Tingkat Efektivitas Vaksin Buatannya Rendah, China Pertimbangkan Kombinasi Dengan Vaksin Lain

  • Oleh : Redaksi

Selasa, 13/Apr/2021 08:55 WIB
Gao Fu Direktur Pusat Pencegahan dan Penyebaran Penyakit China mengakui tingkat efektifitas vaksin Sinovac rendah. (AP: Chinatopix) Gao Fu Direktur Pusat Pencegahan dan Penyebaran Penyakit China mengakui tingkat efektifitas vaksin Sinovac rendah. (AP: Chinatopix)

Beijing (BeritaTrans.com) - Sebuah langkah yang jarang dilakukan, tapi pejabat tinggi pengawas penyakit di China mengakui jika efektivitas vaksin buatan mereka rendah.

  • Pejabat China mengatakan tingkat efektivitas vaksin lokal China rendah
  • Penelitian di Brasil menunjukkan vaksin Sinovac memiliki tingkat efektifitas 50.4 persen
  • Pakar mengatakan memberikan kombinasi vaksin bisa meningkatkan efektifitas

Dalam pernyataannya, Gao Fu, Direktur dari Pusat Pengendalian Penyakit di China mengatakan mereka sedang mempertimbangkan untuk memadukan vaksin-vaksin yang ada untuk meningkatkan efektivitasnya.

Vaksin China "tidak memiliki tingkat perlindungan yang sangat tinggi", Gao dalam sebuah konferensi di kota Chengdu, China.

China sudah mendistribusikan ratusan juta vaksin buatan mereka yaitu Sinovac dan Sinopharm ke berbagai negara, termasuk Indonesia.

Dalam waktu bersamaan ia juga mempertanyakan keefektifan vaksin buatan negara-negara Barat.

"Sedang sedang dipertimbangkan apakah kita harus menggunakan vaksin berbeda dari produksi lainnya untuk proses vaksinasi," kata Dr Gao.

Tingkat efektivitas vaksin Sinovac untuk mencegah terjadinya penularan hanya sekitar 50.4 persen dalam data yang diperoleh di Brasil.

Sebagai perbandingan, vaksin yang dibuat oleh Pfizer dari Amerika Serikat memiliki tingkat efektivitas 97 persen.

Sejauh ini, China belum memberikan persetujuan bagi penggunaan vaksin buatan negara-negara barat China.

Dr Gao tidak memberikan rincian mengenai perubahan strategi yang akan dilakukan, namun menyinggung soal mRNA.

mRNA adalah teknologi yang digunakan negara-negara barat saat mengembangkan vaksin, di saat China memakai metode tradisional.

"Semua pihak  harus mempertimbangkan manfaat vaksin mRNA bagi kemanusiaan," kata Dr Gao.

"Kita harus mengikuti dengan hati-hati dan tidak mengabaikannya hanya karena kita sudah memiliki beberapa jenis vaksin."

 

Dr Gao sendiri sebelumnya pernah mempertanyakan keamanan vaksin mRNA.

Sebelumnya, dikutip dari kantor berita China, Xinhua , akhir tahun lalu, ia mengatakan kemungkinan efek samping negatif karena teknologi tersebut pertama kalinya digunakan bagi manusia yang sehat.

Media Pemerintah China dan berbagai situs dan blog kesehatan juga mempertanyakan keamanan dan efektivitas vaksin Pfizer yang menggunakan teknologi mRNA.

Menurut Dr Gao, sampai tanggal 2 April, 34 juta warga China sudah menerima dua dosis vaksin dan 65 juta orang sudah mendapatkan dosis pertama.

Para pakar mengatakan dengan mengkombinasikan vaksin berbeda akan bisa meningkatkan efektivitas.

Saat ini negara-negara lain juga sedang melihat kemungkinan memadukan berbagai vaksin atau memberikan 'booster' setelah periode tertentu.

Peneliti di Inggris sedang mengkaji kemungkinan penggunaan kombinasi vaksin Pfizer dan AstraZeneca. 

(lia/sumber:abcnews)