Melihat Mahakarya Kerajinan Tas Rajut Wanita Tuna Daksa di Sukoharjo Jawa Tengah: Tampak Terampilnya Kaki Membolak-balik Jarum

  • Oleh : Dirham

Selasa, 01/Jun/2021 13:21 WIB
Perempuan Tuna Daksa Asih Mulyani,.membuat kerajinan tas rajut. Perempuan Tuna Daksa Asih Mulyani,.membuat kerajinan tas rajut.

SUKOHARJO (BeritaTrans.com) - Keterbatasan tak pernah menjadi halangan bagi penyandang disabilitas. Menggunakan kaki, dialah Asih Mulyani. Seorang wanita tuna daksa dengan semangat membara melawan keterbatasan.

Dia menderita cacat fisik dengan kehilangan kedua lengannya. Beberapa tahun belakangan dia mencoba menembus batas manusia biasa. Mengkreasikan keterampilan dengan anggota gerak tubuh yang masih tersisa.

Merajut tas cantik di teras rumahnya Desa Grogol, Weru, Sukoharjo, Jawa tengah. Terlihat piwainya kakinya.

Benang panjang disulapnya menjadi tas rajut yang menawan. Kakinya terlihat terampil membolak balik jarum rajut. Di balik keahliannya, Asih telah melalui masa sulit.

Saat belajarnya dia sering gagal. Pasalnya dia hanya bisa menggunakan jari kaki untuk memposisikan benang dan jarum. Berbeda dengan manusia normal menggunakan tangan, dapat leluasa dengan berbagai model yang ada.

Saat ini, Asih bersama Ibu dan rekannya berhasil memasarkan mahakarya ke berbagai kota. Karyanya sukses dipasarkan via marketplace dan sosial media.

Asih terlahir tanpa kedua tangan. Saat ini ia berusia 24 tahun. Cacat fisik tersebut membuatnya sering beraktifitas dengan kedua kakinya. Bahkan dia terbiasa memegang berbagai benda dengan kaki. Kebiasaan inilah yang mendorong Asih untuk membuat gebrakan baru. Memanfaatkan waktu dengan membuat tas rajut beraneka ragam bentuk dan warna.

Sebagian pekerjaanya berada pada merajut benang menjadi tas. Ibu dan rekannya menyiapkan jarum kait dan benang. Benang wol dikaitkan pada jarum rajut. Tiap model dan jenis tas punya susunan simpul rajutannya masing-masing. Di sinilah Asih dengan kakinya dituntut untuk selalu kreatif dalam menghasilkan tas multiguna.

Kesabaran selalu dia pegang saat merajut benang menjadi tas rajut beraneka ragam. Mulanya ia menentukan bentuk tas yang diinginkan. Langkah selanjutnya membuat tali simpul dan mulai merajut tas. Ada beberapa komponen pada tas yang harus dibuat. Bagian alas, sisi samping tas, juga bagian tali tas. Tiap model menentukan teknik rajutan.

Dengan jari-jari kakinya, Asih mulai terbiasa. Merajut manual memang memakan waktu yang lama. Satu tas rajut bisa dikerjakan hingga berhari-hari. Bagi Asih, waktu pengerjaan bisa berkali lipat dari biasanya. Sekali lagi, kesabaran yang memainkan peran bagi Asih untuk menyelesaikan satu tas rajut indah.

Permainan warna dan pernak pernik menjadi tantangan sendiri membuat tas rajut. Bagian demi bagian dia selesaikan untuk dirangkai. Bagian alas disatukan denan sisi dan selempangnya. Jika telah berkenaan dengan jarum tajam, Asih meminta bantuan ibu dan rekannya. Memasang pernak pernik, hingga menyatukan selempang harus dengan jarum tajam.

Tas selempang, tas ransel, dompet, bahkan pouch bisa Asih ciptakan. Untuk masalah bahan baku, Asih memercayakan kepada ibunya. Harga bahan baku sebenarnya terjangkau. Hal yang mahal ialah teknik merajut benang jadi tas cantik nan menawan.

Tak jarang, harga yang dibandrol bisa mahal. Bak merajut kesabaran, membuat tas rajut ternyata pantas mendapatkan harga tinggi. Lama dan rumitnya proses pembuatan menentukan harga yang diterapkan. Semakin lama dan rumit, harganya semakin tinggi. Satu hasil karya berupa tas dijual mulai dari Rp 80 ribu hingga Rp 300 ribu.

Beraneka model terus dia kreasikan. Menyusul dengan berbagai pesanan khusus dari pelanggan. Di rumahnya selalu terdapat stok sebagai display pelanggan. Melalui marketplace, kini tasnya diminati hingga Jakarta, Surabaya, bahkan pemesan dari Australia. (ds/sumber Merdeka.com)