Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat, Peduli Lingkungan, Program Bank Sampah Barokah Juga Dongkrak Ekonomi Masyarakat

  • Oleh : Ahmad

Rabu, 13/Sep/2023 18:37 WIB
Foto:istimewa/pertaminajbb Foto:istimewa/pertaminajbb

JAKARTA (BeritaTrans.com) – Sebagian besar orang menganggap lalat sebagai serangga pembawa penyakit karena selalu hinggap di tempat-tempat kotor. Namun hal itu tidak berlaku bagi Lalat Tentara Hitam atau Black Soldier Fly (BSF). Lalat jenis ini justru dikembangbiakkan karena memiliki manfaat bagi manusia dan lingkungan.

Baca Juga:
Pertamina Patra Niaga Regional JBB Resmikan Taman Kupu-Kupu di Kiarapayung Lewat Program Greenpartner 8.0

Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat melalui Integrated Terminal Jakarta (ITJ)-Plumpang menjalankan program berkelanjutan dengan jangka waktu 5 (lima) tahun yang di evaluasi setiap tahunnya.

Salah satu programnya yaitu Bank Sampah Barokah yang mulai dilaksanakan pada tahun 2019.Melihat perkembangan lingkungan yang lebih baik, pada tahun 2021 ITJ melalui program ini berinovasi dan berkolaborasi dengan kelompok Maggot Milik Kita (Malika) dalam pengembangan program Bank Sampah Barokah di Kelurahan Rawa Badak Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.

Baca Juga:
Resmikan Program Pelestarian Lingkungan, Pertamina Dorong Kolaborasi Multi-stakeholder Pengelolaan Sampah Berkelanjutan di Kawasan Bantar Gebang

Program Bank Sampah Barokah ini dilatarbelakangi karena melihat pengelolaan sampah organik yang belum maksimal, khususnya di lingkungan RW 07 Rawa Badak Utara. Prosesnya dimulai dari warga yang diarahkan untuk menabung dan menyetor sampah organik di Bank Sampah Barokah, setelah itu sampah organik ditaruh di wadah dan diberi telur lalat BSF, lalu diberi makan, kemudian membutuhkan waktu sekitar 14 hari hingga telur berubah menjadi maggot.

Pada program ini, Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat memberikan sejumlah bantuan fasilitas berupa mesin pencacah plastik, mesin pencacah rumput, alat press sampah plastik, rak lalat BSF, perlengkapan budidaya maggot, rumah budidaya maggot serta mesin rotari sebagai alat pengering maggot. Pada tahun 2022, dengan menggandeng Bank Sampah Dadali, Kelompok Malika mendapatkan pelatihan pemanfaatan SOD (Sampah Olahan Domestik) serta pengembangan pemasaran maggot. Lalu di tahun 2023, Kelompok Malika mendapatkan pendampingan teknis dari Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor berupa pelatihan-pelatihan inovasi diversifikasi maggot dan pengemasan maggot. Sehingga terdapat peningkatan ilmu dan keterampilan dalam budidaya maggot bagi kelompok. 

 

Area Manager

Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat, Eko Kristiawan menyampaikan program ini merupakan bentuk upaya komitmen dan kepedulian Pertamina terhadap pemberdayaan masyarakat di tiga pilar, yaitu lingkungan , sosial, dan ekonomi. Tujuan program ini salah satunya yaitu untuk meminimalisir sampah organik namun budidaya maggot juga dimanfaatkan untuk pakan ternak dan pupuk yang dapat dipakai untuk tanaman.

“Sejak September 2022 hingga Juli 2023 melalui program ini telah berhasil mengurangi sampah organik sebanyak 1440 KG dalam setahun. Kemudian Maggot basah dinilai seharga 8 ribu rupiah/1 kilogram, sedangkan maggot kering 15 ribu rupiah/1 kilogram. Jadi secara akumulatif, dari kegiatan maggot dalam setahun kelompok dapat menghasilkan nilai sebesar 12 juta rupiah. Dari hasil pembudidayaan dan program tersebut terlihat sampah yang tadinya terbuang bisa dimanfaatkan dan justru menghasilkan uang dari pengelolaan sampah organik. Tidak ada yang sia-sia selama pengelolaannya baik dan benar,” tambah Eko.

Program ini juga memanfaatkan potensi masyarakat sekitar untuk membantu dalam meningkatkan ekonomi masyarakat secara kreatif dan inovatif dengan menjual hasil pengelolaan maggot.

Di tahun 2023 program ini berfokus untuk pengembangan tata kelola kawasan (gang hijau). Gang hijau merupakan hasil dari sisa-sisa pengembangan budidaya maggot yang dimanfaatkan untuk penanaman dan penyuburan tanah di area RW 07 Rawa Badak Utara. kegiatan gang hijau diharap mampu menghidupkan nilai gotong royong dan tanggung jawab. Mengingat kegiatan tersebut akan direalisasikan sebanyak 60 pot dan setiap rumah masing-masing dapat memelihara 1 pot agar menumbuhkan rasa kepemilikan dan kepedulian terhadap lingkungan.

“Program ini diharapkan tidak hanya untuk mengurangi sampah demi tercipta lingkungan yang lebih bersih dan sehat, namun juga mendukung aspek ekonomi seperti masyarakat yang sudah mendapatkan keuntungan melalui program ini,” tutup Eko.(ahmad)