Demi Kenyamanan dan kesehatan, awak kabin maskapai di Ukraina sekarang memakai sepatu kets dan jas longgar

  • Oleh : Redaksi

Rabu, 06/Okt/2021 05:12 WIB
Awak kabin SkyUp Airlines mengeluhkan seragam yang mereka katakan tidak nyaman dan mengganggu kesehatan. Foto: bbcindonesia.com. Awak kabin SkyUp Airlines mengeluhkan seragam yang mereka katakan tidak nyaman dan mengganggu kesehatan. Foto: bbcindonesia.com.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - "Bayangkan 12 jam berdiri, terbang pulang pergi dari Kiev ke Zanzibar. Jika Anda memakai sepatu hak tinggi, setelahnya Anda pasti akan sulit berjalan," ujar pramugari Daria Solomennaya, 27 tahun. 

Solomennaya menambahkan 12 jam memakai sepatu hak tinggi tersebut termasuk ketika mengikuti pemeriksaan keamanan dan melakukan tugas bersih-bersih.

Baca Juga:
PT Dirgantara Indonesia Ekspor 6 Pesawat Senilai Rp1,25 T ke Filipina

Ia bekerja di perusahaan penerbangan SkyUp Airlines, salah satu maskapai berbiaya murah di Eropa — terhitung baru, namun salah satu yang terbesar di Ukraina. 

Maskapai tersebut baru-baru ini memutuskan untuk mengganti seragamnya menjadi lebih nyaman mulai bulan depan.

Baca Juga:
Persiapan Angkutan Mudik 2023, Awak Kabin Lion Air Group Tingkatkan Pelatihan Pelayanan dan Keamanan

Dengan perubahan ini, para pramugari tak lagi mengenakan sepatu hak tinggi, blus dan rok ketat. 

Sekarang yang dipakai awak kabin adalah sepatu kets dan celana panjang dan jaket longgar.

Baca Juga:
Kisah Pesawat yang Keliling Dunia Pertama Kali, Begini Perjalanan Pan American Airways

SkyUp bukan maskapai Eropa pertama yang melakukannya, namun bagi masyarakat Ukarina ini pertanda bahwa tradisi lama perlahan-lahan luntur. 

Keputusan ini diambil setelah survei pegawai SkyUp Airlines mengungkap bahwa para karyawan perempuan sudah muak dengan sepatu hak tinggi, rok span, dan celana panjang ketat. 

"Banyak rekan kerja saya sering datang ke dokter spesialis kaki. Jari dan kuku mereka terus-terusan cedera akibat hak tinggi," katanya menggerutu.

Keluhan lainnya adalah varises dan pelebaran pembuluh darah. 

Sejumlah maskapai lain telah lebih dulu menghapus aturan berpakaian yang selama ini dianggap sebagai standar industri penerbangan. Maskapai ini antara lain:

  • Virgin Atlantic membolehkan pramugari untuk tidak memakai perias wajah 
  • Japan Airlines menghapus kewajiban memakai hak tinggi serta memberikan pilihan untuk memakai celana panjang dan bukan rok span
  • Norwegian Air membolehkan penggunaan sepatu tanpa hak dan menghapus kewajiban bagi pramugari menggunakan rias wajah saat terbang

Namun SkyUp Airlines melangkah lebih jauh. Sepatu hak tinggi serta pakaian ketat dihapus; diganti dengan sepatu kets serta jas dan celana warna oranye yang longgar. 

"Pekerjaan awak kabin tidaklah seromantis itu. Pekerjaannya sangat sulit," papar kepala pemasaran SkyUp, Marianna Grygorash. 

"Kami menyadari bahwa pramugari kami tidak ingin dipandang 'sebagai objek seksual dan suka bermain-main'." 

Selama puluhan tahun, industri penerbangan telah mengambil untung dari penampilan perempuan, yang biasanya harus ditebus dengan kenyamanan dan gangguan kesehatan. 

"Citra khas pramugari barangkali lebih diseksualisasi dan dikaitkan dengan femininitas," ujar pakar gender, Olena Strelnyk.

Dan memang inilah situasi di Ukraina, perempuan di sini kerap distereotipkan lebih fokus dengan penampilan ketimbang perempuan di Eropa Barat. 

Namun Ukraina telah berubah drastis dalam beberapa tahun terakhir dan Olena Strelnyk percaya bahwa banyak tradisi seksis mulai luntur. 

Tidak semua maskapai akan mengikuti SkyUp Airlines. Maskapai Ukraine International Airlines (UIA) --yang punya pangsa pasar besar dan telah beroperasi selama 30 tahun-- misalnya tidak tertarik mengubah seragamnya. 

"Para pramugari kami punya cukup waktu untuk beristirahat dan sepatu hak mereka juga tidak tinggi: lebih seperti bantalan," ujar maskapai tersebut. UIA bersikukuh dengan tradisi industri penerbangan dan mengatakan setiap maskapai dapat menentukan masa depan perusahaan masing-masing. 

Bagi Daria Solomennaya, sepatu hak dan rok span dapat memunculkan masalah serius. 

Bagaimana jika pesawat melakukan pendaratan darurat di air dan pramugari harus dengan gesit membuka pintu darurat di sayap pesawat, ungkapnya. Pramugari harus merangkak di atas jajaran tempat duduk ketika para penumpang mengantre di lorong kabin.

"Bayangkan bagaimana bisa saya melakukannya dengan rok span." 

Sepatu hak tinggi juga bisa memperlambat gerak dalam situasi darurat, sehingga pramugari harus bertelanjang kaki untuk alasan keamanan. 

Tanpa situasi darurat pun, pekerjaan pramugari sangat menantang secara fisik. Dengan jadwal yang terus berubah, pramugari harus terbang berjam-jam melewati berbagai zona waktu dan iklim. 

Selain itu, sebelum lepas landas awak kabin harus memperagakan panduan keamanan.

"Anda harus memperagakan pemakaian jaket pelampung dan masker oksigen," jelas Solomennaya. 

"Anda harus jongkok perlahan untuk mengambil barang itu satu per satu. Tiba-tiba Anda seperti di atas panggung lalu kemeja Anda sudah terangkat dan tidak rapih lagi," katanya. (dn/sumber: bbcindonesia.com)