Sejumlah Pertanyaan Kepada AJI, Menag & Menkominfo Soal LGBT & PKI

  • Oleh :

Senin, 29/Agu/2016 09:23 WIB


JAKARTA (BeritaTrans.com) - Laman bbc.com memberitakan Forum LGBTIQ Indonesia dan Kelompok International People Tribunal (IPT) menerima Suardi Tasrif Award dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Jumat (26/08/2016) malam. Penghargaan diberikan di tengah meningkatnya sentimen terhadap kelompok Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di Indonesia, serta penolakan penyelesaian kasus 65.Dalam acara yang diselenggarakan untuk memperingati ulang tahun ke-22 AJI itu, Menteri Agama Lukman Saifuddin hadir untuk menyampaikan orasi kebudayaan sebagai puncak acara. Hadir pula Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Rudiantara.Adalah hal AJI untuk memberikan award kepada siapapun. Juga adalah hak Menteri Agama dan Menkominfo untuk hadir di acara tersebut. Namun pertanyaan yang patut diajukan adalah melalui acara itu sejauh mana AJI, Menteri Agama dan Menkominfo memberikan rekomendasi bagi berkembangnya faham sekaligus penganut LGBT? Juga sejauh mana ketiganya memahami tentang penolakan publik terhadap aksi membuka luka perkara lama pemberangusan PKI, yang diusung IPT?Ketiganya apakah harus menjadi bagian dari komponen bangsa yang dengan secara sadar head to head dengan pemahaman mainstream publik bahkan agama yang menolak LGBT? Khusus AJI, sebagai kelompok komunitas berbasis wartawan, sudah habiskah ide cemerlang mengeksplorasi penerima Tasrif Award? Kepentingan apa yang diusung oleh AJI sehingga LGBT dan International People Tribunal berhak mendapat Tasrif Award?Pertanyaan lain adalah apakah AJI menyadari bahwa penghargaan Tasrif Award akan membangun persepsi sebagian publik bahwa wartawan Indonesia memberikan dukungan terhadap LGBT dan membongkar pembantaian terhadap PKI?Dalam konteks Menteri Agama dan Menkominfo, kepentingan apa yang hendak diperjuangkan dengan kehadiran di acara tersebut? Apakah kehadiran ini bagian dari implementasi visi Nawa Cita?Saya wartawan dan saya warganegara Indonesia. Saya amat tak sependapat dengan ketiganya. (Agus Wahyudin).Foto: bbc indonesia

Tags :