Rusia Disebut AS Bakal Menyerbu, Tentara Perempuan Ukraina Berikrar `Kami Siap di Garis Depan`

  • Oleh : Fahmi

Minggu, 20/Feb/2022 01:30 WIB
Maria ditempatkan di garis depan timur Ukraina. Maria ditempatkan di garis depan timur Ukraina. "Kami berdiri di tanah kami," katanya.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Garis depan di wilayah timur Ukraina dipenuhi salju. Sebagian besar senjata berat yang disiagakan di kawasan itu belum dioperasikan. 

Namun sekelompok penembak runduk ditempatkan di wilayah yang tampak seperti gurun putih pada musim dingin ini. Tentara Ukraina yang lupa untuk tetap menunduk di parit berkaraktar mirip era Perang Dunia I berisiko tertembak di kepala. 

Baca Juga:
Hari Bumi, Kodim 0507 dan BPBD Bekasi Lakukan Penanaman Pohon

Konflik di kawasan itu membeku sejak 2014. Ketika itu sekelompok orang yang dianggap separatis, yang didukung Rusia, menguasai beberapa wilayah di Donbas. 

Sedikitnya 13.000 orang telah tewas akibat konflik ini, baik kombatan maupun warga sipil. Sekarang para pemimpin negara Barat memperingatkan bahwa sesuatu yang jauh lebih buruk dapat terjadi, yaitu invasi Rusia dalam skala penuh ke Ukraina. 

Baca Juga:
Rekap Se-Indonesia Rampung, KPU Umumkan Pemenang Pemilu 2024

Jika invasi itu benar-benar terjadi, garis perbatasan di kawasan timur akan menjadi tempat yang mudah untuk serang. Kelompok pro-Rusia diyakini akan membuka jalan bagi pasukan invasi. 

Maria berusaha untuk tidak stres tentang semua prediksi itu. Tentara Ukraina berusia 26 tahun itu gemar berbincang. Dia bersiaga di parit. Tangannya menenteng senjata laras panjang Kalashnikov. Dia tampak merawat setiap jengkal kukunya. 

Baca Juga:
Tarawih Hari Pertama Ramadhan 1445 H di Mushola Alfajar Kota Kualasimpang

Maria adalah bagian dari Brigade Infanteri 56 Ukraina. (Angkatan Darat Ukraina meminta wartawanq untuk tidak menyebut nama belakangnya untuk mencegah perundungan di media sosial.) 

"Saya mencoba menghindari politik dan tidak menonton TV. Saya mencoba untuk tidak terlalu khawatir," kata Maria. 

"Tapi kami siap. Kami telah menjalani banyak latihan. Saya mengerti bahwa situasinya tidak akan seperti latihan, ini akan sulit bagi semua orang. Tapi moral kami tinggi dan kami tetap teguh pada pendirian kami," tuturnya. 

Maria memiliki dua saudara kandung laki-laki. Mereka adalah anggota di Garda Nasional Ukraina. 

Adik bungsu Maria akan segera menuju ke garis depan konflik, sebagai penembak tank. Di rumah, orang tua Maria yang sudah pensiun merawat putranya yang berusia empat tahun. 

"Sangat berat untuk meninggalkan putra saya, tapi sejak berusia enam tahun, impian saya adalah bergabung dengan tentara," ujar Maria. 

"Saya tidak berpikir bahwa saya akan berakhir di garis depan, tapi saya tidak menyesal bahwa saya ada di sini." 

Di dekat Maria, salah satu saudara laki-lakinya memotong kayu dengan kapak. Dingin adalah ancaman yang mereka hadapi terus-menerus di garis depan, samas seperti kelompok pro-Rusia yang berjarak sekitar satu kilometer dari mereka.

Seorang tentara Ukraina menyiapkan makanan di dapur darurat di dekat garis depan. 

Maria berjalan melalui lorong terowongan ke tempat tinggal sementaranya yang berada jauh dari rumahnya. Tempat tinggal temporer itu berada di bawah tanah. Sebuah gambar anak-anak berwarna cerah menempel di dinding lumpur. 

"Ini berasal dari sekolah yang berbeda, sebagai ucapan terima kasih. Ini membantu untuk meningkatkan moral kami," ucapnya. 

Perang yang dihadapi Maria adalah tentang masa depan tanah airnya, tapi mungkin ada jauh lebih banyak yang dipertaruhkan selain nasib Ukraina. 

