Mantap, Tol Laut dari Pelabuhan Depapre Angkut 18 Kontainer Unggulan Jayapura ke Merauke

  • Oleh : Naomy

Rabu, 02/Jun/2021 10:15 WIB
Angkutan muatan balik Tol Laut dari Pelabuhan Depapre ke Merauke Angkutan muatan balik Tol Laut dari Pelabuhan Depapre ke Merauke

PAPUA (BeritaTrans.com) - Muatan balik Tol Laut pada trayek T-19 di Pelabuhan Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua terus mengalami peningkatan yang signifikan. 

Baca Juga:
Pelayaran Perdana Kapal Tol Laut 2024 dari Surabaya Angkut Bapokting 115 Teus

Hal ini berkat adanya koordinasi dan sinergi  KSOP Jayapura dengan Pemerintah Daerah (Pemda) dan Masyarakat Adat Setempat.

Kepala KSOP Jayapura, Taher Laitupa mengungkapkan, muatan balik Tol Laut pada voyage ke-5, KM Logistik Nusantara 2 mengangkut 19 kontainer yang berisi komoditi unggulan daerah.

Baca Juga:
Kapal Tol Laut dan Djakarta Lloyd Distribusikan 7.800 Ton Semen ke Pulau Terpencil

"Sejak beroperasinya Tol Laut awal tahun ini, produksi daerah ikut meningkat untuk dijadikan muatan balik yaitu Batu Ciping, Abu Batu dan Pasir yang dibawa menuju Kabupaten Merauke, di mana setiap kontainer berisi sampai 17 meter kubik," jelas Taher, Rabu (2/6/2021).

Kata dia, peningkatan muatan balik juga tidak lepas dari peran masyarakat dan pengusaha setempat yang ingin memanfaatkan Tol Laut dengan maksimal.

Baca Juga:
OTP dan Load Factor Kapal Tol Laut Terbaik, Pelni Raih Penghargaan dari Kemenhub

"Unsur-unsur lokal setempat seperti kepemudaan, masyarakat adat dan lainnya sampai berbasis koperasi dan UMKM terus bekerjasama memberdayakan seluruh komponen yang ada sehingga geliat ekonomi terus meningkat dimana para pengusaha baru terus tumbuh dan berkembang menghasilkan komoditi unggulan," ujarnya.

Bupati Kabupaten Jayapura Matias Awaitouw menyebutkan muatan balik yang diangkut pada Tol Laut trayek T-19 merupakan komoditi unggulan daerah. 

"Tol Laut merupakan bukti nyata Program Strategis Nasional di Indonesia, khususnya di wilayah 3TP seperti di wilayah timur Indonesia, salah satunya Depapre," ungkapnya.

Kehadiran Tol Laut manfaatnya sangat dirasakan oleh masyarakat. Mereka jadi mengerti dan mengolah serta memproduksi hasil sumber daya alam sehingga bisa dijual keluar Jayapura melalui Tol Laut, salah satunya Batu Ciping dan juga hasil pertanian dan perkebunan seperti kayu olahan, kelapa sawit, karet, coklat, air mineral dan lain sebagainya. 

Dengan demikian, maka berdampak positif terhadap perekonomian daerah menjadi semakin menggeliat.

Tol Laut tidak hanya membuat pendistribusian barang dan logistik menjadi lebih mudah serta lancar saja sehingga dapat menurunkan disparitas harga, tetapi masyarakat juga mendapatkan pasar baru untuk menjual produk-produk lokal yang selama ini dihasilkan daerah tersebut.

Kepala Seksi Lalu Lintas Angkutan Laut dan Usaha Pelabuhan KSOP Jayapura Willem Thobias Fofid menambahkan, semua pihak berkomitmen terus mendukung proses penyelenggaraan Tol Laut di Papua.

“Meningkatnya muatan balik Tol Laut di Pelabuhan Depapre ini merupakan bukti bahwa kami berkomitmen untuk menyukseskan Tol Laut di Papua sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat Papua, khususnya saudara-saudara yang berada di daerah 3TP,” ujarnya.

Kendati demikian, Willem menjelaskan penyelenggaraan Tol Laut di Papua tidak berdiri sendiri. Melainkan harus ada sinergi kolaborasi konektivitas angkutan multimoda guna meratakan distribusi barang hingga ke masyarakat di pelosok.

Selaras dengan itu Ketua ALFI/ILFA Papua Joseph Fonataba, Pengusaha Distributor Tol Laut dan juga Direktur PT. Mydhian Putra Mandiri Papua Yan Reba serta Ketua Koperasi TKBM  Depapre Agustinus Nyaro.

Mereka sampaikan pentingnya kolaborasi pengusaha lokal dan keterlibatan unsur lokal yaitu kepemudaan, tokoh adat dan sinergi konektivitas angkutan multimoda lanjutan khususnya di Papua dan Papua Barat sangat dibutuhkan.

"Seperti kita tahu kebutuhan masyarakat pada beberapa daerah di Papua sangat tinggi dan banyak daerah yang berada di pegunungan," ujarnya.

Selain itu, Pelabuhan Depapre merupakan penyokong bagi jalur distribusi logistik di daerah hinterland yang mencakup 14 kabupaten di Provinsi Papua.

"Sinergi konektivitas angkutan multimoda ini dapat mengangkut logistik dari kapal sampai ke daerah lain yang lebih terpencil, atau bahkan ke atas pegunungan," tutupnya. (omy)