Indonesia Borong 42 Pesawat Tempur Rafale dari Prancis

  • Oleh : Redaksi

Kamis, 10/Feb/2022 21:17 WIB


JAKARTA (BeritaTrans.com) - Indonesia membeli 42 jet tempur Dassault Rafale generasi 4,5 buatan Prancis.

Kesepakatan pembelian itu ditandatangani oleh Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto saat menjamu kedatangan Menhan Prancis Florence Parly di Jakarta pada Kamis (10/2).

Baca Juga:
Cerita KSAL Jajal Jet Tempur F16: Saya Biasa di Laut, di Udara Ternyata Sulit

Indonesia menandatangani kesepakatan dengan Prancis pada Kamis (10/2) untuk membeli enam pesawat tempur Rafale sebagai bagian dari total pesanan sebanyak 42 unit. Kesepakatan itu ditandatangani ketika Paris memperkuat hubungan militer di Asia-Pasifik.

“Kami menyepakati pembelian 42 Rafale. Kontrak yang ditandatangani hari ini untuk enam yang pertama, yang akan diikuti 36 lainnya,” kata Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, sebagaimana dikutip dari kantor berita AFP.

Baca Juga:
2 Jet Tempur Israel Terbang di atas Beirut dan Langgar Wilayah Udara Lebanon

Prabowo menuturkan selain jet tempur, Indonesia juga akan membeli dua kapal selam kelas Scorpene dari Prancis.

Pembelian kapal selam itu bagian dari kerja sama penelitian dan pengembangan kapal selam antara PT PAL dengan Naval Group.

Baca Juga:
Gaharnya Jet Tempur Rafale yang Baru Diborong Menhan Prabowo

"Tentunya akan mengarah pada pembelian dua kapal selam kelas Scorpene dengan AIP beserta persenjataan dan suku cadang yang dibutuhkan termasuk latihan," kata Prabowo.

Selain itu, RI-Prancis juga meneken sejumlah nota kesepahaman (Mou) terkait kerja sama antara Dassault dan PT DI untuk pemeliharan, perbaikan, dan overhaul pesawat-pesawat perang Prancis di Indonesia, seperti Rafale, Helikopter Caracal, dan lainnya.

Kedua negara juga menandatangani MoU kerja sama di bidang telekomunikasi antara PT LEN dan Thales Group, serta kerja sama pembuatan amunisi kaliber besar antara PT Pindad dan Nexter Munition.

"Kerja sama PT Pindad untuk manufacturing amunisi guna keperluan persenjataan darat dan amunisi kaliber besar," papar Prabowo.

Sementara itu, Menteri Angkatan Bersenjata Republik Prancis Florence Parly menyambut baik penandatanganan berbagai MoU serta kontrak pengadaan Pesawat Tempur Rafale dengan Indonesia.

"Kami senang sekali Indonesia memilih Prancis sebagai mitra dalam program modernisasi alutsista, khususnya untuk pesawat tempur. Saya yakin perusahaan Indonesia dapat menjalin kemitraan untuk mendukung program modernisasi alutsista TNI yang lain demi mengembangkan industri strategis nasional Indonesia," kata Parly.

Menurut dia, pilihan Indonesia untuk pengadaan Pesawat Tempur Rafale merupakan pilihan kedaulatan dan keunggulan teknis karena Rafale telah memberikan kapasitas operasional pada banyak kesempatan dan masih menjalankan misi di sejumlah medan yang sangat menantang.

"Pilihan ini menunjukkan kepercayaan Indonesia terhadap Prancis sebagai bukti kemitraan strategis kita sangat kuat dan dinamis," katanya.

Parly menambahkan penandatanganan kontrak ini merupakan tahap penting dalam proses pengadaan alutsista Indonesia.

"Kontrak akan diaktifkan sesegera mungkin untuk meluncurkan proses produksi agar Indonesia dapat memanfaatkan Pesawat Rafale dalam waktu dekat," ujar Parly.

Kesepakatan militer itu pertanda terbaru menghangatnya hubungan antara Paris dan Jakarta di saat Prancis memikirkan kembali aliansinya di kawasan Asia Pasifik setelah gagalnya kesepakatan kapal selam Australia bernilai miliaran dolar pada September lalu.

Paris sangat marah dengan rencana itu karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya bahwa Canberra sedang merundingkan pakta pertahanan baru dengan AS dan Inggris, bernama AUKUS.