Rusia sedang menarik garis pertempuran dalam Perang Dingin yang baru. Yang dipermasalahkan sekarang adalah bentuk masa depan NATO dan tatanan keamanan yang mapan di Eropa. 

Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyebut "kemungkinan yang jelas" bahwa Rusia akan mulai menyerang Ukraina pada Februari. Menurutnya, invasi itu akan mengubah dunia. 

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, menyerukan kengerian yang pernah terjadi pada konflik bersenjata di Chechnya dan Bosnia pada era sebelumnya. 

Namun kekhawatiran internasional yang tengah meningkat bertentangan dengan apa yang Anda dengar dari beberapa orang Ukraina. 

"Saya tidak percaya Rusia akan datang," kata seorang pekerja sosial di timur, yang tidak ingin kami menggunakan namanya. 

"Saya percaya pada mata dan telinga saya. Sebenarnya di sini sekarang lebih tenang daripada bulan lalu. Ini hanya perang informasi," ujarnya. 

Kalimat 'tidak ada yang bisa dilihat di sini' digemakan secara rutin oleh presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. 

Meski begitu, beberapa orang Ukraina mengaku cemas. 

"Setiap kali saya mendengar suara, jantung saya berdebar kencang," kata Ludmilla Momot, perempuan berusia 64 tahun dengan gigi depan berujung emas. 

Momot tahu betul apa yang bisa dilakukan Rusia dan sekutunya. Rumahnya selama 30 tahun, di desa Nevilske, dihancurkan November lalu kelompok pro-Rusia. 

Dia kembali ke Nevilske, yang sekarang menjadi kota hantu, untuk menunjukkan puing-puingnya kepada kami. 

"Ini adalah luka yang akan bertahan selama sisa hidupku," katanya sambil menangis, melirik lubang menganga di mana pintu depannya dulu. 

"Saya harus merangkak keluar dari reruntuhan dengan baju tidur saya. Kaki saya berdarah. Ini adalah tahun kedelapan perang, berapa lama penderitaan kita bisa berlanjut?" ucapnya. 

Saya bertanya kepada mantan pekerja di peternakan sapi apakah ada hal yang ingin dia katakan kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin. 

"Berdamailah," katanya. "Capailah kesepakatan. Kalian semua sudah dewasa, orang-orang terpelajar. Berdamailah agar orang bisa hidup bebas, tanpa air mata dan penderitaan," tuturnya. 

Dalam konteks perang dan perdamaian versi modern, tujuan akhir Rusia belum jelas. Apakah Putin menyiagakan sekitar 100 ribu tentara di sepanjang perbatasan Ukraina untuk memaksa konsesi dari NATO, yang artinya Amerika Serikat? Atau apakah Putin ingin merebut bagian lain Ukraina? 

Salah satu skenario yang mungkin terjadi adalah serangan terbatas. Artinya, pasukan Rusia hanya akan dikirim ke Ukraina Timur. 

Rusia barangkali akan mencoba menampilkan citra sebagai "penjaga perdamaian" dan melindungi pemegang paspor Rusia. 

Rusia sibuk mengeluarkan ratusan ribu paspor di wilayah yang dikuasai kelompok bersenjata yang menyokong mereka. 

Pasukan Ukraina bersikeras bahwa jika Rusia datang, Rusia tidak akan menghadapi kemudahan seperti saat mereka menganeksasi semenanjung Krimea pada tahun 2014. 

"Kami lebih siap kali ini," kata Alyona, seorang tentara yang ditempatkan di Timur. 

"Saya ragu Rusia akan menyerang. Mereka ingin membuat panik dan menggunakannya sebagai pengaruh," katanya. 

Moskow bersikeras tidak akan ada invasi. Namun jika memang akhirnya tidak berlangsung pendudukan darat, kerusakan telah terjadi. 

Kekhawatiran internasional tentang kemungkinan invasi mengganggu kestabilan negara luas yang tampak seperti Barat ini. 

Presiden Putin telah mencapai kemenangan, tanpa melepaskan tembakan. Dia melemahkan negara tetangga yang ia idamkan itu dan memaksa komunitas global untuk berpegang pada setiap kata-katanya. 

Walau begitu, banyak pemimpin Barat cemas Putin tidak akan puas dengan pencapaian itu.(fh/sumber:BBC)