Cara Astronot Tentukan Arah Kiblat dan Salat di luar Angkasa

  • Oleh : Redaksi

Sabtu, 11/Sep/2021 00:05 WIB
Cara Astronot Tentukan Arah Kiblat dan Salat di Luar Angkasa. Foto: ist. Cara Astronot Tentukan Arah Kiblat dan Salat di Luar Angkasa. Foto: ist.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Hazza al-Mansoori pada 2019 mencetak sejarah sebagai orang Arab pertama yang mencapai International Space Station (ISS). Sebagai muslim, tentu saja Hazza tetap menjalankan salat di luar angkasa. Pertanyaannya bagaimana dia menentukan arah kiblat dan melaksakan salat?

Hazza berada di luar angkasa selama sepekan dan mendarat kembali di Bumi pada Kamis, 3 Oktober 2019. Dua hari sebelum setibanya di Bumi, Hazza membagikan kisahnya selama di luar angkasa, termasuk menjelaskan waktu salat di luar angkasa begitu relatif, tergantung pada kecepatan pesawat yang dikendarai.

Baca Juga:
Kunci Komando Dikendalikan Astronot NASA, Kosmonot Rusia Tinggalkan Stasiun Luar Angkasa

Melansir dari NU Online, Jumat (10/9/2021), selama di luar angkasa, dia mengelilingi Bumi setiap 90 menit sekali. Dengan demikian, Hazza melihat matahari terbit dan terbenam sebanyak 16 kali selama sehari.

Bagaimana tidak, pesawat luar angkasa yang dikendarai Hazza berkecepatan hingga 28.000 kilometer per jam. Namun, Hazza menuturkan dia menjalankan salat lima waktu sesuai dengan nasihat dari para ulama.

Baca Juga:
Begini Penyebab Astronaut Tak Bisa Jalan dan Berdiri Saat Pulang dari Luar Angkasa

Ketika salat, Hazza mengaku menghadap ke Bumi sebagai arah kiblat, jika memungkinkan. Hazza juga dibekali buku panduan salat oleh peneliti senior di Departemen urusan Islam dan Badan Amal Dubai (IACAD).

Dalam buku panduan tersebut, para ulama di Dubai Islamic Affairs menegaskan, meski di luar angkasa Hazza tetap wajib menjalankan salat. “Sebagai pilot profesional, saya terbiasa salat sambil terbang dengan kecepatan tinggi,” tuturnya.

Hal senada juga diamini oleh Habib Husein Ja'far Hadar. Dalam sebuah konten di YouTube, Habib Husein mengatakan arah kiblat ketika seorang Muslim melakukan salat di luar angkasa tetap menghadap ke Bumi.

"Yang jelas arahnya (kiblat) ke yang terdekat. Salatnya juga boleh duduk. Kalau tidak ada air atau jumlah airnya sedikit, boleh pakai tayamum," ujarnya. 

Kemudian terkait waktu salat, Habib Husein menuturkan astronottersebut mengikut waktu salat di tempat keberangkatannya.

"Misalkan jika berangkat dari Malaysia, mengikuti waktu salat di Malaysia. Tinggal menyesuaikan saja," tuturnya. (dn/sumber: Inews.id)