Terancam Tenggelam, Maldives Bangun Kota Terapung

  • Oleh : Redaksi

Selasa, 28/Jun/2022 08:09 WIB
Kota terapung Maldives. Foto: Dok. Waterstudio.NL Kota terapung Maldives. Foto: Dok. Waterstudio.NL

Maldives (Beritatrans.com) - Sebagai sebuah negara kepulauan berdataran rendah, Maldives terancam tenggelam. Menyiasatinya, Maldives membangun proyek kota terapung.

Untuk menyiasati kenaikan permukaan air laut, pemerintah Maldives bekerja sama dengan kontraktor properti Dutch Docklands membuat proyek kota terapung.

Mengutip CNN, sebuah kota muncul dari perairan Samudra Hindia. Di sebuah laguna pirus, hanya berjarak 10 menit menggunakan perahu dari Kota Male, ibukota Maldives. Kota terapung ini memang tengah dibangun. Dengan ukuran yang dapat menampung perumahan untuk sekitar 20.000 orang.

Kota terapung dirancang dengan pola yang mirip karang otak. Jenis karang yang biasa ditemukan di terumbu karang dangkal di perairan yang hangat. Kota ini akan diisi oleh 5.000 unit bangunan terapung. Termasuk di dalamnya rumah, restoran, toko, dan sekolah dengan dilengkapi kanal yang mengalir di antaranya.

Unit pertama akan diluncurkan pada bulan ini. Masyarakat dapat mulai menghuni kota terapung pada awal tahun 2024. Kota ini direncanakan akan selesai pada tahun 2027

Proyek kerja sama antara Pemerintah Maldives dan kontraktor properti Dutch Docklands bukan merupakan sebuah proyek eksperimen. Namun, proyek ini dibuat atas kebutuhan praktis Maldives yang membutuhkan solusi atas kenaikan permukaan air laut yang semakin tinggi.

Maldives merupakan negara kepulauan dengan 1.190 pulau dataran rendah. Menjadikannya salah satu negara yang rentan terkena dampak perubahan iklim.

Sejauh ini, 80 persen daratan Maldives memiliki ketinggian kurang dari satu meter di atas permukaan laut. Sementara kenaikan permukaan laut diproyeksikan mencapai hingga di atas satu meter pada akhir abad ini. Membuat hampir seluruh pulau di Maldives dapat sepenuhnya tenggelam.

Kota terapung menjadi 'harapan baru' bagi warga Maldives. Desain kota ini dibuat dapat ikut naik bersama permukaan air laut.

"Hal ini dapat membuktikan bahwa ada perumahan terjangkau, menampung komunitas besar, dan kota yang normal di atas air yang juga aman. Mereka (warga Maldives) akan bertransformasi dari pengungsi iklim ke inovator iklim," Kata pendiri Waterstudio Koen Olthuis.

Koen Olthuis lahir dan tumbuh di Belanda. Negara yang sepertiga wilayahnya berada di bawah permukaan laut. Keluarga dari pihak ibunya merupakan pembuat kapal. Sedangkan dari pihak ayahnya merupakan keluarga arsitek dan insinyur.

Sehingga wajar rasanya jika Ia menggabungkan keduanya. Pada tahun 2003, Ia membangun Waterstudio. Sebuah firma arsitektur yang berdedikasi penuh untuk membangun di atas air.

Proyek kota terapung Maldives merupakan sebuah proyek dengan target untuk mempercepat dan memperluas pembangunan. Membangun sebuah kita untuk 20.000 orang dalam waktu kurang dari lima tahun.

Selain Maldives, rencana pembangunan kota terapung juga telah diluncurkan di beberapa negara. Seperti Kota Oceanix di Busan, Korea Selatan, dan rangkaian kepulauan terapung di Laut Baltik. Namun, tidak ada yang menyaingi proyek Maldives dalam kategori kecepatan dan skala pembangunan.

Kota dari Waterstudio ini didesain untuk menarik masyarakat lokal dengan rumahnya yang berwarna-warni. Serta dilengkapi juga dengan balkon yang luas dan pemandangan laut. Penghuni kota dirancang untuk bepergian menggunakan perahu. Bisa juga berjalan, bersepeda, atau mengendarai skuter elektrik di sepanjang jalan berpasir.

Kota ini menawarkan ruang yang sulit didapat di wilayah ibu kota Maldives. Male merupakan salah satu kota dengan penduduk terpadat di dunia. Selain itu, kota terapung juga ditawarkan dengan harga yang kompetitif. Mulai dari USD 150.000-250.000 untuk rumah keluarga.

Unit modular dibangun di sebuah kapal lokal. Kemudian ditarik ke kota terapung. Setelah berada pada posisinya, unit dilekatkan pada lambung beton bawah air yang disekrup ke sebuah tiang baja teleskopik di dasar laut.

Prosedur ini memungkinkan bangunan untuk bergerak dengan halus saat terkena ombak. Kemudian terumbu karang yang mengelilingi kota menjadi pemecah gelombang alami. Untuk menstabilkan gelombang. Sehingga penghuni kota tidak mabuk laut.

Olthuis mengungkapkan bahwa potensi dampak lingkungan dari struktur ini telah dinilai oleh para ahli karang lokal. Serta telah disetujui oleh pemerintah sebelum konstruksi dimulai.

Untuk mendukung kehidupan laut, bank karang buatan juga dibuat dan dihubungkan ke bagian bawah kota terapung. Sehingga dapat merangsang pertumbuhan karang secara alami.

Itu bertujuan untuk menjadikannya kota mandiri dan memiliki fungsi yang sama seperti kota pada umumnya. Kota terapung Maldives akan dilengkapi oleh listrik yang sebagian besar berasal dari tenaga surya. Kemudian limbah akan diolah secara lokal dan digunakan kembali menjadi pupuk tanaman. Untuk pendingin ruangan, akan digunakan pendingin laut dalam.

Olthuis berharap bahwa arsitektur jenis ini dapat berkembang ke level yang lebih tinggi. Tidak lagi dipandang sebagai 'arsitektur aneh' yang hanya ditemukan di kawasan-kawasan mewah. Namun dapat menjadi jawaban permasalahan iklim dan urbanisasi.
(ny/Sumber:detiktravel.com)