Pengamat: Kecelakaan di Gerbang Tol Ciawi Harus jadi Koreksi Semua Pihak!

  • Oleh : Naomy

Kamis, 06/Feb/2025 08:31 WIB
Gerbang Tol Ciawi Gerbang Tol Ciawi

 

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Kecelakaan yang terjadi di gerbang tol Ciawi harus menjadi koreksi dan evaluasi bagi semua pihak agar tidak terjadi lagi peristiwa yang sama di kemudian hari.

Baca Juga:
Kecelakaan Beruntun di Gerbang Tol Halim, Ini Kronologi Penyebabnya!

Salah satu yang harus dievaluasi menurut Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio, adalah penggunaan kartu e-Toll.

"Seperti diketahui, banyaknya korban dalam kecelakaan yang terjadi di gerbang pintu tol Ciawi itu karena terjadinya penumpukan atau antrean kendaraan di pintu tol. Hal itu disebabkan terjadinya kesulitan dari salah satu pengendara mobil yang tidak bisa menggunakan kartu e-Tollnya untuk membuka pintu tol," ungkap Agus, Kamis (6/2/2025).

Baca Juga:
Mobil Grand Max Tabrak Truk di Tol Cipali, 1 Tewas

Dia mengatakan, kecelakaan yang terjadi di gerbang pintu tol Ciawi ini tidak bisa hanya menyalahkan satu pihak saja seperti pengendara truk yang mengalami rem blong kemudian menabrak semua mobil yang antre di pintu tol.

Semua pihak, baik itu Kementerian Perhubungan, Kementerian PUPR, Korlantas, dan pihak Jasa Raharja serta dan para pengemudi kendaraan harus bertanggungjawab atas terjadinya peristiwa tersebut.

Baca Juga:
Bus Rombongan Sekolah di Sidoarjo Kecelakaan di Tol Ngawi, Satu Guru Meninggal

“Terjadinya korban yang sangat banyak seperti yang terjadi pada kecelakaan di pintu tol Ciawi ini bisa saja dihindari jika semua pihak mematuhi regulasi yang ada,” ujarnya.

Karena, di balik terjadinya rem blong truk yang dikendarai pengemudi truk, menurut Agus, korban kecelakaan menjadi lebih banyak karena terjadinya antrean kendaraan di pintu tolnya yang disebabkan kartu salah satu pengendara tidak bisa digunakan.

Karenanya, dia mengingatkan para pengendara agar memeriksa terlebih dulu kartu e-Tollnya sebelum berkendara mengingat tidak ada lagi petugas yang menjaga pintu tolnya.

“Harus dari kesadaran kita juga, bahwa kita sudah harus siapkan dana yang cukup segala macam buat lewat tol,” tutur dia.

Selain itu, kecelakaan yang terjadi itu juga disebabkan masalah regulator kendaraannya yang tidak bekerja dengan baik.

Menurutnya, kondisi seperti ini banyak pihak yang tidak menaati semua peraturan dan menyebabkan banyak terjadinya kecelakaan.

Agus mencontohkan penggunaan kamera ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement), yaitu kamera yang digunakan untuk menangkap pelanggaran lalu lintas di jalan tol yang hingga kini tidak ada kabarnya lagi. Begitu juga dengan penggunaan OBU (On Board Unit) untuk membaca perjalanan kendaraan saat melewati gerbang tol, yang tiba-tiba dihentikan Kementerian PUPR dan menggantinya dengan sistem Multi Lane Free Flow (MLFF) yang menggunakan teknologi Global Navigation Satelit System (GNSS) dari Hongaria.

“Tapi, sampai sekarang urusannya ini juga tidak jelas. Jadi mau bagaimana mengurangi kecelakaan di jalan tol?” tanyanya.

Dia juga menyoroti soal pembangunan gerbang tol yang salah.

Menurutnya, gerbang tol yang ada saat ini banyak yang terlalu berbelok yang seharusnya dibuat agak sejajar dengan jalan tolnya.

Dijelaskan, kondisi seperti itu membuat kendaraan terutama truk sulit untuk melewatinya.

“Sudah saya sampaikan juga ke operator agar diperbaiki. Tapi memang itu tergantung lahan, karena bangunnya kadang-kadang juga tidak dihitung dengan baik,” imbuhnya.

Banyaknya terjadi kecelakaan di jalan tol itu juga disebabkan tidak dilatih pengemudi truk untuk bisa berkendara dengan baik.

Kan Kementerian Perhubungan dan Dinas Perhubungan itu tugasnya melatih para pengemudi itu supaya dapat bersertifikat, untuknya ini harus benar-benar menjadi perhatian dan koreksi semua pihak!' tutup Agus. (omy)