Sektor Pariwisata Indonesia Diprediksi Pulih Total 2024

  • Oleh : Redaksi

Jum'at, 20/Nov/2020 14:41 WIB
Turis di Bali. Turis di Bali.

JAKARTA (BeritaTrans.om) - Industri pariwisata Indonesia, termasuk perhotelan, restoran, dan penerbangan, merupakan sektor yang paling terdampak di masa-masa sulit ini (pandemi Corona).

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwista, Hari Sungkari, mengungkapkan, dampak di sektor pariwisata ini paling terlihat dari sisi tenaga kerja yang terlibat.

Dia mengatakan, hal ini juga yang menyebabkan pemerintah harus menurunkan target wisatawan domestik dan mancanegara.

Hal itu mengakibatkan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) dari 4,8 persen turun hingga 4,0 persen terhadap total PDB nasional.

Bali Terguncang

Pandemi Corona memang menggoncang pariwisata dunia, termasuk Indonesia. Bali sebagai garda depan pun dilema walau sekarang sudah membuka pagar untuk wisatawan.

Salah satu sektor yang merasakan dampak pandemi Corona adalah pariwisata. Daerah atau negara yang menggantung ekonominya di sektor wisata harus berusaha sekuat tenaga bertahan di tengah tak adanya pergerakan wisatawan selama 8 bulan terakhir.

Bali, sebagai ujung tanduk pariwisata Indonesia juga merasakan dampaknya. Kunjungan wisatawan per hari yang biasanya berpuluh ribu, semenjak pandemi hanya jadi hitungan jari.

"Secara umum pendapat Bali sangat bergantung pada pariwisata. Sebesar 55 persen pendapat perekonomian berasal dari wisata. Pada tahun 2019, wisatawan yang masuk ke Bali sebanyak 6,3 juta orang. Adapun pengunjung internasional kita yang paling banyak berasal dari Tiongkok, Australia, India, Inggris dan Amerika Serikat," kata Kepala Dinas Pariwisata Bali, Putu Astawa.

"Namun senjak adanya pandemi, tentu perjalanan dibatasi bahkan ditutup dan wisatawan juga hilang. Biasanya yang masuk sebanyak 22 ribu turis, sekarang hanya 9 atau belasan saja bahkan zero kunjungan. Karena semua negara close border, termasuk juga Indonesia kan," ujarnya.

Di kondisi new normal, Bali telah membuka pintunya semenjak tanggal 31 Juli lalu. Para wisatawan pun mulai berdatangan walau jumlahnya bisa dikatakan sedikit.

"Adapun kebijakan pemerintah Bali, kita melakukan langkah secara selektif dan bertahap untuk membuka kembali wisata Bali. Mulai tanggal 9 Juli kemarin hanya untuk wisatawan Bali saja, kemudian kita evaluasi. Setelah itu lanjut lagi 31 Juli membuka untuk wisatawan di luar Bali,"

"Mereka yang datang pun harus membuktikan dirinya bebas Corona dengan menunjukan tes PCR dan dalam kondisi sehat. Barulah orang-orang mulai berdatangan. Dalam sehari itu wisatawan yang masuk di angka 3.500- 4.000 wisatawan. Itu baru di bandara ya, belum dari pintu masuk Bali yang lain," tambah Putu Astawa.

Terkait tempat wisata atau atraksi wisata di Bali, Putu Astawa mengungkapkan kegalauan pengelola di masa new normal ini. Mereka serba salah apakah harus tetap buka atau tutup hingga kondisi normal.

"Curhatan dari pengelola tempat wisata, misalnya GWK atau atraksi Tari Kecak di Uluwatu, mereka dilema. Mereka kesulitan jika pengunjung yang datang di bawah 500 orang karena tidak menutupi biaya pengelolaan sama sekali. Namun mereka juga dilema jika mereka tutup, takutnya wisatawan ada yang datang. Ada dilema semacam itu, ingin buka tapi tidak ada wisatawan dan saat tutup wisatawan malah ada yang datang," jelasnya.

Menyikapi hal tersebut, pemerintah Bali pun melakukan beragam langkah demi membangun kepercayaan turis atas wisata di Bali. Salah satunya adalah melakukan sertifikasi.

"Selama masa pandemi, tentu orang masih takut wisata ke Bali. Nah cara supaya orang bisa datang kembali adalah dengan menghilangkan Corona terlebih dahulu. Langkah selanjutnya kami membentuk satgas yang akan melakukan sertifikasi mulai dari hotel, restoran dan tempat wisata untuk memastikan mereka aman menyambut wisatawan. Tentu saja sertifikasi ini nanti melihat protokol kesehatan dari para pelaku wisata,"

"Adapun langkah selanjutnya adalah menyiapkan rumah sakit dan tenaga medis yang memadai di rumah sakit yang tersebar di Bali untuk mengantisipasi. Kami juga bekerjasama dengan polisi, Satpol PP dan lembaga adat untuk saling mengingatkan dan menjaga dalam menerapkan protokol kesehatan di mana pun berada," lanjut Putu. (ds/sumber Liputan6.com/Detiknews.com)