Otoritas Indonesia Dalami `Pelanggaran Pidana` Kapal Tanker Iran dan Panama yang `Lakukan Aktivitas Ilegal` di Perairan Kalimantan

  • Oleh : Bondan

Jum'at, 29/Janu/2021 06:05 WIB
Kapal tanker berbendera Iran diduga melakukan transfer minyak secara ilegal ke kapal tanker Panama di perairan Kalimantan. Foto: BBCIndonesia.com Kapal tanker berbendera Iran diduga melakukan transfer minyak secara ilegal ke kapal tanker Panama di perairan Kalimantan. Foto: BBCIndonesia.com

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Penyidik di Indonesia mendalami pelanggaran yang dilakukan oleh kapal tanker Iran dan Panama yang disita di perairan Kalimantan setelah diduga melalukan tindakan ilegal. 

"Apa pun pelanggaran yang dilakukan, akan didalami kembali oleh penyidik," kata Laksamana 1 Badan Keamanan Laut (Bakamla) zona Maritim Barat, Hadi Pranoto, hari Kamis (28/01/2021).

Baca Juga:
Terusan Panama Alami Kekeringan Parah, Akses Kapal Dibatasi Setahun

Saat ini sedang didalami untuk mengetahui "mana yang pelanggaran administrasi dan mana yang pelanggaran pidana", kata Hadi seperti dilaporkan wartawan di Batam, Reza Junianto.

Dalam perkembangan terkait, juru bicara Bakamla, Kolonel Wisnu Pramandita, mengatakan penyelidikan atas kapal tanker Iran dan Panama juga "menunggu pemberkasan administrasi melalui jalur diplomatik oleh Kementrian Luar Negeri dua negara asal kapal tersebut selesai".

Baca Juga:
Kebakaran Kapal MT Kristin Surabaya di Pantai Ampenan, Ini Daftar ABK dan Kapten Kapal yang Dievakuasi

"Tim dari Kemenlu masih menyiapkan aspek teknis. Kami juga masih menunggu pemberkasan lainnya," kata Wisnu.

Ia mengatakan "kapal itu diduga melakukan sejumlah pelanggaran" dan kapal memiliki dokumen masing-masing.

Baca Juga:
Kapal Tanker Terbakar Saat Perawatan Rutin di Thailand, 8 Pekerja Hilang

Petugas Bakamla memergoki kapal tanker berbendera Iran, MT Horse, dan kapal berbendera Panama, MT Freya, di perairan Kalimantan pada hari Minggu (24/01). 

Diduga kapal Iran memindahkan minyak secara ilegal ke kapal Panama.

Dua kapal tanker ini disita sedangkan para awak kapal ditahan di atas kapal masing-masing.

Kondisi kesehatan mereka akan dipantau dan akan menjalani tes Swab Covid-19. 

Jumlah awak (ABK) di MT Horse Iran berjumlah 36 orang, sedangkan MT Freya Panama sebanyak 25 orang. "Kita pastikan semua ABK tidak ada yang terpapar virus Covid-19," kata Wisnu.

Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Teuku Faizasyah, mengatakan pihaknya terus melakukan kontak dengan Bakamla.

"Kemlu telah berkooordinasi dengan Bakamla (Badan Keamanan Laut) dan memperoleh informasi bahwa dua kapal Motor Tanker berbendera Iran (MT Horse) dan Panama (MT Freya) diduga melakukan pelanggaran hukum. 

"Saat ini tengah dilakukan penyelidikan lebih lanjut guna memperoleh gambaran lebih lengkap atas pelanggaran yang dilakukan," kata Teuku Faizasyah, dalam pesan tertulis kepada BBC News Indonesia, Selasa (26/01).

Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, menyampaikan permintaan kepada Indonesia dalam keterangan pers mingguan hari Senin (25/01) yang disiarkan oleh televisi. 

Kapal tanker berbendera Iran dan Panama dilaporkan disita di perairan Indonesia pada Minggu (24/01).

Penyitaan terhadap kapal MT Horse berbendera Iran dan kapal MT Freya berbendera Panama dilaporkan terjadi atas "dugaan transfer minyak ilegal di perairan Indonesia". 

