Perahu Pukat Jala Seharga Rp150 Juta Milik Nelayan di NTT Hancur Dihantam Ombak

  • Oleh : Dirham

Sabtu, 27/Agu/2022 19:10 WIB
Perahu milik nelayan Sanusin yang ambruk dihantam angin kencang dan ombak. Perahu milik nelayan Sanusin yang ambruk dihantam angin kencang dan ombak.

RUTENG (BeritaTrans.com) - Perahu cincin milik seorang nelayan di Desa Nuca Molas, Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) ambruk, diduga diterpa ombak dan angin kencang. Kapolsek Satar Mese, Ipda Edi Purnomo Wijayanto membenarkan peristiwa tersebut.

Ia menjelaskan bahwa ambruknya sebuah perahu milik seorang nelayan tersebut karena angin kencang dan ombak besar yang terjadi pada, Jumat (26/08) dini hari.

Disampaikan Ipda Edi, Kejadiaan naas tersebut dialami perahu milik seorang nelayan yang bernama, Sanusin.
Ipda Edi menyebutkan, perahu pukat jala milik Sanusin kini terdampar di pantai Boris, Kecamatan Satar Mese Barat. Perahu ini hanyut terbawa angin kencang dan ombak dari Pelabuhan Taur.

"Perahu cincin atau perahu pukat jala milik bapak Sanusin hanyut terbawa angin dan ombak dari pelabuhan Labuan Taur, desa Nuca Molas, lalu terdampar di pantai Borik, kecamatan Satarmese barat," ungkap Ipda Edi kepada media ini, Sabtu (27/08) melalui pesan whatsapp.

Ipda Edi menjelaskan, musibah yang menimpa perahu jala milik bapak Sanusian dikarenakan tali jangkarnya putus.
"Sehingga mengakibat hancur berkeping-keping diterpa gelombang," katanya.

Hanyutnya perahu ini kata Ipda Edi, tidak diketahui oleh warga atau anak buah kapal perahu tersebut dikarenakan ketiduran di darat.

Berdasarkan informasi, perahu naas itu baru dibeli 10 bulan yang lalu, dengan harga perahu berkisar Rp.150.000.000,00, dan direnovasi kembali 3 bulan yang lalu menghabiskan biaya sebesar Rp.50.000.000,00.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Ipda Edi, perahu tersebut memiliki ukuran panjang 17 meter dan lebar 2,70 meter, juga disertai dengan 2 mesin dan pukat jala, dan kini semuanya hancur dalam waktu sekejap.

"Warga yang berupaya membantu menyelamatkan perahu seakan sia-sia karena perahu jala sudah hancur di pantai borik," katanya.

Menurut Ipda Edi, perahu tersebut ditarik dengan perahu lain ke pantai labuan taur dalam keadaan hancur, dan hanya bisa menyelamatkan 2 mesin saja oleh warga desa Nuca Molas.

Sementara perlengkapan yang lain, seperti papan perahu dan jaring jala sudah dalam keadaan hancur.
Parahnya, perahu ini diketahui baru beroperasi 3 bulan yang lalu, modal yang dikeluarkan belum ditutupi.

Modal ini dikumpul atas hasil tangkapan ikan dari bapak Sanusin dan anak-anaknya, dari hasil ini mereka membeli perahu tersebut sehingga bisa memiliki perahu walaupun dibayar bertahap.

"Terakhir beliau berharap ada perhatian dari pihak pemerintah dan unsur-unsur sosial lainya untuk membantu bapak Sanusin dan anak-anaknya, baik berupa materi maupun non materi," tutup Ipda Edi. (ds/sumber Kumparan.com)