jalur distribusi dari dan ke Priok. 

Baca Juga:
Kemenhub Tingkatkan Peranan Pelabuhan Labuan Bajo Melalui Skema KSP Barang Milik Negara

Namun, Adil mengatakan pengembangan Terminal Kalibaru boleh saja dilakukan tetapi tidak harus terlalu dipaksakan karena kapasitas terpasang pelabuhan Tanjung Priok saat ini juga belum maksimal. 

"Yang paling utama adalah bagaimana akses ke dan dari pelabuhan Priok dicarikan solusinya supaya kelancaran arus barang ekspor dan impor serta domestik dapat tercapai untuk daya saing logistik kita," ucap Adil. 

Dia menambahkan, hinterland sebagai penyanggah pelabuhan Tanjung Priok saat ini lebih dominan berada disisi timur mulai dari Bekasi hingga Kerawang dan sekitarnya. 

Kerenanya, yang diperlukan saat ini adalah akses untuk kelancaran arus barang dari dan ke pelabuhan Priok. 

"Soalnya saat ini sudah menjadi suatu momok bagi pengusaha logistik maupun transportasinya jika jelang weekend selalu terjadi kemacetan yang dampaknya ke sosial ekonomi mulai dari kemacetan hingga adanya potensi kejahatan di jalan," paparnya. 

Adil juga mengingatkan, bahwa pada awalnya pembangunan proyek New Priok Container Terminal-One (NPCT-1) atau terminal Kalibaru dibangun ada rencana akses yang dihubungkan ke dan dari pelabuhan sehingga tidak mengganggu jalan yang sudah ada atau eksisting yang digunakan oleh seluruh masyarakat pengguna jalan. 

"Untuk itu perlu dipikirkan terlebih dahulu bagaimana supaya akses dapat dibangun terkoneksi langsung ke pelabuhan Priok yang akan dikembangkan misal dengan tol Cibitung - Cilincing perlu dibuat sodetan untuk menuju langsung ke pelabuhan NPCT 1 dan NPCT 2 sehingga nantinya truk kontainer tidak menumpuk diarea satu titik," jelas Adil. 

Diketahui, PT Pelindo menargetkan kelanjutan proyek terminal Kalibaru pada akhir bulan ini sudah bisa memulai konstruksi. Pembangunan akan dimulai untuk Terminal Container 2 (CT2) senilai Rp 4 triliun, Terminal Produk 1, dan sebagian lahan reklamasi Terminal Kontainer 3.   (lam/ny]