Penghasilan Menurun, Sejumlah Pengusaha Restoran Indonesia Mencoba Bertahan di Tengah `Lockdown` Sydney

  • Oleh : Redaksi

Rabu, 14/Jul/2021 18:51 WIB
Hana Tania, pemilik restoran Ayam Penyet Ria, menyebut penjualan home delivery mereka justru meningkat selama lockdown di Sydney/foto:istimewa/abc.net Hana Tania, pemilik restoran Ayam Penyet Ria, menyebut penjualan home delivery mereka justru meningkat selama lockdown di Sydney/foto:istimewa/abc.net

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Kota Sydney dan sejumlah kawasan lainnya di New South Wales memberlakukan 'lockdown' sejak akhir Juni lalu, yang sangat berdampak secara ekonomi, termasuk restoran-restoran Indonesia.

Negara bagian New South Wales (NSW) memiliki populasi warga keturunan Indonesia terbanyak di Australia dengan jumlah mencapai lebih dari 31.000 orang. 

Baca Juga:
Quay Quarter Tower Dinobatkan sebagai Gedung Terbaik Tahun 2022

Tak heran jika jumlah restoran Indonesia di negara bagian ini lebih banyak dan menyajikan jenis makanan yang lebih beragam. 

Tapi sejak 'lockdown' yang diberlakukan di sejumlah kawasan di NSW, sejumlah restoran Indonesia ikut merasakan dampaknya.

Baca Juga:
Wabah Omicron Merebak, Cina Lockdown Kota Berpenduduk 17 Juta Jiwa

NSW memiliki lebih dari 780 kasus aktif COVID-19 dari kasus penularan lokal hingga Selasa malam (13/07) 

Ling-ling, pemilik restoran A'la Indo yang terletak di daerah Mascot mengatakan sebelum lockdown restoran ini selalu ramai. 

Baca Juga:
Di Melbourne: Mulai Tak Wajib Pakai Masker, WFH Ditiadakan

"Kapasitas kami sekitar 25 orang. Restoran kecil, tapi setiap kali penuh. Kadang pengunjung sampai antri," jelas Ling-ling saat dihubungi wartawan ABC Indonesia Farid M. Ibrahim.

"Terus terang karena lockdown ini income restoran kami menurun. Tapi saya berusaha untuk tidak tutup," ujar Ling-ling, pemilik restoran A'la Indo yang terletak di daerah Mascot, Sydney.

Ling-ling mengatakan restorannya dengan menu andalan Nasi Goreng, Mie Siantar, Nasi Padang, serta Ayam Geprek sekarang harus lebih aktif lagi untuk bisa mendapat pesanan lewat layanan delivery.

Tapi keselamatan tetap menjadi yang diutamakannya.

"Safety nomor satu karena kami buka restoran di tengah-tengah COVID ini sangat berisiko," katanya.

"Begitu restoran terkena COVID, pasti customer sudah tak mau datang lagi."

"Semua staf juga kami minta untuk lebih menjaga diri supaya terhindar dari COVID," ujar Ling-ling yang sudah membuka restoran A'la Indo sejak tahun 2017.

Menurutnya penanganan Pemerintah NSW terhadap penularan baru saat ini sudah cukup sigap.

Sejumlah pihak sempat mengkritik Pemerintah NSW terlambat memberlakukan 'lockdown', juga hanya menargetkan komunitas migran saja dengan menurunkan ratusan polisi di wilayah barat daya Sydney.

"Lockdown jangan dianggap sebagai hal yang negatif," kata Ling-ling.

"Anggaplah ini waktu untuk istirahat sebentar dari kesibukan. Kesehatan lebih penting daripada uang," ujarnya.

 

Butuh strategi baru untuk cegah dampak lebih besar

Pengusaha kuliner asal Indonesia di NSW lainnya, yakni Theresa Immanuel mengaku minggu pertama 'lockdown' terasa berat.

Theresa mengatakan ia harus menyesuaikan diri lagi dari melayani pelanggan yang makan di tempat atau 'dine-in' menjadi 'takeaway' saja.

Theresa mengaku ia mengalami penurunan omzet hingga 60 persen di awal 'lockdown'.

