Tol Trans Sumatera Masih Sepi dan Rawan

  • Oleh : Redaksi

Kamis, 26/Nov/2020 05:53 WIB
Tol Trans Sumatera (foto: dok. Kementerian PUPR) Tol Trans Sumatera (foto: dok. Kementerian PUPR)

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Direktur Utama PT Hutama Karya Budi Harto buka-bukaan mengenai kondisi Tol Trans Sumatera. Ia menjelaskan bahwa banyak tantangan dalam operasional tol pada masa-masa awal saat ini.

"Yang pertama, adanya truk-truk yang besar, istilahnya adalah ODOL, over dimension over load. Ini merusak jalan tol dan juga mengancam keselamatan pengguna tol. Karena keberadaannya ini tidak standar dengan desain jalan tol ini," ujarnya dalam webinar, Rabu (25/11/20).

Baca Juga:
Tarif Tol Gempol-Pandaan Naik Mulai Hari Ini

Selain itu, dia mengakui bahwa sampai saat ini traffic tol masih rendah, hal ini berdampak pada sejumlah persoalan lain.

"Dengan trafik yang rendah ini mengundang kejahatan. Oleh karena itu kami menyediakan patroli tiap saat, sehingga para pengguna tol ini akan aman dari gangguan keamanan di sekitar tol," urainya.

Baca Juga:
Tarif Tol Bali Mandara Naik Hari Ini

Kendati begitu, ia menegaskan bahwa Hutama Karya menyediakan fasilitas penyelamatan, kesehatan, dan juga pengamanan kendaraan.

Mengenai konstruksi proyek, saat ini pihaknya sedang mengerjakan ruas jalan tol sepanjang 614 km yang akan selesai pada tahun 2022. Sedangkan ruas-ruas lainnya masih dijadwalkan menyusul.

Baca Juga:
Gerbang Tol Tomang dan Simpang Susun Ramp D Ruas Tol Dalam Kota Ditutup Sementara Mulai, Perhatikan Jadwal Ini!

"Tantangan kami dalam membangun jalan tol ini adalah yang pertama seperti pengerjaan jalan tol pada umumnya adalah ketersediaan lahan. Beberapa daerah memang mengalami kesulitan, hambatan harus bertele-tele untuk mendapatkan pembebasan tanah," urainya.

"Tapi saya bersyukur banyak kepala daerah, masyarakat yang mendukung pembangunan jalan tol ini, sehingga proses pembebasan lahan jalan tol ini dapat berjalan dengan cepat dan lancar," lanjut Budi.

Hambatan lain adalah adanya cuaca, karena menurutnya jalan tol ini yang terbesar adalah kegiatan pekerjaan timbunan tanah.

"Timbunan tanah ini akan sangat tidak bisa menerima kandungan air yang cukup tinggi. Maka oleh karena itu cuaca hujan sangat mengganggu sekali pembangunan jalan tol ini," keluhnya.

"Hal yang lain terkait ketersediaan sumber daya di daerah, yang mana kami harus membawa beberapa peralatan dan tenaga ahli dari Jakarta, dari Jawa, karena ketidaksediaan tenaga dan peralatan di sana," lanjutnya.(fhm/sumber:CNBCIndonesia)