Listrik Aliran Kereta Cepat Jakarta Bandung Berkekuatan 246,3 MVA, Diharapkan Bebas Emisi

  • Oleh : Fahmi

Minggu, 30/Apr/2023 08:19 WIB
Pemasangan Overhead Catenary System pada jalur Kereta Cepat Jakarta Bandung.(Ist) Pemasangan Overhead Catenary System pada jalur Kereta Cepat Jakarta Bandung.(Ist)

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Jelang pengoperasian Kereta Api Cepat Jakarta Bandung (KCJB), pemasangan jaringan Listrik Aliran Atas atau Overhead Catenary System (OCS) sudah hampir selesai seluruhnya. 

Progres pemasangan OCS dari Stasiun KA Cepat Halim hingga Stasiun KA Cepat Tegalluar sudah mencapai di atas 80% seluruhnya. Bahkan untuk ruas Padalarang hingga Stasiun Tegalluar pemasangannya telah mencapai 100%.

“Saat ini KCIC bersama seluruh kontraktor sedang melakukan percepatan pemasangan OCS di beberapa stasiun, depo, dan ruas tertentu. Ini adalah komitmen kami untuk bergegas menyelesaikan to do list yang masih ada jelang operasional KCJB,” ujar General Manager Corporate Secretary KCIC Rahadian Ratry dalam keterangn resmi dikutip Ahad (30/4/2023).

Penggunaan energi listrik pada layanan KCJB diharapkan mampu mengurangi emisi karbon di wilayah yang dilalui dari Jakarta hingga Bandung.

Menurut Rahadian, KCJB akan menjadi moda transportasi yang ramah lingkungan karena dalam operasionalnya akan menggunakan sumber daya listrik. Dengan sumber energi listrik, KCJB turut serta menekan emisi CO2 karena penggunaan bahan bakar dari energi yang lebih bersih.

Untuk mengoperasikan KCJB, stasiun, dan seluruh peralatan yang terpasang di trase KCJB dari Halim hingga Tegalluar, dibutuhkan kekuatan hingga 246,3 MVA. 

"KCJB turut serta dalam kelestarian lingkungan melalui penggunaan energi listrik dalam operasionalnya. Pasalnya, polusi yang dihasilkan dari kereta api dengan bahan bakar listrik adalah nol atau tidak ada sama sekali jika dibandingkan dengan kereta api bertenaga diesel," ujar Rahadian.

Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Departement for Transport Britania Raya (DfT), karbon per mil penumpang dari kereta listrik lebih rendah hingga 35% dibandingkan kereta diesel. Ini merupakan bukti salah satu sumbangsih dan manfaat kehadiran KCJB di Indonesia. Hal tersebut juga sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo pada konferensi G20 dimana Indonesia turut berkontribusi dalam menangani perubahan iklim dan mengelola lingkungan secara berkelanjutan. (fhm)