Meski Sering Terganggu Hujan, Tapi Petani Garam di Indramayu Menikmati Harga Jual Lumayan Tinggi

  • Oleh : Taryani

Senin, 30/Agu/2021 09:53 WIB
Salah seorang petani garam, Darmin, 48 sedang memproses pembuatan garam di Blok Tampolong, Desa Wirapanjunan, Indramayu. (Taryani) Salah seorang petani garam, Darmin, 48 sedang memproses pembuatan garam di Blok Tampolong, Desa Wirapanjunan, Indramayu. (Taryani)

INDRAMAYU (BeritaTrans.com) - Kabupaten Indramayu, Jawa Barat secara geografis  memiliki pantai sepanjang 114 km. Di beberapa wilayah, pantai itu  berpotensi menjadi daerah produsen garam.

Meskipun pantainya relatif panjang, namun tidak seluruhnya menjadi lokasi  produksi garam.

Ada tiga kecamatan  yang dikenal sebagai daerah produsen garam terbesar di Kabupaten Indramayu. Tiga kecamatan itu adalah,  Kecamatan Kandanghaur, Losarang dan Krangkeng.

Setiap tahun, khususnya pada musim kemarau, ribuan warga atau petani garam di tiga kecamatan ini,  terjun memproduksi garam. Proses produksi garam dilakukan secara tradisional. Mengandalkan teriknya  sinar matahari.

Jika sinar matahari kurang terik,  akan mempengaruhi kualitas garam sehingga tidak maksimal. Bahkan seandainya turun hujan, proses produksi garam terhenti total.

Pada musim kemarau tahun 2021 ini ribuan warga di 3 kecamatan situ ibuk memproduksi garam.

Salah seorang petani garam di Desa Luwunggesik, Kecamatan Krangkeng, Kamad, 46  mengungkapkan, produksi garam tahun ini tidak sebagus tahun-tahun lalu. 

Penyebabnya, kata dia, karena pada musim kemarau tahun ini masih sering turun hujan. Hujan berpengaruh terhadap kadar air asin yang akan diproduksi menjadi garam. Karena campuran air hujan, air asin butuh waktu sekitar  2 minggu untuk diproses menjadi garam.

Ditanya mengenai jumlah produksi, kata petani garam  yang satu ini, sehari jika cuacanya lagi terik bisa mencapai 3 kwintal atau 300 kg hingga 700 kg.

"Mengenai harga jual garam,  kalau jumlah garam yang dijual  banyak, minimal 5 ton,  maka  mencapai Rp550 per kg. Kalau garamnya sedikit, harganya di bawah Rp 500 per kg," ujarnya.

Sementara petani garam di Blok Cilet, Desa Karanganyar, Kecamatan Kandanghaur, Darmin, 48 mengemukakan, kendala produksi tahun ini adalah seringnya turun hujan.

Meski begitu, diakui harga jual garam tahun ini lumayan tinggi,  mencapai Rp 500 per kg. Beberapa tahun lalu, ia membandingkan, harga jual garam di tingkat petani cukup rendah di bawah Rp 400.

"Alhamdulillah, sekarang harganya sudah agak meningkat, dibanding beberapa tahun lalu," ujarnya.

Garam yang diproduksi petani Indramayu lebih banyak dikirim ke luar daerah. Misalnya  ke Lampung, Bandung dan Jakarta.

Garam ini diserap industri untuk proses produksi.  (Taryani)