Sekarang ia mencoba sebuah strategi baru untuk mencegah dampak yang lebih besar dari kehilangan pendapatannya.

"Kami beralih strategi menjemput bola dengan pengantaran dari rumah ke rumah, dan dibantu juga dengan perusahaan pengantaran makanan di Sydney," jelas Theresa kepada ABC Indonesia.

Dengan strategi baru, Theresa menyebutkan omzet-nya mulai terlihat naik lagi di pekan ketiga 'lockdown,

Ada tiga usaha restoran yang dikelola oleh Theresa dan keluarganya saat ini, yaitu AMA Catering di daerah Asquith, Station Street Bistro di daerah Horsnby, serta Maila's Kitchen di North Turramurra.

Sejumlah pemilik restoran Indonesia d kota Melbourne menceritakan bagaimana mereka bisa bertahan melewati 'lockdown'.

Sampai minggu ketiga lockdown, Theresa menyebutkan belum ada bantuan dari Pemerintah New South Wales.

"Hanya bantuan individual untuk karyawan full time yang kehilangan jam kerjanya 30 jam akan mendapat $500 dan yang kehilangan 20 jam akan mendapat $300," jelasnya. 

Selain masih adanya pelanggan yang tidak mengenakan masker, tantangan lainnya yang dialami Theresa selama lockdown yaitu butuh waktu lebih lama untuk bisa mendapatkan pasokan bahan makanan.

Theresa mengatakan jika ia bisa merasakan Pemerintah NSW sedang berusaha sekuat tenaga untuk mengurangi penyebaran COVID, termasuk dengan program vaksinasi juga semakin gencar dikampanyekan. 

"Saya hanya berharap, warga NSW taat peraturan selama lockdown dengan stay at home, hanya keluar untuk keperluan esensial," katanya.

 

Tantangan untuk tetap perkerjakan karyawan

Layanan antar ke rumah atau 'delivery' telah membantu penjualan bagi sejumlah restoran Indonesia lainnya. 

Seperti yang juga dikatakan Hana Tania, pemilik restoran Ayam Penyet Ria di kawasan Randwick, Sydney. 

"Sejauh ini kami mengalami penurunan penjualan di restoran," kata Hana yang juga membuka cabang di Melbourne dan Brisbane.

Sejak hari pertama 'lockdown' di Sydney, Hana langsung menawarkan layanan 'delivery' gratis, jika konsumen memesan makanan minimal $50, atau lebih dari Rp500 ribu.

"Ternyata banyak sekali konsumen yang meminta layanan ini. Di hari pertama lockdown kami mendapatkan 60 orderan," jelasnya.

"Jadi sejak kami lakukan home delivery ini, malah menambah penjualan kami sekitar 30-40 persen setiap hari dibandingkan sebelum lockdown," tambah Hana.

Ini menjadi salah satu upaya Hana bisa bertahan dari tantangan yang ia sedang hadapi saat ini,  yakni bagaimana agar karyawannya bisa tetap dipekerjakan.

"Karena mereka kebanyakan mahasiswa internasional yang tak mendapatkan support dari pemerintah," ujarnya.

"Kami langsung ganti model bisnis dengan home delivery dan punya admin sendiri, sehingga konsumen bisa melakukan order dan membayar melalui website," jelas Hana.

Pihaknya juga selalu memastikan agar protokol kesehatan diterapkan dengan baik, termasuk oleh para pekerja pengantar makanan.

"Daerah yang awal-awal terekspos COVID adalah termasuk daerah restoran kami di Randwick, Bondi Junction dan sekitarnya," katanya.

"Bahkan sebelum lockdown penuh diberlakukan, kami sudah kena duluan karena orang-orang sudah takut datang ke Randwick dan sekitarnya," tambah Hana.

"Tapi akhirnya seluruh daerah di-lockdown sepenuhnya. Dengan begini sih lebih baik, kita harapkan bisa seperti Melbourne, nanti jumlah kasusnya bisa berkurang jauh," katanya yang berharap buka restoran restoran kedua di Sydney.(amt/sumber:abc.net)