Puluhan Tenaga Kerja Pembuat Kapal Nelayan di Indramayu Menganggur

  • Oleh : Taryani

Minggu, 07/Nov/2021 08:10 WIB
Hanya ada 1 unit pembuatan kapal besar ukuran  di atas 100 gross ton (GT)  yang tengah ditangani para pekerja di Desa Karangsong, Kecamatan  Indramayu. (Taryani)       Hanya ada 1 unit pembuatan kapal besar ukuran di atas 100 gross ton (GT) yang tengah ditangani para pekerja di Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu. (Taryani)

INDRAMAYU (BeritaTrans.com) – Puluhan tenaga kerja (naker)  pembuat kapal nelayan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, kini terpaksa menganggur. Penyebabnya,  gegara keringnya job atau pesanan dari para juragan selaku pemilik kapal. 

Pemantauan BeritaTrans.com Minggu (7/11/2021) pagi mengamati aktivitas pembuatan kapal baru di sepanjang kali Prajagumiwang Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu terlihat sepi. Begitu juga aktivitas docking kapal atau perahu nelayan sama-sama sepi. 

Di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) kali Prajagumiwang  yang selama ini dikenal sebagai  lokasi pembuatan kapal atau perahu nelayan hanya ada 3  unit kapal termasuk 1 unit perahu  yang dibuat. Selebihnya,  1 unit kapal lagi sedang dalam proses docking.

Tiga unit kapal yang sedang dibuat itu masing-masing 1 unit kapal ukuran besar di atas 100 gross ton (GT) saat ini sedang dalam tahap finishing.

Satu unit kapal ukruan sedang dalam proses docking. Satu unit kapal ukuran sedang dalam proses awal pembuatan dan satu unit perahu yang tengah dibuat dengan progres pekerjaan mencapai sekitar 40 persen.

Padahal,  biasanya puluhan atau bahkan ratusan pekerja pembuatan kapal beraktivitas membuat kapal atau perahu sesuai pesanan juragan. Gejala sepinya order pembuatan kapal nelayan  yang dialami tukang pembuat kapal ini terjadi dalam beberapa bulan terakhir ini.

“Sudah beberapa bulan ini  sepi order pembuatan kapal atau perahu nelayan,” ujar Mang Gendut, 46 salah seorang tukang kayu atau tenaga pembuat kapal nelayan. Ia kini terpaksa menganggur.

Tidak melakukan aktivitas rutin membuat kapal lagi,  karena sepinya pesanan dari juragan. Pria ini mengaku tak memiliki pekerjaan lain. Selain keahlian membuat kapal atau perahu nelayan.

Membuat satu unit kapal dilakukan secara rombongan. Tidak bisa sendirian. Dalam membuat satu unit kapal ukuran besar  yang bobotnya di atas 100 gross ton (GT) memerlukan kehadiran tukang kayu atau tukang pembuat kapal sekitar 12 orang hingga 20 orang.

“Jumlah tukang kayu tak kurang dari 10 orang. Apalagi jika juragan menginginkan proses pembuatan kapal dipercepat. Tenaga tukang mau tidak mau jumlahnya harus ditambah. Hingga menjadi dua kali lipatnya,” ujarnya.

Pekerjaan pembuatan satu unit kapal  ukuran besar memerlukan waktu hingga berbulan-bulan. Bahkan ada juga yang mencapai satu tahun lebih. Pekerjaan pembuatan kapal biasanya melalui sistim borongan  yang dilakukan kepala tukang atau disebut bas.

Sedangkan para tukangnya dihitung upah harian. Besaran upah harian antara satu tukang kayu dengan tukang lainnya bervariasi.

Hal itu tergantung dari keahlian yang dimiliki masing-masing tukang. Upah harian terendah sekitar Rp130 ribu per orang dan tertinggi mencapai Rp 200 ribu bahkan lebih.

Selain ditangani tukang kayu,  proses pembuatan kapal nelayan juga memerlukan kehadiran tenaga ahli laminasi pelapis bagian luar kapal atau  eksterior kapal.

Bahan laminasi menggunakan fiber glass yang dicampur lem khusus. Yang menangani proses laminasi bukan tukang kayu biasa. Tapi tukang khusus laminasi yang didatangkan dari luar daerah.

Laminasi eksterior kapal nelayan  pada zaman sekarang ini cukup diperlukan.  Selain berguna mendukung estetika pada eksterior kapal juga berfungsi melindungi eksterior  kapal.

Maklum,  kapal nelayan itu saat dioperasikan senantiasa menghadapi tantangan. Baik berupa sengatan matahari, hujan, badai gempuran ombak. Bahkan sering terjadi gesekan sesama kapal saat sedang ditambat dan sebagainya.

Proses laminasi kapal itu cukup penting. Agar usia produktif kapal bisa bertahan lebih  lama dari biasanya.

Usia produktif kapal nelayan berbeda-beda. Hal itu  tergantung dari  bagaimana perlakuan nahkoda dan nelayan  saat kapal digunakan atau dioperasikan  di laut dan faktor rutinitas pemeliharaan atau docking.

Ada kapal nelayan yang usianya mencapai  sekitar 8 tahun bahkan lebih. Ada juga yang kurang dari 8 tahun kondisi kapalnya sudah rusak. Dengan adanya laminasi fiber glass maka usia produktif kapal dimungkinkan semakin bertambah panjang.  (Taryani)