Oleh : Naomy
TANGERANG (BeritaTrans.com) - Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan (Perum LPPNPI) atau yang lebih dikenal dengan nama AirNav Indonesia, kembali sabet penghargaan dalam penerapan program-program tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL).
Penghargaan yang berhasil diraih oleh BUMN penerbangan tersebut kali ini adalah CSR Outlook 2023 Award untuk kategori Best Practice in Creating Shared Value (CSV).
Baca Juga:
Jurus InJourney Airports dan AirNav Dukung Peningkatan OTP Maskapai Penerbangan
”Alhamdulillah, penghargaan ini memiliki makna yang begitu besar bagi kami, sebagai bentuk apresiasi atas upaya-upaya perusahaan dalam mengemban tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat. Penghargaan yang selama kurun empat tahun berturut-turut kami peroleh ini, juga semakin memicu semangat kami untuk dapat terus memberikan yang terbaik kepada masyarakat juga perusahaan,” ungkap Direktur Keuangan AirNav Indonesia Azizatun Azhimah, Jumat (28/7/2023).
Perempuan yang biasa disapa Azizah ini menyampaikan, CSV atau Creating Shared Value merupakan sebuah konsep yang dianut Airnav dalam menerapkan program-program TJSL.
Baca Juga:
Dampak Erupsi Gunung Lewotobi, 5 Bandara Ditutup Sementara
CSV adalah sebuah konsep dalam strategi bisnis yang menekankan pentingnya memasukkan masalah dan kebutuhan sosial dalam perancangan strategi perusahaan.
”CSV merupakan pengembangan dari konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau yang biasa dikenal dengan Corporate social responsibility (CSR),” ujarnya.
Baca Juga:
Dukung Bali International Airshow, AirNav Pastikan Penerbangan Reguler Berjalan Lancar
Sederhananya, imbuh dia, CSV merupakan suatu kebijakan dan proses teknis operasional yang meningkatkan nilai-nilai kompetitif perusahaan dan secara bersamaan memajukan kondisi sosial dan ekonomi.
Sinergi yang secara bersamaan saling menguntungkan masyarakat maupun perusahaan.
Program TJSL berkonsep CSV yang berhasil memboyong penghargaan tersebut kata dia, adalah Sky Clear Programme, yaitu program pemberdayaan masyarakat di Kota Pekalongan dan Kabupaten Wonosobo.
"Prorgam tersebut dijalankan dalam rangka meminimalisasi aktivitas pelepasan balon udara tradisional oleh masyarakat yang berdampak terhadap keselamatan penerbangan," ujarnya.
Program ini dinilai efektif dan berhasil memadukan kepentingan perusahaan dalam mengantisipasi gangguan keamanan dan keselamatan penernbangan, serta berkontribusi dalam mengupayakan terjadinya pertumbuhan ekonomi masyarakat di kedua wilayah tersebut.
Sebagaimana diketahui, aktivitas pelepasan balon udara tradisional secara liar diklaim oleh sebagian besar masyarakat Kota Pekalongan maupun Kabupaten Wonosobo sebagai tradisi budaya lokal yang harus terus dipertahankan.
Aktivitas ini memanfaatkan momentum Syawalan, yaitu tradisi perayaan umat muslim yang dilaksanakan seminggu (H+7) setelah Hari Raya Idul Fitri.
Masyarakat menganalogikan pelepasan balon ke udara saat Syawalan sebagai bagian dari pembersihan diri setelah mengakhiri ibadah puasa Ramadhan maupun puasa Syawal.
Semakin jauh dan semakin tinggi balon udara lepas, maka semakin jauh pula dosa-dosa ikut terbang melayang.
Tidak sekadar diterbangkan, balon yang berbahan baku kertas minyak dan memanfaatkan asap pembakaran sekam padi untuk membuatnya melayang itu, juga kerap ditambahi petasan sebagai pernak-pernik yang membuatnya semakin atraktif.
"Meski banyak kasus kecelakaan yang disebabkan oleh aktivitas pelepasan balon udara liar, masyarakat tetap melanjutkan tradisi tersebut higga saat ini," tambah Azizah.
Hingga pada akhirnya, pergerakan liar balon-balon tradisional itu di udara mampu melampaui ruang udara yang menjadi perlintasan pesawat terbang dan mengganggu aktivitas penerbangan di jalur teresbut.
Pemerintah melalui Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 40 Tahun 2018 Tentang Penggunaan Balon Udara Pada Kegiatan Budaya Masyarakat, mensyaratkan penggunaan balon udara tradisional oleh masyarakat dengan cara ditambatkan.
”Program-program CSV yang dijalankan oleh AirNav baik di Pekalongan maupun Wonsobo ini, sedianya dapat menjadi wadah bagi kami untuk berinteraksi dengan masyarakat dalam menyosialisasikan serta memberikan edukasi tentang keamanan dan keselamatan penerbangan,” tutur Azizah.
Senada dengan itu, Sekretaris Perusahaan AirNav Indonesia Hermana Soegijantoro menambahkan, sepanjang tahun 2017 hingga tahun 2023, perusahaannya menerima sedikitnya 385 laporan pilot perihal gangguan balon udara di jalur penerbangan Jakarta – Surabaya dan sebaliknya.
Salah satu laporan pilot yang diterima Airnav menyebutkan, secara visual pilot melihat balon udara melayang pada ketinggian 35 ribu kaki atau sekitar 10,6 kilometer di atas permukaan laut, dan terus naik.
"Tidak hanya satu balon yang terdeteksi, namun puluhan balon terlihat jelas di ruang udara pada rute penerbangan berkode navigasi W45, yang menjadi salah satu rute domestik tersibuk di dunia itu," ucapnya.
Namun, frekuensinya terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun, karena masyarakat sudah semakin mengerti dan memahami tentang bahaya yang dapat terjadi akibat pelepasan balon udara secara liar.
"Terima kasih kami ucapkan untuk seluruh pihak yang telah mendukung dalam melaksanakan program-program TJSL, tidak hanya di Kota Pekaloongan dan Wonosobo. Tetapi juga di seluruh wilayah kerja kami,” pungkas Hermana. (omy)