JAKARTA (BeritaTrans.com) - Ibunda adalah wanita perkasa. Itu kalimat yang pertama kali diucapkan Inspektur Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan Jujun Endah Wahyuningrum saat mengenang peran orang tua tunggalnya sejak kelas enam SD.

"Ayah kami meninggal saat saya masih duduk di bangku SD, sejak saat itulah Ibu mendidik kami sendirian," ucapnya menjawab BeritaTrans.com, Rabu (22/12/2021).

Kehidupan masa kecilnya di kota Mojokerto, Jawa Timur menurutnya, dididik ibunya Almarhumah Ibu Sumiati dengan sangat disiplin.

Ibu menafkahi da mendidik dia dan saudara kandung lainnya sendirian tanpa ada keinginan untuk berkeluarga kembali sejak kepergian bapak.

"Pada saat itu saya merasa Ibu mendidik dan disiplin terlalu keras. Namun saat dewasa saya merasakan dampak luar biasa, terutama pada kemandirian," urainya.

Jujun merasakan betapa besar peran dan pengorbanan ibu yang wafat di usia 87 tahun, saat anak-anaknya telah mentas dan mandiri.

Dia merasa bahwa apa yang telah dilakukan sang Ibu tak kan dapat terbayar oleh uang sebanyak apapun.

"Apapun yang saya berikan pada Ibu tidak akan dapat sepadan dengan apa yang telah Ibu berikan pada kami," imbuhnya.

Untuknya, setiap hari setelah kepergian Ibu, tak luput doa-doa senantiasa dibalurinya, berharap yang terindah bagi Ibunda.

Jujun berdoa agar Ibu mendapat tempat yang mulia dan merasakan bahwa kami akan terus menyayanginya.

"Pagi tadi, saya juga panjatkan doa terindah bagi Ibu dan Bapak, juga kedua mertua yang semuanya telah tiada," katanya.

Semua pendidikan dan peran Ibu sejak kecil hingga kepergiannya, kata Jujun menjadi catatan penting baginya yang juga telah menjadi seorang Ibu.

Ibu di manapun kata dia merupakan pewaris tongkat estafet untuk mendidik lebih baik dan baik lagi pada generasi penerus.

"Kami harus memerhatikan zaman, budaya, dan teknologi dalam mendidik, agar generasi kita bisa lebih baik lagi," tutup Jujun.

Selamat Hari Ibu

(omy)