Terowongan Mina Mati Lampu, Tidak Ada Korban Jiwa: Total Jemaah Indonesia Wafat 35 Orang

  • Oleh : Dirham

Senin, 11/Jul/2022 09:15 WIB
Terowongan Mina.  Terowongan Mina. 

MEKAH (BeritaTrans.com) - Mati lampu terjadi di terowongan Mina pada Minggu (10/7/2022) pagi, Waktu Arab Saudi. Tepatnya di terowongan yang menuju jalur atas jamarat tiga atau lantai tiga.

"Pada jam 05:15 WAS sampai 06:10 WAS kurang lebih, terjadi mati lampu di terowongan arah menuju jalur atas jamarat tiga atau lantai tiga," kata Wakasatops Masyair 3 Harun Al Rasyid, kepada Media Center Haji (MCH) 2022, di Mina, Mekah.

Dia mengatakan, dugaan sementara mati lampu karena korsleting arus pendek. Menurut dia, tanda-tanda itu sebetulnya sudah tampak Sabtu 9 Juli 2022 malam, di mana lampu depan terowongan kadang mati kadang hidup.

"Dan tadi pagi, begitu jemaah habis subuh mau ke jumarat lewat terowongan tersebut, maka terjadi mati lampu dan Alhamdulillah tidak lama, 30 menit saja bisa segera diatasi oleh pihak Arab Saudi dan alhamdulillah sekarang sudah normal kembali," ujar dia.

Harun menjelaskan, saat kejadian, pergerakan jemaah langsung dihentikan sementara. Mereka kemudian diberi arahan dan edukasi agar jemaah tidak panik dan tenang karena hanya beberapa saat saja sambil menunggu perbaikan.

"Jemaah menunggu, dihentikan dan kami memberikan edukasi juga informasi seputar jamarat yang akan mereka lalui di lantai 3," kata dia.

Tidak Ada Korban

Harun mengatakan, tidak ada korban dalam peristiwa mati lampu tersebut. "Alhamdulillah tidak terjadi, dan segera teratasi dengan baik dan sekarang sudah lancar dan normal," kata dia.

Ditangani dengan Baik

Harun menyebut, pihak Arab Saudi melakukan penanganan dengan baik. Mereka juga menyiapkan ahli listrik untuk mengantisipasi agar kejadian kejadian tersebut tidak terulang kembali.

Harun mengatakan, saat kejadian jemaah berhenti dan menunggu di sepanjang jamarat masuk terowongan. Mereka diberikan edukasi dan bimbingan. Mereka pun mematuhi aturan itu.

"Ketika terjadi lagi kami arahkan supaya tidak panik. Kalau panik hadapi gelap, justru akan menambah situasi tidak kondusif. Apalagi begitu padatnya jemaah kita. Kita imbau agar tenang," kata Harun.

35 Jemaah Haji Indonesia Wafat

Jemaah haji Indonesia yang wafat mencapai 35 orang hingga Minggu (10/7/2022), 7 orang di antaranya, wafat usai wukuf di Arafah.

Laporan dari Kementerian Agama (Kemenag) pada Minggu (10/7/2022) menyebutkan, satu jemaah wafat di 1 Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekah dan enam lainnya di KKHI Mina.

Tujuh jemaah yang wafat adalah Indra Saksti Lubis (9 Juli 2022/MES-4/KKHI Mina), Ngatminah Moenali Yusuf (9 Juli 2022/SUB-36/KKHI Mina). Romadhon Masrukin Mukharor (9 Juli 2022/SOC-7/KKHI Mina), Titik Andayani Suwadi (9 Juli 2022/SUB-36/KKHI Makkah), Karno Karto Sido (9 Juli 2022/SUB-6/KKHI Mina), Giri Sadmoko Dirdjopoespito (9 Juli 2022/JKS-21/KKHI Mina), dan Makhulah Samian Pirak (8 Juli 2022/SUB-4/KKHI Mina).

Kemudian, jemaah yang sedang dirawat 184 orang terdiri dari 171 jemaah dirawat di KKHI Makkah dan 13 di rumah sakit pemerintah Arab Saudi.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Budi Sylvana meminta kepada ketua kloter hingga ketua rombongan untuk mengawal dan menjaga jemaahnya yang melaksanakan prosesi lempar jumrah di jumarat. "Banyak jemaah tersasar sepanjang jalur jumarat. Selain kesasar, jemaah juga kelelahan dan dehidrasi," kata Budi di Mina.

Dia mengatakan, jemaah yang kelelahan dan dehidrasi harus diantisipasi sehingga tidak makin banyak yang berjatuhan di sepanjang jamarat. Apalagi tahun ini tidak boleh ada kendaraan masuk jumarat dan tidak boleh ada kursi roda kosong yang masuk.

"Pertolongan cepat hanya bisa dilakukan tim mobile EMT yang bergerak bergelombang," kata Budi.

Budi mengatakan, pihaknya menambah jumlah personel EMT untuk mengantisipasi banyaknya jemaah yang kelelahan. "Kita tambah 20 orang yang bergerak masuk setengah jam ke terowongan untuk menyisir jemaah yang kelelahan," kata dia.

Dia pun mengingatkan ketua kloter dan rombongan untuk memberikan edukasi ke jemaah supaya lempar jumrahnya dibadalkan bila kondisi kesehatannya tidak memungkinkan untuk lempar jumrah sendiri. Terutama bagi mereka yang lansia dan memiliki komorbid.

"Komorbid bisa timbul penyakit, jalan kaki 7 kilo hari ini (dari tenda ke tempat lempar jumrah), 7 kilo besoknya, dan 7 kilo lagi di hari ketiga. Dibadalkan, haji tetap sah," kata dia.

Budi menegaskan, critical periode muncul di Arafah sampai hari ketiga lempar jumrah di Mina. Di mana banyak jemaah yang mengalami puncak kelelahan. (ds/sumber Liputan6.com)