Oleh : Taryani
INDRAMAYU (BeritaTrans.com) – Meskipun memasuki bulan puasa, para pekerja atau teknisi pembuatan kapal nelayan tetap bekerja menyelesaikan pesanan. Tidak ada istilah istirahat. Semua pekerja melakukan aktivitas sesuai keterampilan masing-masing.
Dalam membuat sebuah kapal besar, yang digunakan mencari ikan di Pulau Papua membutuhkan biaya besar. Mencapai Rp3 miliar bahkan lebih. Biaya sebesar itu sudah termasuk pembelian 1 unit mesin Fuso baru, jaring, lampu-lampu, peralatan dapur, peralatan keamanan laut atau biaya perizinan dan sebagainya.
Menurut Wardi, 48 salah seorang teknisi pembuat kapal menuturkan, dalam pembuatan 1 unit kapal besar memerlukan waktu lama, sekitar 1 tahun terkadang lebih. Dikerjakan belasan hingga puluhan teknisi. Dalam menentukan ongkos pekerjaan pembuatan kapal seringkali dilakukan secara borongan.
Besarnya ongkos pembuatan kapal tidak bisa dipukul rata. Dibedakan menurut ukuran kapal.
Kalau kapalnya ukuran sedang, ongkosnya sekitar puluhan juta. Kalau kapalnya besar bobotnya di atas 100 Gross Ton, ongkosnya bisa mencapai ratusan juta bahkan lebih.
Jika dihitung harian, upah teknisi pembuatan kapal nelayan ini memperoleh sekitar Rp150 ribu atau ada yang lebih.
Pada zaman sekarang, katanya, proses pembuatan kapal nelayan banyak dibantu mesin. Sehingga bisa menghemat tenaga.
Contohnya, memotong kayu tidak perlu pakai gergaji manual, tapi menggunakan gergaji mesin. Demikian juga ngebor, memakai bor listrik. Bahkan untuk mengamplas dinding luar atau eksterior kapal sebelum di cat dan dilapisi fiberglass pun menggunakan mesin.
Kalau dahulu katanya teknisi membuat kapal mengandalkan tenaga manusia atau manual, sehingga sangat menguras tenaga. “Kalau sekarang semuanya menggunakan mesin. Termasuk pengecatan kapal menggunakan mesin,” katanya.
Teknisi lainnya Rasmin, 38 menurutkan, hampir sebagian besar teknisi kapal mempunyai keterampilan dasar tukang kayu. Kecuali saat dilakukan pekerjaan pelapisan atau laminasi bagian eksterior kapal menggunakan fiberglass dilakukan oleh tenaga ahli di bidangnya.
Sekarang ini hampir semua kapal nelayan yang baru sudah menggunakan pelapisan fiberglass. Hal ini dimaksudkan agar kayu yang menjadi material utama kapal lebih awet dari biasanya.
Maklum katanya kapal nelayan itu kalau sudah beroperasi berada di alam terbuka. Setiap saat diterpa cuaca panas, hujan, angin, badai dan gelombang. Jika tidak dilapisi fiberglass dinding eksterior kapal cepat keropos.
“Kapal paling bertahan sekitar 5 tahun. Kalau dinding eksterior kapal sudah dilapisi fiberglass, bisa bertahan lebih lama,” ucapnya.
Pelapisan fiberglass ini merupakan cara baru merawat kapal agar lebih awet. Sebelumnya, pelapisan fiberglass ini tidak dikenal. Dengan adanya pelapisan fiberglass ini juragan atau pemilik kapal bisa lebih irit pengeluaran. Terutama pengeluaran biaya perawatan atau docking kapal.
Di Kecamatan Indramayu dan Pasekan ada sejumlah desa yang masyarakatnya memiliki keahlian atau teknisi membuat kapal nelayan. Desa-desa itu adalah Karangsong, Brondong, Pabean Udik, Pabean Ilir dan Desa Pagirikan.
Para teknisi kapal itu membuat kapal berdasarkan hasil pengalaman turun temurun dari para seniornya. Sekarang sudah banyak teknisi kapal yang umurnya masih muda.
Mereka sudah memiliki keahlian membuat kapal. Sehingga jika mereka tinggal di luar daerah, sudah bisa menerima order pembuatan kapal yang ditangani sendiri. (Taryani)