Kementerian KP dan Pemerintah Australia Pulangkan 11 Nelayan Asal Rote yang Terdampar Akibat Badai

  • Oleh : Fahmi

Minggu, 30/Apr/2023 12:45 WIB
Sebanyak 11 nelayan yang terdampar akibat badai dipulangkan oleh KKP bekerja sama dengan Pemerintah Australia. Sebanyak 11 nelayan yang terdampar akibat badai dipulangkan oleh KKP bekerja sama dengan Pemerintah Australia.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersinergi dengan Pemerintah Australia memulangkan 11 orang nelayan asal Rote yang terdampar di Pulau Bedwell Rowley Shoals, Western Australia pada Jumat (28/4/2023). 

Sebanyak 11 nelayan ini sebelumnya terjebak dalam Badai Siklon Ilsa dan berhasil ditemukan oleh Otoritas Australia melalui Joint Rescue Coordination Centre (JRCC).

Baca Juga:
Kementerian-KP Setop Operasional Kapal Keruk Pasir di Lamongan

Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP), Laksda TNI Dr. Adin Nurawaluddin, M. Han menyampaikan apresiasinya kepada Otoritas Australia yang telah berhasil mengevakuasi kesebelas nelayan Indonesia dari pulau tidak berpenghuni dan memfasilitasi pemeriksaan kesehatan di kota terdekat Broome, di sebelah utara Perth, Western Australia.

“Apresiasi sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Pemerintah Australia yang telah menyelamatkan 11 orang nelayan Indonesia yang terjebak Badai Siklon Ilsa dan terdampar di Australia”, ucap Adin.

Baca Juga:
KKP Tangkap Kapal Pencuri Ikan Berbendera Malaysia di Selat Malaka

Adin menjelaskan bahwa kesebelas orang nelayan tersebut diketahui berasal dari dua perahu motor, yaitu PM Dioskouri 01 dan PM Putri Jaya. Dari data yang didapat, 10 orang nelayan yang berada di PM Diskouri, seluruhnya berhasil diselamatkan. Sedangkan pada PM Putri Jaya, hanya 1 orang nelayan yang ditemukan selamat. Delapan orang nelayan lainnya masih belum ditemukan.

Adin melanjutkan bahwa usai kondisi kesebelas nelayan tersebut dinyatakan stabil oleh pihak Broome Hospital, mereka kemudian dipindahkan ke Darwin dan ditempatkan di detensi imigrasi Northern Alternative Place of Detention (NAPOD) di Hotel Frontier Darwin untuk kemudian dipulangkan ke Indonesia menggunakan charter flight dengan rute Darwin-Denpasar.

Baca Juga:
Politeknik KKP Sidoarjo Buka Penerimaan Mahasiswa Baru, Dibuka untuk Umum

“Dengan pertimbangan kemanusiaan, Pemerintah Australia tidak mengenakan proses hukum kepada kesebelas nelayan Indonesia yang terdampar di teritorial Australia akibat badai. Sehingga per hari ini (28/4), pukul 16.40 WITA mereka dapat kembali ke Indonesia dengan bantuan dari pihak Australian Border Force”, terang Adin.

Selanjutnya, Adin menjelaskan bahwa proses pemulangan kesebelas nelayan Indonesia dapat berjalan baik, merupakan hasil dari sinergi dan gerak cepat antara KKP melalui Direktorat Jenderal PSDKP dengan Kementerian/Lembaga terkait yaitu, Perwakilan Konsulat RI di Darwin Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Ditjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, TNI AL, dan Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Terkait pemulangan kesebelas nelayan dari Denpasar ke Kupang yang rencana akan dilakukan pada Sabtu (30/4), akan difasilitasi oleh Direktorat Penanganan Pelanggaran (Dit PP), Ditjen PSDKP untuk kemudian di serahkan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT.

“Kami menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang secara sinergi bekerja cepat sehingga proses pemulangan kesebelas nelayan ini dapat berjalan dengan lancar. Tentunya, Ditjen PSDKP melalui Direktorat PP, Pangkalan PSDKP Benoa, dan Stasiun PSDKP Kupang akan terus mendampingi proses pemulangan kesebelas nelayan asal Rote hingga tuntas, sebagai wujud komitmen kami, Ditjen PSDKP sebagai sahabat para nelayan”, tegas Adin.

Untuk diketahui, siklon tropis Ilsa merupakan siklon yang terbentuk di selatan Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Siklon ini bergerak ke arah pantai barat laut Australia dengan membawa embusan angin hingga kecepatan 218 kilometer per jam. Siklon ini telah berdampak langsung ke wilayah Indonesia dengan menyebabkan gelombang tinggi mencapai 1,25 – 2,5 meter di perairan Kupang-Pulau Rote dan sekitarnya.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono menyebutkan bahwa perubahan iklim saat ini telah berada pada batas kondisi kritis yang juga menjadi salah satu penyebab meningkatnya cuaca ekstrim di Indonesia. Untuk itu, pihaknya terus mengupayakan pengelolaan karbon biru secara efektif melalui lima program prioritas Ekonomi Biru, khususnya perluasan Kawasan Konservasi Laut hingga 30% dan Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil secara berkelanjutan.(fhm)