Pemimpin Chechen Pro-Rusia Kadyrov Akui 2 Tentaranya Tewas di Ukraina: Bantu Gulingkan Presiden Zelensky

  • Oleh : Dirham

Rabu, 02/Mar/2022 16:53 WIB
Pemimpin Chechen Ramzan Kadyrov. Pemimpin Chechen Ramzan Kadyrov.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Pemimpin Chechen, Ramzan Kadyrov, mengakui ada dua personelnya tewas di Ukraina pada Selasa (1/3), saat ikut perang bantu Rusia invasi negara tetangganya.

"Sayang sekali, sudah ada kerugian yang dialami pasukan Republik Chechnya. Dua meninggal, enam lainnya terluka dalam berbagai tingkat," kata Kadyrov di Telegram, dikutip AFP, Selasa (1/3) malam waktu setempat.

Tempo hari, Kadyrov memutuskan mengerahkan pasukan ke Ukraina untuk membantu Rusia dan menggulingkan presiden negara itu, Volodymir Zelensky.

Kadyrov diketahui merupakan loyalis Presiden Rusia, Vladimir Putin. Ia sering menggambarkan dirinya sebagai "prajurit" pemimpin Negeri Beruang Merah itu.

"Presiden (Putin) mengambil keputusan yang tepat dan kami akan melaksanakan perintahnya dalam keadaan apa pun," kata dia dalam video yang diunggah di internet pada Sabtu (27/2), sebagaimana dilansir Reuters.

Dalam video itu, dia juga mengklaim sejak pengerahan pasukan, pihaknya tidak mengalami kerugian.

"Sampai hari ini, pada menit ini, kami tidak memiliki satu korban pun, atau terluka, tidak seorang pun bahkan pilek," kata Kadyrov, menyangkal laporan palsu tentang korban dari sumber Ukraina.

Pasukan Chechen di bawah pimpinan Kadyrov memang kerap membantu Rusia. Tercatat, mereka juga turut mendukung operasi militer Moskow di Suriah dan Georgia.

Di Suriah mereka mengklaim membantu melawan teroris internasional. Sementara itu di Georgia pasukan tersebut membantu Rusia karena negara ini berusaha bergabung dengan Uni Eropa dan NATO.

Selama beberapa tahun terakhir pasukan Chechen juga kerap menangkap orang tanpa melalui proses hukum. Mereka di antaranya kelompok milisi, kritikus pemerintah, dan orang yang dicurigai gay.

Chechnya sendiri memiliki riwayat sederet pelanggaran hak asasi manusia. Pasukan ini juga sering melakukan penyiksaan bahkan tak segan menembak.

Sementara itu, Ukraina berada dalam gempuran Rusia usai invasi yang dilakukan Moskow sejak pekan lalu.

Pertempuran dan ledakan terus terjadi di sejumlah kota, di antaranya kota terbesar Ukraina, Kharkiv dan ibu kota, Kiev. Sejak invasi dimulai, Rusia meluncurkan 400 rudal ke Ukraina namun mereka belum bisa mengendalikan kota-kota besar di Ukraina.

Invasi ini juga menimbulkan banyak korban. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) per Selasa (1/3) korban tewas mencapai 136 orang termasuk 16 anak-anak dan sekitar 560 ribu orang mengungsi. (ds/sumber CNNIndonesia.com)