Moeldoko harus Numpang Truk untuk ke Sekolah

  • Oleh : Redaksi

Minggu, 07/Mar/2021 15:52 WIB
Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko/foto:JawaPos.com Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko/foto:JawaPos.com

JATIM (BeritaTrans.com) - Jenderal (Purn) Moeldoko ditetapkan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB) partai di Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (05/03/2021).

Bicara soal masa lalu Moeldoko, ternyata kisahnya tak ubahnya seperti cerita-cerita remaja umumnya. Lahir dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan, Moeldoko pernah kucing-kucingan dengan kondektur bus.

Putra pasangan Moestaman dan Masfuah ini lahir di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, 8 Juli 1957. Ia anak bungsu dari 12 bersaudara dari keluarga petani. Moeldoko menghabiskan masa sekolah SMA di Jombang, yakni di SMA Negeri 2 (Smada).

Saat bersekolah di Jombang itu, kondisi ekonomi Moeldoko bisa dibilang pas-pasan. Untuk membayar ongkos angkutan sekolah ia harus kucing-kucingan dengan kondektur bus. Dia tak mampu membayar, padahal saat itu ongkos angkutan dari Papar, Kediri menuju Jombang hanya Rp 25.

Belum lagi saat ibu kos melayangkan tagihan bulanan. Moeldoko harus pusing tujuh keliling memikirkan bagaimana cara membayarnya. Apalagi kondisi keuangannya sedang kembang kempis.

"Keluarga saya itu pas-pasan. Makanya saat SMA saya ikut kakak di Jombang. Bahkan untuk membayar ongkos bus Rp 25 saja, saya harus kejar-kejaran sama kondektur. Sampai sekarang saya masih ingat zaman susah itu," ujar Moeldoko di hadapan ratusan hadirin saat itu, dikutip dari beritajatim.com, jejaring media suara.com.

Untuk mengenang perjalanan Kediri-Jombang, Moeldoko mendirikan masjid megah di Jalan Raya Kayen, Kecamatan Bandarkedungmulyo, Jombang. Masjid tersebut berada di dekat pintu Tol Jomo (Jombang-Mojokerto) yang diresmikan pada 1 Juni 2016.

Kompleks masjid itu diberi nama ‘Islamic Centre Dr H Moeldoko’. Dalam peresmian tersebut pria yang kini menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan (KSP) bercerita banyak tentang masa-masa sekolahnya. Masa-masa yang sangat susah karena himpitan ekonomi.

Moeldoko menjelaskan, lokasi Islamic Centre yang di dalamnya tersapat masjid megah itu sengaja dipilih di kawasan Bandar Kedungmulyo. Pasalnya, lokasi tersebut jaraknya dekat Kecamatan, Purwoasri, Kabupaten Kediri dan juga dekat dengan Kota Jombang. Masing-masing jaraknya hanya 10 kilometer.

Kediri dan Jombang menjadi kenangan sendiri bagi Moeldoko. Kediri adalah kota kelahirannya, sementara Jombang tempatnya menghabiskan masa muda. Saat itu ia bersekolah di SMPP (Saat ini SMA Negeri 2).

Moeldoko mengungkapkan, atas dasar itu pula dirinya ingin memberikan hal terbaik untuk masyarakat Jombang dan Kediri. Yakni dengan mendirikan komplek Islamic Centre. Dalam komplek tersebut terdapat masjid megah berarsitek Turki Istambul dengan dua menara tinggi menjulang.

Masjid yang mampu menampung sekitar 1500 jamaah itu berukuran 30X30 meter persegi. Sedangkan luas lahan mancapai 6.685 meter persegi. Bukan hanya itu. Di komplek tersebut juga terdapat sekolah TK dan TPQ berukuran 8X24 meter persegi, serta panti asuhan. Terakhir terdapat tiga unit toko atau pusat oleh-oleh.

Moeldoko menegaskan, seluruh aset tersebut pengelolaannya diserahkan ke Pemkab Jombang. "Kecuali untuk panti asuhan, tetap saya tangani sendiri. Di panti asuhan tersebut terdapat 14 anak yatim. Mereka akan saya sekolahkan hingga tingkat tinggi," ujarnya.

Berapa anggaran untuk membangun komplek Islamic Centre itu? "Tidak etis kalau saya sebut. Karena anggaran tersebut akan saya pertanggungjawabkan kepada Allah," ungkap Moeldoko tanpa mau menyebut nominal anggaran dan dari mana sumbernya.

Arsitektur masjid terisnpirasi saat Moeldoko melakukan perjalanan spiritual dan berkunjung ke puncak peradaban Islam, yaitu Masjid Biru di Istambul, Turki. Selain itu, kemegahan Masjid Ar Rayyan, Kebon Sirih, Jakarta, juga semakin membulatkan niat Moeldoko untuk segera merealisasikan cita-citanya membangun masjid yang peletakan batu pertama dilakukan 5 Oktober 2014.(amt/sumber:suara.com)