Pesanan pertama Indonesia untuk pesawat tempur Prancis datang ketika Jakarta menggantikan alutsistanya yang menua – terutama F-16 Amerika dan Sukhoi Rusia – di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang gejolak hubungan AS-China di Asia.

Harga dan Spesifikasi Rafale

Informasi yang dihimpun, harga satu unit pesawat tempur Dassault Rafale diperkirakan mencapai USD 115 juta atau Rp 1,64 triliun dengan kurs USD 1 = Rp 14.333.

Sementara untuk ongkos terbang per unit dalam hitungan per jam senilai USD 16.500 atau sekitar Rp 236,5 juta dengan kurs yang sama.

Jika Kemhan akan mendatangkan 42 unit pesawat tempur Dassault Rafale, maka perkiraan dana yang harus dikeluarkan Indonesia senilai Rp 68,8 triliun.

Menurut beberapa sumber, pesawat tempur Dassault Rafale ini memiliki panjang sayap selebar 10,90 meter. Untuk tinggi pesawat sekitar 5,30 meter. Sementara untuk panjang badan jet sepanjang 15,30 meter.

Untuk bobot lepas landas mencapai 24,5 ton. Jarak radius tempurnya mencapai 1.850 km dan daya jelajahnya 3.700 km.

Pesawat jet ini juga dilengkapi persenjataan seperti rudal udara ASRAAM and AMRAAM, rudal darat Apache, serta rudal anti kapal Exocet/AM39, HARM, ALARM, Maverick, AS30L, Penguin 3, Sidewinder, Harpoon dan MICA.

Dassault Rafale didesain bersayap delta dipadukan dengan kanard aktif terintegrasi untuk memaksimalkan kemampuan manuver (+9 g atau -3 g) untuk kestabilan terbang. Maksimal, 11 g dapat diraih jika dalam keadaan darurat. Kanard juga mengurangi laju pendaratan hingga 115 knot.

Dari sisi elektronik, pesawat ini dilengkapi sistem Thales RBE2 berjenis passive electronically scanned array (PESA). Oleh pabrikannya, Thales, alat ini bisa meningkatkan kewaspadaan terhadap jet tempur lainnya dan dapat mendeteksi secara cepat serta mampu melacak berbagai target dalam pertempuran jarak dekat.

Sebagai pelengkap, sistem radar juga dilengkapi RBE2 AA, berupa active electronically scanned array (AESA. Alat ini memiliki kemampuan deteksi hingga 200 km. Radar ini diklaim sangat andal dalam mendeteksi lawan dan mengurangi perawatan dibandingkan jenis sebelumnya.

Untuk menambah kemampuan supremasi udara, pabrikan juga memasang sejumlah sistem sensor pasif, yakni sistem optik-elektro berupa Optronique Secteur Frontal (OSF), yang terintegrasi dengan pesawat. OSF ini bisa mendeteksi dan mengidentifikasi target-target udara.

Sementara, untuk mendukung penerbangan dipasang modular avionik terintegrasi (IMA), atau biasa dikenal MDPU (data modular processing unit). IMA ini diklaim dapat membantu pilot selama operasi pertempuran berupa data analisis dari seluruh sistem sensor yang terpasang di dalam pesawat.

Rafale juga dilengkapi sistem bantuan-pertahanan terintegrasi bernama SPECTRA, yang bisa melindungi pesawat dari serangan udara maupun darat. Kemampuan ini pernah ditunjukkan dalam sebuah pertempuran di Libya, di mana Rafale dapat melaksanakan misi secara independen untuk menghancurkan alat Pertahanan Udara Musuh (SEAD).

Selain menyerang musuh di udara, Rafale juga mampu menarget musuh-musuh di darat dengan peralatan mereka bernama alat intai Thales Optronics’s Reco New Generation dan Damocles electro-optical. Secara bersamaan, kedua alat ini memberikan informasi mengenai posisi target, membuka misi pengintaian dan telah terintegrasi dengan sistem IMA.

Rafale dilengkapi dua unit mesin Snecma M88, mesin ini membuat pesawat ini mampu melesat hingga 1,8 mach atau 1.912 km per jam dengan ketinggian puncak, dan ketinggian rendah 1,1 mach atau 1.390 km per jam.

 

Tags :