Cerita Pesawat Charter India & Petaka Covid Delta di Tanah Air Indonesia

  • Oleh : Fahmi

Senin, 12/Jul/2021 14:27 WIB
Foto:Istimewa Foto:Istimewa

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Mutasi Covid-19 varian Delta yang diperkirakan menjadi salah satu penyebab kasus yang terjadi di Indonesia saat ini. Varian ini disebut lebih menular cepat dan menyebar, serta banyak menjangkiti muda. 

Sebelum varian Delta Covid-19 masuk ke Indonesia, negeri ini sudah dinilai rawan kebobolan kasus impor varian ini. Karena pemerintah dianggap belum melakukan penutupan pintu masuk di masa awal pandemi. 

Baca Juga:
Batik Air Hadirkan Rute Baru Langsung dari Kualanamu ke Chennai India, Ini Jadwalnya!

Varian Delta atau B1617.2 pertama kali ditemukan di India dan menjadi penyebab meledaknya kasus di negara Bollywood tersebut. Adapun tingkat penyaluran varian delta tersebut lebih tinggi dibandingkan varian asli virus Corona asal Wuhan, China 

Hingga kini, kasus harian Covid-19 di Indonesia pun masih terus tinggi. Data Kementerian Kesehatan pada Sabtu (10/7/2021), ada 35.094 kasus baru Covid-19 yang dilaporkan. Dengan begitu total kasus di Indonesia saat ini mencapai hampir 2,5 juta kasus. 

Baca Juga:
Pilot India Dilarang Terbang Gegara Ngopi di Kokpit

Lonjakan kasus baru ini pun membuat kasus aktif terus melonjak, saat ini ada 373 .440 orang pasien yang membutuhkan perawatan di Indonesia. 

Ketika varian Delta pertama kali terdengar, para ahli telah memperingatkan besarnya potensi masuk ke Indonesia dan membuat lonjakan kasus. Bahkan Indonesia dikhawatirkan bisa mengalami hal serupa dengan India. 

Baca Juga:
Pertama di Dunia, Maskapai India Turunkan Penumpang dari Tiga Pintu

"Kalau melihat saat ini, rasanya sulit varian B1617 (varian Delta) dibilang belum ada di Indonesia. Karena pertimbangannya kita bukan negara yang melakukan penutupan pintu masuk dari awal," kata Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman, seperti dikutip April lalu. 

"Indonesia rawan kebobolan kasus impor, apapun itu. Tidak hanya varian India itu," jelasnya. 

Dicky saat itu menilai Indonesia masih belum cukup tanggap. Terutama, dalam upaya pencarian strain virus menggunakan Whole Genome Sequencing (WGS) yang relatif dilakukan secara acak di Indonesia, sehingga belum menyeluruh dan berkelanjutan. 

Sebab itu, Dicky meminta pemerintah agar fokus menjaga pintu masuk Indonesia. Dia juga mengimbau pemerintah untuk melakukan surveilans retrospektif dengan cara aktif mencari kontak WNI yang selama tiga bulan terakhir memiliki riwayat perjalanan luar negeri. 

WGS pun diminta lebih masif dilakukan, terutama pada WNI yang datang dari mana saja, khususnya India. 

Berdasarkan catatan yang dikutip BeritaTrans.com dari CNBC Indonesia pada akhir April lalu, tercatat ada 132 warga negara India yang masuk ke Indonesia dengan pesawat carter melalui Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Banten. Beberapa di antaranya bahkan terkonfirmasi positif Covid-19, menurut Kementerian Kesehatan.


Pada saat itu, India memang dihebohkan dengan munculnya varian baru Delta. Kasus pertama varian ini ditemukan di Jakarta, dan dalam waktu singkat menyebar ke berbagai wilayah hingga saat ini. 

Catatan otoritas kesehatan, hingga saat ini sudah ada sekitar 436 kasus varian Delta di Indonesia. Sementara itu, kasus Covid-19 di Indonesia pun semakin merajalela kendati PPKM Darurat telah diberlakukan. 

Betul bawah masuknya varian Delta mungkin saja tidak sepenuhnya berasal dari banyaknya warga India yang masuk ke wilayah RI. Apalagi, sebagian kasus varian Delta disebabkan karena transmisi lokal. 

Hanya saja, sebagaimana disebutkan oleh pemerintah bahwa penyaluran varian Delta juga berasal dari orang-orang yang memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri.(fh/sumber:CNBC)