Oleh : Fahmi
JAKARTA (BeritaTrans.com) - Mengendarai bus berhari-hari meninggalkan sanak keluarga sudah biasa dilakukan pengemudi lintas antarkota antarpropinsi(AKAP). Hal itu dilakukan juga demi mencari nafkah untuk keterbutuhinya kebutuhan keluarga.
Hardi 52 tahun pengendara bus PO Haryanto jurusan Jakarta-Madura yang dikenal dengan Maduraan ini akan mengambil jadwal libur jika hari Raya Idul Fitri saja. Itu digunakannya sebagai waktu luang ngumpul bersama keluarga besar.
Baca Juga:
Mbak Wiwit Sopir Bus PO MTI, Baru Kerja 5 Hari Gajinya Fantastis
"Di keluarga saya di rumah, saya sebagai orang tertua. Adik-adik, keponakan, lebaran pasti di rumah ngumpulnya," katanya kepada BeritaTrans.com dan Aksi.id di Terminal Tanjung Priok, Senin (7/6/2021).
Dia mengungkapkan bahwa dirinya merupakan orang yang paling dituakan di keluarga besar sebagai pengganti kedua orang tua.
Baca Juga:
Jelang Libur Idul Adha, Terminal Kampung Rambutan Alami Lonjakan Penumpang, Paling Ramai ke Madura
Jika hari lebaran, dia mengaku tidak pernah bekerja dan mengendarai bus, padahal saat itu sebagian pengemudi bus malah memanfaatkannya sebagai masa panen. Hal itu diluar masa pandemi covid-19 dan jika keadaan normal.
"Kejar duit aja enggak ada hentinya. Lebaran musti di rumah," tegasnya lagi.
Baca Juga:
PO Haryanto Keluarkan Bus Baru Rakitan Piala Mas, Begini Penampakannya
Bapak dua anak ini menceritakan, bus yang dia bawa tetap beroperasional dengan kru pengganti saat dia memilih libur tersebut.
Selain di hari Lebaran Idul Fitri, Warga Kecamatan Gajah, Demak, Jawa Tengah ini mengaku tidak pernah libur dan jarang sekali pulang ke rumah, kecuali ada kepentingan yang mendesak.
"Kru Madura(tujuan bus) ya enggak bisa pulang, kalau pulang ke Garasi(Kudus) ya jarang, kalau enggak rusak ya enggak pulang," kata Hardi.
Menganai libur sebenarnya kru bus dibebaskan kapan saja, jika sudah terpenuhinya kewajiban. Hal itu juga tentunya dengan laporan ke mandor agar kru bus bisa dicari penggantinya terlebih dahulu.
Saat ini bus yang dikendarai Hardi dan teman-temannya selalu jalan setiap hari. Karena bus cukup memiliki banyak pelanggan dan bus jarang untuk menginap atau perpal karena menunggu antrean bus.
Selama mengendarai bus Haryanto, Hardi merasa nyaman, dan dia mengungkapkan, sudah berhasil menyekolahkan anaknya yang pertama dari masuk SMA Hingga kini lulus SI di Universitas Dipenogoro (Undip).
"Saya di sini (Haryanto) dari anak masuk SMA, sekarang sampai lulus Alhamdulillah di Undip," katanya.
Kini anak perempuannya masih tengah mencari-cari pekerjaan sedangkan anak yang nomor dua masih menempuh pendidikan di kelas 2 SMA.
Dia juga menceritakan awalnya dia menjadi oengenudi bus sudah sejak tahun 1995, kala itu dia masih lajang dan telah bergabung di beberapa PO ternama hingga akhirnya merasa nyaman di Haryanto ini.
Mengendarai bus Jakarta hingga tujuan akhir yaitu Sumenep merupakan salah satu trayek terpanjang Haryanto saat ini. Diperjalanan Hardi beberpa kru lain seperti sopir dua dan kenek.
Saat ini diungkapkannya penumpang bus juga mengalami penurunan karena telah berakhirnya masa-masa momen libur panjang. Dia memprediksi jika akan ada oeninkatan saat menjelang libur Idul Adha.
"Sekarang ini dari timur(Madura) itu ramai, dari Jakarta penumpang sudah pada balik lagi," sebutnya.
Saat ditemui BeritaTrans.com dan Aksi.id penumpang bus yang dikendarai Hardi terdapat beberapa penumpang dan masih menunggu beberapa saat keberangkatan lagi. Diharapkan juga penumpang akan terus berdatangan hingga bus sudah sesuai jadwal keberangkatan.
Saat ini tiket bus Jakarta-Madura dengan tujuan akhir Sumenep ialah Rp380 ribu. Itu sudah dengan segala fasilitas dan servis pelayanan yang diberikan oleh bus, mulai dari makanan ringan di perjalanan hingga jatah makan sekali di rumah makan sewaktu bus beristirahat. (fahmi)