Transaksi Digital BNI Tumbuh Solid dan Positif

  • Oleh : Naomy

Selasa, 31/Okt/2023 20:17 WIB
Konpres BNI Konpres BNI


JAKARTA (BeritaTrans.com) - Wakil Direktur Utama BNI Adi Sulistyowati memaparkan, kinerja digital banking perseroan yang tumbuh positif dan solid didukung oleh inovasi digital untuk menjawab kebutuhan nasabah yang semakin beragam.

Perseroan tidak hanya menghadirkan solusi keuangan yang inovatif bagi nasabah, tetapi juga terus memperkuat kapasitas dan kapabilitas layanan digital. 

Baca Juga:
BNI Sambut Kepulangan Tim Thomas dan Uber Indonesia ke Tanah Air

Hal ini terlihat dari jumlah pengguna BNI Mobile Banking hingga September 2023 yang meningkat 20,9% YoY dari sebelumnya 12,9 juta user menjadi 15,6 juta user, yang diikuti dengan peningkatan jumlah transaksi sebesar 75,3% YoY mencapai 738 juta transaksi, dan nilai transaksi yang tumbuh 53,6% YoY menjadi Rp874 triliun.

Pencapaian ini sejalan dengan strategi BNI untuk menjadikan BNI Mobile Banking sebagai One Stop Financial Solutions bagi nasabah ritel yang andal dan mampu menjawab berbagai kebutuhan layanan keuangan nasabah, mulai dari transaksi pembayaran, investasi, bahkan beyond banking, terutama lifestyle. 

Baca Juga:
Tunjukan Perjuangan Pantang Menyerah, BNI Apresiasi Tim Thomas dan Uber Indonesia

"Prestasi dalam kinerja BNI Mobile Banking membuktikan bahwa kami berada di jalur yang tepat dalam men-shifting layanan transaksi nasabah ke arah digital," kata Adi Sulistyowati yang akrab disapa Susi di Jakarta, Selasa (31/10/2023). 

Menurut Susi, BNI akan terus memperluas layanan dengan mengoptimalkan ekosistem BNI Group, membangun partnership/kemitraan strategis, terutama dalam mengoptimalkan ekosistem transaksi mitra korporasi dalam negeri hingga mitra global untuk menjawab kebutuhan nasabah di era digital banking saat ini.

Baca Juga:
Dukungan BUMN Bikin Olahraga Indonesia Semakin Moncer

Dia mengatakan, BNI juga memiliki platform BNIDirect yang menjadi total solution bagi nasabah business banking.

Adapun sampai dengan September 2023, jumlah pengguna layanan Cash Management BNI (BNIDirect) tercatat tumbuh 24,9% YoY dari 122.100 user menjadi 152.600 user, dengan pertumbuhan volume transaksi sebesar 17,2% YoY atau setara Rp5.017 triliun, dan diiringi dengan peningkatan jumlah transaksi sebesar 37,9% YoY menjadi 745 juta transaksi. 

"Peningkatan transaksi tersebut didorong oleh berbagai fitur unggulan seperti payment management, collection management, liquidity management, value chain management, dan open banking solution," ucapnya.

Akselerasi Penyaluran Kredit

Sementara itu, Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini menjelaskan, penyaluran kredit terus mengalami akselerasi di kuartal ketiga, di mana kredit di kuartal ketiga tumbuh 3,2% dari posisi Juni atau Quarter on Quarter (QoQ), lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 2,6% QoQ. 

Akselerasi kredit ini membuat BNI mampu mencatatkan pertumbuhan kredit secara konsolidasi hingga September tahun ini sebesar 7,8% YoY. 

"Akselerasi kredit ini dilakukan dengan tetap mengedepankan asas kehati-hatian di mana sumber pertumbuhan kredit datang dari segmen berisiko rendah yaitu korporasi blue chip baik swasta dan BUMN, dan kredit konsumer, serta dua Perusahaan Anak yaitu hibank dan BNI Finance," katanya. 

