Bhutan, Negara di Kaki Himalaya yang Memvaksinasi Mayoritas Penduduknya Hanya dalam Sepekan

  • Oleh : Redaksi

Minggu, 01/Agu/2021 22:45 WIB
Lebih dari 3.500 juru vaksinasi dikerahkan untuk menyuntik 800.000 penduduk Bhutan. (GETTY IMAGES) Lebih dari 3.500 juru vaksinasi dikerahkan untuk menyuntik 800.000 penduduk Bhutan. (GETTY IMAGES)

THIMPHU (BeritaTrans.com) - Bhutan, negara yang berada di kaki Pegunungan Himalaya antara India dan China, sedikit lagi melengkapi vaksinasi Covid-19 untuk seluruh penduduknya yang berusia dewasa.

Unicef, lembaga PBB yang menangani bidang kesejahteraan anak, menyebut aksi negara berpenduduk 800.000 jiwa itu sebagai "kisah sukses yang hebat'.

Baca Juga:
Vaksinasi Covid-19 Klaten Tembus 78 Persen

Menurut Kementerian Kesehatan Bhutan, lebih dari 90% penduduk usia dewasa telah divaksinasi hanya dalam kurun tujuh hari.

Bagaimana Bhutan mampu memvaksinasi penduduknya sedemikian cepat dan efisien, padahal negara itu terletak di kaki pegunungan?

Baca Juga:
Vaksinasi Covid-19 di Indramayu Capai 447.079 Orang

Kondisi geografis nan sulit

"Kondisi geografis kami sulit. Namun, karena pelatihan yang mumpuni, kami mampu menggelar vaksinasi dosis pertama dan kedua, masing-masing dalam sepekan," kata Dr Sonam Wangchuk, anggota satuan tugas vaksinasi Bhutan.

bhutan, Thimpu

Baca Juga:
Gerakan Vaksinasi Covid-19 Wantannas R.I Targetkan 10.000 Orang

SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES

Masyarakat antre untuk divaksin di ibu kota Bhutan, Thimphu.

 

"Cakupan dosis pertama hampir 99% dan dosis kedua melampaui 92%," kata Wangchuk kepada radio BBC.

Penduduk usia dewasa Bhutan diperkirakan mencapai sekitar 530.000 orang.

Sebagian besar dari mereka tinggal di kawasan terpencil pegunungan yang tidak terhubung dengan jalan.

Bahkan, di beberapa area, tenaga kesehatan harus mendaki selama beberapa jam untuk bisa sampai di desa-desa pegunungan.

Dr Wangchuk mengatakan, sebanyak 1.220 pos vaksinasi telah didirikan dan lebih dari 3.500 juru vaksinasi dikerahkan.

Negara yang diapit oleh India dan China ini menerima 550.000 dosis dari India pada akhir Maret.

Begitu infrastruktur didirikan, sebagian besar penduduk usia dewasa divaksinasi dalam kurun satu pekan pada April.

Donasi vaksin

Halangan untuk memvaksinasi muncuk ketika India menangguhkan seluruh ekspor vaksin setelah gelombang kedua pandemi melanda negara itu.

bhutan

SUMBER GAMBAR,EPA

Sejumlah tenaga kesehatan harus mendaki selama beberapa jam untuk mencapai desa di pegunungan.

 

Bhutan lantas harus mencari sumber lain agar mendapat dosis vaksin yang diperlukan. Surplus vaksin dari negara-negara kaya menjadi jawaban.

"Kami menerima 500.000 dosis vaksin Moderna dari AS, dan lebih dari 250.000 vaksin AstraZeneca dari negara-negara Eropa," ujar Dr Wangchuk.

Berkat vaksin-vaksin itu, penyuntikan dosis kedua bisa digelar pada 20 Juli.

Unicef menyoroti pencapaian Bhutan sebagai sesuatu yang baik untuk dicontoh.

Lembaga PBB itu juga menyeru kepada negara-negara lain agar mendonasikan surplus vaksin kepada negara yang memerlukan.

Will Parks, perwakilan Unicef di Bhutan, menegaskan aksi negara tersebut dapat menjadi pelajaran.

"Jika ada sesuatu yang saya harap dunia bisa menarik pelajaran adalah negara seperti Bhutan, dengan sangat sedikit dokter dan sangat sedikit perawat—namun punya raja yang sangat berkomitmen dan kepemimpinan dalam pemerintahan guna memobilisasi masyarakat—bukan mustahil untuk memvaksinasi seluruh penduduk."

Bhutan menempuh kebijakan untuk memberi vaksin yang berbeda untuk penduduknya.

Hampir semua orang di Bhutan diberikan AstraZeneca sebagai dosis pertama, namun banyak yang mendapat vaksin Moderna untuk dosis kedua.

Kepercayaan kepada pemerintah

Sejauh ini Bhutan hanya mencatat 2.500 kasus positif Covid dan dua kematian.

bhutan

SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES

Para pejabat PBB mendorong negara-negara kaya untuk mendonasikan surplus vaksin kepada negara lain yang memerlukan.

 

Para pejabat Bhutan mengatakan negara mereka sudah punya rekam jejak program vaksinasi secara berkala sehingga tidak ada keraguan dalam menerima vaksin untuk melawan Covid.

"Rakyat punya keyakinan dan percaya kepada pemerintah. Mereka begitu percaya kepada pemerintah," jelas Dr Wangchuk.

(lia/sumber:bbcindonesia.com)