Mikroplastik dalam Makanan Laut Kemungkinan Besar ditemukan di Kerang. Namun Seberapa Besar Risiko Kesehatannya?

  • Oleh : Fahmi

Kamis, 11/Mar/2021 11:23 WIB
Bivalvia seperti tiram dan kerang kemungkinan besar menyumbang mikroplastik dalam jumlah besar dalam diet manusia karena dimakan seluruhnya.(Unsplash: Adrien Sala) Bivalvia seperti tiram dan kerang kemungkinan besar menyumbang mikroplastik dalam jumlah besar dalam diet manusia karena dimakan seluruhnya.(Unsplash: Adrien Sala)

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Mungkin Anda pernah melihat pemberitaan soal jika kita mengkonsumsi plastik yang jika dikumpulkan dalam seminggu bisa sama dengan kartu kredit, atau mikroplastik yang ditemukan dalam feses kita. 

Kini, sebuah penelitian baru berusaha untuk mengenali hidangan laut, atau 'seafood', jenis apa yang kemungkinan besar mengandung mikroplastik. 

Baca Juga:
Bahaya! KAI Imbau Agar Masyarakat Tidak Melakukan Aktifitas di Jalur REL KA

Jika mengikuti ukuran pola makan di Australia, mikroplastik ini adalah partikel plastik yang berukuran 1 mikrometer hingga 5 milimeter. 

Mikroplastik yang menumpuk di laut seringkali dimakan oleh makhluk laut, artinya partikel plastik tersebut bisa saja masuk ke dalam tubuh kita saat menikmati 'seafood'. 

Baca Juga:
Pria Ini Tersambar Kereta Api saat Berjalan di Rel, Jasadnya Ditemukan Tewas Mengenaskan

Untuk melihat risikonya, peneliti dari Ilmu Kelautan Australia melihat kembali penelitian tentang mikroplastik dalam hidangan laut beberapa tahun lalu, kemudian membandingkannya dengan pola makan warga Australia. 

Mereka menemukan warga Australia secara tidak langsung mengonsumsi mikroplastik dalam jumlah besar ketika makan kerang-kerangan, atau dalam jumlah sedikit ketika makan udang dan kepiting, meskipun mereka tidak akan makan sebanyak yang dikira. 

Baca Juga:
KAI Commuter Gelar Sosialisasi Tertib Lalu Lintas di Perlintasan Sebidang KA

Jenis hidangan laut yang paling banyak dikonsumsi warga Australia adalah daging ikan dalam potongan 'fillet', dan mereka tidak biasa mengonsumsi perut ikan, tempat di mana mikroplastik biasanya ditemukan. 


Istilah mikroplastik berarti apapun yang berukuran di antara 1 mikron, mikrometer, dan 5 milimeter.(Supplied: University Of Newcastle: Maddison Carbery)

Peneliti Amanda Dawson mengatakan penelitian sebelumnya dilakukan berdasarkan angka global dan mengacu sepenuhnya pada angka tersebut. 

"Tidak ada data yang cukup relevan dan bisa diandalkan untuk bisa menetapkan angka konkrit tentang penelitian ini dan ini memang mengecewakan," katanya. 

"Kita perlu tahu apa yang ada di dalam hidangan laut dan apakah kandungan tersebut berbahaya untuk kita." 

Di sisi lain, jika kandungan ini tidak berbahaya, "kita dapat lebih fokus pada aspek lingkungannya". 

Jadi, apakah mikroplastik itu berbahaya? 

Ketika membahas mikroplastik, biasanya muncul asumsi jika kandungan tersebut sangatlah berbahaya. 

Walaupun sudah tidak diragukan lagi mikroplastik tidak baik untuk lingkungan dan berbahaya bagi beberapa jenis binatang, kita sebenarnya tidak tahu apa dampaknya pada tubuh manusia. 

"Ada ketidaktahuan yang sangat besar yang menimbulkan kesulitan, paling tidak saat ini, untuk menentukan apa ada risiko kesehatan dari konsumsi mikroplastik," ungkap Profesor Kevin Thomas, direktur dari Aliansi Sains dan Kesehatan Queensland di University of Queensland. 

Ia mengatakan mikroplastik terkecil, sebesar 2,5 mikron atau lebih kecil, justru lebih berbahaya. 

Namun karena istilah "mikroplastik" mengacu pada benda yang berukuran 5mm atau lebih kecil, tidak diketahui seberapa menyebarnya fragmen ini. 

Kami juga tidak tahu apa yang dilakukan mikroplastik ini di dalam tubuh. 

Beberapa penelitian, yang telah secara langsung melihat sel di lab menemukan partikel tersebut dapat menimbulkan iritasi dan inflamasi dalam sel. 

Namun Profesor Thomas menambahkan, "kami tidak tahu apakah plastik ini sebenarnya masuk ke sel sehingga menimbulkan dampak seperti inflamasi". 

Kebanyakan mikroplastik mungkin melalui sistem pencernaan dan dikeluarkan dalam bentuk feses, seperti yang ditemukan penelitian sebelumnya. 

Namun plastik tidak sestabil yang dipikirkan, dan faktor lain seperti pelapukan, paparan sinar matahari, dan oksidasi dapat membuat perubahan kimiawi dan struktural yang mungkin mempengaruhi bagaimana kandungan ini mempengaruhi tubuh kita. 

Jadi, hanya karena kita tidak punya data yang menunjukkan mikroplastik menyebabkan masalah kesehatan, tidak berarti kandungan ini aman. Ini hanya berarti kita hanya perlu data," ujar Profesor Thomas. 

"Kecuali bila kita tahu dari mana plastik berasal, seberapa besar ukurannya, dan bagaimana proses pembuatannya, sulit untuk mengatakan apakah plastik itu akan menimbulkan ancaman." (Fh/sumber:ABCNews)