Kredit segmen korporasi swasta blue chip tumbuh 19,2% YoY menjadi Rp251,6 triliun, diikuti segmen enterprise, yang merupakan direct value chain dari nasabah korporasi tersebut, tumbuh 10,2% YoY menjadi Rp57,4 triliun. 

Segmen konsumer tumbuh 12,7% YoY menjadi Rp119,5 triliun, yang dikontribusikan terutama dari pertumbuhan personal loan dan kredit pemilikan rumah (mortgage). Sementara itu, secara gabungan, Perusahaan Anak mencatatkan pertumbuhan kredit 94,3% YoY, sebagai dampak transformasi bisnis yang mulai berjalan.

"Penyaluran kredit yang tinggi oleh Perusahaan Anak dihasilkan dari hibank yang fokus pada pembiayaan UMKM berbasis cluster dan BNI Finance yang fokus pada pembiayaan kepemilikan mobil di segmen konsumer," ungkapnya.

Sejalan dengan strategi akselerasi kredit di segmen berisiko rendah tersebut, kualitas kredit terus membaik yang terlihat dari penurunan rasio NPL dan LaR. Rasio NPL per September 2023 tercatat berada di level 2,3%, telah jauh membaik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 3,0%.

Sementara itu, rasio LaR, yang mencakup NPL, kredit pada kolektibilitas 2, dan kredit kolektibilitas lancar yang sedang direstrukturisasi tercatat sebesar 14,4%, membaik dibandingkan September tahun 2022 yang sebesar 19,3%. 

"Meskipun indikator kualitas aset menunjukkan perbaikan yang kuat, kami terus mengimbanginya dengan penyediaan pencadangan pada level yang cukup untuk mengantisipasi risiko ketidakpastian di masa mendatang," kata dia.

Rasio pembentukan beban CKPN terhadap total kredit atau credit cost hingga September 2023 sebesar 1,4%, menurun 60 bps dibandingkan credit cost yang dibentuk pada periode yang sama tahun lalu sebesar 2,0%. 

CKPN yang dibentuk sangat memadai untuk meng-cover kebutuhan penambahan pencadangan bagi debitur–debitur yang masih dalam perhatian khusus. Kecukupan pencadangan ini tergambar dari rasio pencadangan untuk NPL dan LaR pada posisi September 2023, yang berada di level memadai masing–masing sebesar 324,5% dan 51,1%.

Pertumbuhan DPK hingga September 2023 mencapai 9,1% YoY lebih tinggi dari pertumbuhan kredit karena BNI menekankan pentingnya membangun likuiditas yang kuat di saat terjadi kenaikan risiko ekonomi global akhir-akhir ini. 

Sementara itu, Net Interest Margin (NIM) dapat dijaga sesuai dengan target perseroan didukung oleh kemampuan BNI untuk menyeimbangkan komposisi aset dan liabilitas secara efisien.

"Kami melihat bahwa kinerja top line yang baik ini merupakan dampak dari upaya berkelanjutan yang kami lakukan melalui implementasi program transformasi. Kami optimis untuk dapat terus mempertahankan momentum pertumbuhan bisnis dan mencapai target bisnis tahun ini," jelas Novita.

Pencapaian Kualitas Aset dan Keuangan Berkelanjutan

Direktur Risk Management BNI David Pirzada menambahkan, perseroan telah mampu mencatatkan peningkatan kualitas aset dalam buku restrukturisasi Covid-19. Pada posisi September 2023, jumlah pinjaman yang direstrukturisasi dalam program pemulihan ekonomi nasional pemerintah ini tercatat Rp33,2 triliun atau hanya tersisa 5% dari total kredit.

"Ini telah sesuai dengan harapan kami. Kami pun tetap konservatif dalam hal pembentukan pencadangan, sehingga kami yakin lebih siap dalam menghadapi periode berakhirnya program stimulus OJK tahun depan," ujarnya.