Bagaimana reaksi Iran atas penyitaan kapal tankernya? 

Iran telah meminta pemerintah Indonesia untuk memberikan keterangan terkait penyitaan kapal tanker berbendera Iran di perairan Kalimantan.

Permintaan ini disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, dalam keterangan pers mingguan hari Senin (25/01) yang disiarkan oleh televisi.

Aparat keamanan Indonesia menyita juga kapal berbendera Panama, MT Freya, hari Minggu (24/01/2021). Foto: BBCIndonesia.com.

Khatibzadeh mengatakan penyitaan itu terjadi karena "masalah teknis" dan ia sepertinya mengisyaratkan bahwa insiden ini "biasa terjadi di sektor pengiriman oleh kapal". 

"Otoritas Pelabuhan kami dan perusahaan pemilik kapal sedang mencari penyebab masalah dan menyelesaikannya," kata Khatibzadeh dalam konferensi pers mingguan yang disiarkan televisi, seperti dilaporkan kantor berita Reuters.

Juru bicara petugas penjaga pantai di Indonesia, Wisnu Pramandita, mengatakan kapal tanker yang disita di perairan lepas Kalimantan akan dikawal ke Pulau Batam di Provinsi Kepulauan Riau untuk penyelidikan lebih lanjut.

"Kapal tanker, pertama kali terdeteksi pada pukul 5:30 waktu setempat (24/01), menyembunyikan identitas mereka dengan tidak menunjukkan bendera nasional mereka, mematikan sistem identifikasi otomatis dan tidak menanggapi panggilan radio," kata Wisnu dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu.

Wisnu mengatakan kepada Reuters pada hari Senin (25/01) bahwa kapal itu "tertangkap basah" mentransfer minyak dari MT Horse ke MT Freya dan terlihat ada tumpahan minyak di sekitar kapal tanker penerima.

Awak kapal ditahan

Kemenlu Iran telah meminta Indonesia memberikan rincian atas penyitaan kapal tanker mereka di perairan Kalimantan. Foto: BBCIndonesia.com

Wisnu menambahkan bahwa 61 awak kapal tersebut adalah warga negara Iran dan China yang telah ditahan. 

Organisasi Maritim Internasional mengharuskan kapal menggunakan transponder untuk keselamatan dan transparansi. 

Kru bisa mematikan perangkat jika ada bahaya pembajakan atau bahaya serupa. 

Tetapi transponder sering kali dimatikan untuk menyembunyikan lokasi kapal selama aktivitas terlarang.

Kedua supertanker itu, masing-masing mampu membawa dua juta barel minyak dan terakhir terlihat awal bulan ini di lepas pantai Singapura, sebagaimana ditunjukan data Refinitiv Eikon.

Very Large Crude Carrier (VLCC) MT Horse, milik National Iranian Tanker Company (NITC), hampir terisi penuh dengan minyak sementara VLCC MT Freya, yang dikelola oleh Shanghai Future Ship Management Co, kosong, kata data itu.

NITC belum bisa dihubungi untuk dimintai komentar. 

Pencarian oleh Reuters pada direktori perusahaan China menunjukkan bahwa alamat kantor terdaftar Shanghai Future Ship Management Co berada di bawah perusahaan lain bernama Shanghai Chengda Ship Management. 

Perusahaan itu juga belum memberikan keterangan terkait insiden ini. 

Iran dituduh menyembunyikan destinasi penjualan minyaknya dengan menonaktifkan sistem pelacakan pada kapal tankernya, sehingga sulit untuk menilai berapa banyak ekspor minyak mentah yang dilakukan Teheran, sementara negara itu berusaha untuk melawan sanksi AS.

Pada tahun 2018, mantan Presiden Donald Trump menarik Washington dari kesepakatan nuklir Iran 2015 dan menerapkan kembali sanksi yang bertujuan untuk mengurangi ekspor minyak Teheran menjadi nol.

Iran mengirim kapal MT Horse ke Venezuela tahun lalu untuk mengirimkan 2,1 juta barel kondensat Iran. (BBCIndonesia.com)