Analisa BMKG Mengenai Gempa di Turki: Jadi Warning bagi Indonesia

  • Oleh : Fahmi

Kamis, 23/Feb/2023 19:54 WIB
Foto:Istimewa Foto:Istimewa

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa gempa dahsyat di Turki dan Suriah membuat Indonesia lebih bisa mengerti potensi bahaya bencana yang ada di tanah air. 

"Gempa Turki memberikan warning bagi kita yang ada di Indonesia, yang juga merupakan wilayah yang rawan terhadap gempa yang dipicu sesar aktif," kata Kepala Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers Analisis Pembelajaran Gempa Bumi Turki untuk Indonesia, Kamis (23/2/2023).

Baca Juga:
BMKG: Indonesia Bakal Terjadi Kemarau Kering Karena Fenomena El Nino

Dwikorita mengatakan, gempa di Turki mengingatkan, bahwa sesar aktif dan pergerakan geser mendatar atau strike slip dapat menyebabkan kejadian gempa katastrofi, dan gempa yang kompleks.

Di Indonesia, terdapat beberapa sesar geser mendatar. Jadi, perlu kajian mengenai zona-zona tersebut.

Baca Juga:
Update Gempa Bumi Magnituto 7,3 di Mentawai, Ini Penjelasan BMKG!

"Perlu kajian yang komprehensif mengenai zona sesar geser di Indonesia: Sesar Besar Sumatera, Sesar Palu-Karo, Sesar Matano, Sesar Cimandiri, Sesar Opak, Sesar Gorontalo, Sesar Tarera Aiduna, Sesar Yapen, dan lainnya," katanya.

Dwikorita pun menyampaikan gempa besar pernah terjadi di Indonesia dalam waktu berdekatan.

Baca Juga:
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Buruk di NTT dan NTB Hingga 11 April

"Fenomena ini (gempa Turki) berikan peringatan bagi Indonesia untuk menyadari ada potensi multi segmen yang sangat mungkin terjadi. Fenomena serupa pernah terjadi di Pulau Lombok tahun 2018, yang diguncang oleh lima gempa kuat dalam waktu tiga minggu, dengan Magnitudo 6,4; 7,0 ; 6,2; dan 6,9," kata Dwikora.

Gempa bumi di Turki kemarin terjadi di kota-kota besar yang berdekatan dengan sesar aktif. Di Indonesia pun, ada beberapa kota besar yang berdekatan dengan sesar aktif.

"Kota besar yang banyak penduduk perlu mewaspadai. Mewaspadai gempa seperti yang berdekatan dengan Sesar Besar Sumatera, Sesar Lembang, Sesar Opak di Yogyakarta, Salau Palu-Karo, dan lain-lain," kata Dwikora.

Menurut BMKG, perlu ada penguatan sistem mitigasi gempa bumi di Indonesia. Seperti penguatan riset dan teknologi, penguatan sistem monitoring kegempaan, pemutakhiran, dan pengembangan peta bahaya gempa.

Selain itu, menurut BMKG, perlu ada penguatan kajian getaran tanah dan memperhatikan konstruksi bangunan tanah gempa dengan building code.

"Di Turki, data lengkap, kajian lengkap, alat-alat lengkap, monitoring lengkap, building code ada. Tapi, kenapa terjadi seperti itu (banyak korban). Sementara menyimpulkan, kejadian itu karena ada ketidaksambungan antara yang melakukan kajian atau yang lakukan pemetaan dengan (penerapan) building code," katanya.

BMKG pun mengimbau pemerintah, khususnya pemerintah daerah, mulai menerapkan aturan bangunan tahan gempa di kawasan-kawasan rawan dekat Sesar aktif.

"Yang melakukan penerapan adalah pemerintah daerah itu. Sarannya, nomor satu asesmen dulu bangunan yang ada saat ini, apakah sudah memenuhi standar building code yang baru," katanya.

Dwikorita juga menerangkan perlu ada pelatihan kepada pekerja atau pembuat bangunan di daerah rawan gempa.

"Pelatihan tukang-tukang yang bangun konstruksi agar tahu membangunnya," katanya.(fhm)