Jaring Ikan Nelayan Indramayu Sering Robek Diterjang Ikan dan Tersangkut Terumbu Karang

  • Oleh : Taryani

Senin, 08/Nov/2021 16:21 WIB
Anak buah kapal (ABK) di Indramayu ini tengah memperbaiki jaring yang robek setelah dipergunakan menangkap ikan di laut. (Taryani) Anak buah kapal (ABK) di Indramayu ini tengah memperbaiki jaring yang robek setelah dipergunakan menangkap ikan di laut. (Taryani)

INDRAMAYU (BeritaTrans.com) – Pulang berlayar sehabis mencari ikan di sekitar perairan Papua,  sejumlah anak buah kapal (ABK) di Indramayu tidak lantas tinggal diam di rumah alias menganggur.

Sebab oleh juragan atau pemilik kapal, para ABK ini mendapat tugas baru yaitu membenahi jaring robek yang dilakukan secara manual dengan sistem gotong-royong.

Maklum,  saat digunakan menangkap ikan, jaring  yang terbuat dari benang nylon atau senar itu tak sedikit yang rusak atau robek. Sebab jaring yang digunakan di daerah penangkapan tertentu banyak menghadapi tantangan alam juga tantangan perlakuan ABK.

Tantangan alam itu misalnya  jaring  tersangkut benda asing,  seperti terumbu karang, bangkai kapal dan sebagainya. Bisa juga jaring itu robek karena beban hasil tangkapan yang berlebih.

Rusaknya jaring itu kata Caya, 43 salah seorang nelayan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat  merupakan hal yang lumrah. Terlebih jaring  itu kondisinya sudah tua. Atau sudah dipakai lama  mencapai usia di atas 5 tahun.

Jaring yang sudah berusia di atas 5 tahun itu hampir dipastikan tidak ada yang mulus atau utuh. Pada titik-titik tertentu ada  saja yang robek atau rusak.  

Jaring nylon  atau gill net kapal nelayan dahulu kualiatsnya cukup bagus. Mampu bertahan lama hingga 8 tahun.

Sekarang kualitas jaring itu menurun. Bertahan sekitar 5 tahun saja sudah bagus. “Ya rata-rata sekitar 5 tahunan kondisinya masih dibilang bagus,” ujarnya.

Setelah dipakai menjaring hasil tangkapan laut lebih dari 5 tahun maka seorang juragan atau pemilik kapal sudah bersiap-siap memikirkan dana pembelian jaring baru.

Atau jika jaring yang lama  masih dipertahankan,  maka mau tidak mau juragan harus mengeluarkan biaya pengeluaran yang lumayan besar.

Terlebih jika jaring yang berusia sudah tua di atas 5 tahun itu digunakan untuk menangkap  ikan di perairan Papua yang dikenal banyak ditemukan tantangan  alam. Salah satu contohnya yaitu adanya terumbu karang yang dapat merobek jaring.

Apabila jaring sehabis digunakan menangkap ikan itu lalu ada yang robek maka dilakukan perbaikan secara gotong-royong. Perbaikan dilakukan oleh sejumlah anak buah kapal yang memiliki keahlian  memperbaiki jaring.

Diakui tidak semua anak buah kapal memiliki keahlian memperbaiki jaring. Hal itu tergantung kemauan setiap anak buah kapal untuk belajar memperbaiki jaring. Soalnya memperbaiki jaring rusak itu membutuhkan dua hal yakni ketelitian dan kesabaran.

Tanpa memiliki dua hal itu sulit bagi anak buah kapal melakukan perbaikan jaring yang rusak. “Kalau anak buah kapal zaman dahulu umumnya sudah memiliki keahlian memperbaiki jaring rusak,” katanya.

Ditanya mengenai jumlah biaya perbaikan. Tentunya berbeda-beda. Sesuai tingkat kerusakan dan besar kecilnya jaring. Pengeluaran biaya perbaikan jaring ada yang mencapai belasan juta rupiah.

Mengenai panjang  dan lebar jaring, juga diakui berbeda-beda. Tergantung kemampuan juragan yang tentunya disesuaikan  dengan daerah penangkapan ikan serta jenis ikan yang menjadi sasaran tangkap.

Ada jaring yang panjangnya mencapai 600 meter dan lebar 80 meter. Ada juga jaring nylon yang panjang  maupun lebarnya lebih dari itu.  

Memperbaiki jaring rusak dibutuhkan bantuan peralatan sederhana. Seperti kedapang, gunting, coban dan benang nylon.

Khususnya penggunaan benang nylon,   ukurannya harus disesuaikan dengan jaring yang ada. Jangan sampai ukuran benang nylon lebih besar atau lebih kecil dari ukuran jaring yang ada. (Taryani)