Selanjutnya, sebagai bank pionir Green Banking dan motor penggerak pelaksana Keuangan Berkelanjutan (Sustainable Finance) di Indonesia, perseroan berkomitmen menginternalisasi prinsip keuangan berkelanjutan pada nilai-nilai, budaya kerja, strategi perusahaan, kebijakan operasional, serta sistem dan prosedur operasional perseroan.  

Sustainable Portofolio yang BNI lakukan untuk sektor-sektor ramah lingkungan hingga September 2023 tercatat, pembiayaan pada Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB) mencapai Rp178,9 triliun atau 27% dari total portofolio kredit BNI. 

Sustainable Portfolio ini utamanya diberikan untuk kebutuhan pengembangan ekonomi sosial masyarakat melalui pembiayaan segmen UMKM sebesar Rp118,3 triliun, pengelolaan bisnis ramah lingkungan dan sumber daya alam hayati sebesar Rp21,5 triliun, energi baru dan terbarukan sebesar Rp10,1 triliun, pembiayaan untuk pencegahan polusi sebesar Rp3,7 triliun, serta Sustainable Portfolio lainnya sebesar Rp25,3 triliun. 

Selain aktif dalam pembiayaan Sustainable Portfolio, Perseroan juga bekerjasama dengan beberapa korporasi dalam program Sustainability Linked Loan (SLL) yang digunakan untuk investasi bisnis keberlanjutan dan mendorong debitur guna menerapkan prinsip bisnis berkelanjutan, dimana hingga kuartal ketiga 2023 Portfolio SLL telah mencapai Rp4,7 triliun.

Skema ini telah banyak menyemangati mitra BNI untuk semakin ambisius dalam mencapai target kinerja bisnis berkelanjutan. 

"Tentunya, kami pun menawarkan pricing yang menarik sebagai insentif bagi debitur dalam rangka meningkatkan pencapaian aspek ESG dalam bisnis usaha mereka sesuai jangka waktu yang telah disepakati. Kami ingin terus meningkatkan inisiatif tersebut agar menjadi bank dengan praktik ESG terbaik di Indonesia," kata David.

Proyeksi dan Pencapaian Kinerja Saham

Sementara itu, Direktur Wholesale & International Banking BNI Silvano Rumantir mengungkapkan, pada 6 Oktober 2023 BNI telah secara efektif diperdagangkan dengan harga baru pasca diberlakukannya stock split dengan rasio 1:2. Tujuan dilaksanakannya stock split adalah untuk memperluas basis investor sehingga meningkatkan likuiditas saham berkode BBNI di Bursa Efek Indonesia.

"Melalui kesempatan ini, manajemen juga ingin menyampaikan apresiasi kepada pemegang saham BNI dan masyarakat atas kepercayaan yang diberikan terhadap kuatnya fundamental kinerja perseroan dan berjalannya proses transformasi di BNI yang semakin memberikan outlook yang positif terhadap kinerja BNI ke depan," ungkap Silvano.

Dampak positifnya mulai terlihat dengan meningkatnya rata-rata volume perdagangan harian atau daily turnover BBNI di bulan Oktober 2023 yang sebesar Rp271 miliar, 18% lebih tinggi dari rata-rata daily turnover bulan Oktober 2022 yang sebesar Rp230 miliar.

Per 27 Oktober 2023 minggu lalu, BBNI ditutup pada harga Rp4.850 per lembar, sehingga nilai kapitalisasi pasar BBNI telah mencapai Rp181 triliun. Secara konsensus, analis juga menargetkan fair value saham BNI di kisaran Rp5.900 per lembar, sehingga terdapat ekspektasi harga saham BNI akan terus meningkat seiring kinerja keuangan yang solid.

"Perseroan memiliki komitmen untuk terus mencetak profitabilitas yang sehat dan sustain sehingga memberikan value yang optimal bagi seluruh pemangku kepentingan, terutama para shareholder," pungkas Silvano. (omy)