Mari Sikapi Bijak dan Cerdas Transformasi Digital

  • Oleh : Naomy

Senin, 13/Nov/2023 12:28 WIB
Konferensi pustakawan Konferensi pustakawan

SEMARANG (BeritaTrans.com) – Konferensi Internasional Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (KPPTI) ke-2) digelar dengan mengusung tema Upscaling Academic Library Resources as a Strategy to Navigate The Post-Pandemic Era, Digital Transformation and Society 5.0 in The Interconnected World.

KPPTI ke-2 ini diselenggarakan oleh Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia bekerjasama dengan Perpustakaan Nasional, Soegijapranata Catholic University, dan Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia, Wilayah Jawa Tengah.

Prof. Ir. Nizam Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, Kemendikbud menjadi Keynote Speech pada awal acara menyampaikan, tema KPPTI ke-2 sangat tepat, karena saat ini, setelah dua tahun lebih pandemi Covid-19. 

"Kta merasakan bagaimana kehadiran teknologi semakin hadir di tengah-tengah kita," ujarnya.

Di akhir tahun lalu  melihat bagaimana perkembangan Artificial Intelligence (AI) sudah sedemikian matangnya sehingga generasi AI menjadi hal yang menjadi platform baru di dalam interaksi manusia dengan pengetahuan dan interaksi antara manusia dengan sumber corpus ilmu pengetahuan yang sangat besar di dunia ini.

Chat GPT juga bisa berkomunikasi dan bertanya dengan memberikan jawaban yang belum tentu benar tetapi seolah-olah benar karena dikemas dalam generasi AI, seperti manusia yang menjawab pertanyaan, sehingga hal ini menghasilkan kebenaran halusinasi yang tentu membutuhkan kehati-hatian kita semua.

"Nah transformasi digital yang terjadi dan kemajuan teknologi ini tentu kita harus respon secara bijak, sekaligus juga secara cerdas. Karenanya kehadiran perpustakaan saat ini tentu sangat-sangat penting," kata dia. 

Justru dengan kemajuan teknologi informasi (TI) yang sangat pesat saat ini dan sumber ilmu dari dunia maya yang sangat-sangat besar ukurannya, ini menjadikan kembali memerlukan perpustakaan sebagai tempat penjaga corpus pengetahuan yang terkodifikasi.

Sebagai pusat pengetahuan yang tervalidasi karenanya tugas pustakawan saat ini dan peran dari perpustakaan perguruan tinggi Indonesia pada umumnya di saat ini dan ke depan semakin menghadapi tantangan yang semakin tinggi tapi juga kehadirannya masih sangat relevan dengan kebutuhan, justru ketika teknologi informasi sudah semakin pesat saat ini.

Namun demikian tentu membutuhkan keberanian dari para pustakawan sekalian untuk juga bertransformasi sehingga pemanfaatan teknologi dan platform-platform yang ada itu bisa memperkuat, bisa membidik platform untuk meningkatkan akses bagi mahasiswa, dosen, dan para peneliti pada ilmu pengetahuan dan teknologi secara lebih mudah dan tervalidasi dengan baik.

Untuk itu, para pustakawan dan seluruh insan di bidang perpustakaan ini harus selalu mengupgrade diri dan terus meningkatkan diri dan kompetensinya agar layanan-layanan perpustakaan kita itu relevan dengan kemajuan jaman dan kemajuan TI untuk membawa khasanah pengetahuan yang tervalidasi masyarakat akademisi.

"Diharapkan melalui KPPTI ke-2 ini bisa didiskusikan berbagai strategi, berbagai kemajuan di perpustakaan- perpustakaan perguruan tinggi kita dan bisa saling berbagi pengalaman, dan berbagi praktik baik untuk bisa didesiminasikan antar perpustakaan," ujar Nizam.

Kalau dulu mau pinjam antar-library harus pinjam dalam bentuk mikrofis dan sebagainya. Saat ini secara elektronik inter library loan tentu bisa lebih mudah untuk kita lakukan, dan semoga konferensi yang diselenggarakan oleh FPPTI ini bisa membawa kemajuan perpustakaan di Indonesia.

Prof. Dr. Ir. R. Eko Indrajit (Rektor Universitas Pradita) menyampaikan bahwa semua harus meredefinisikan perpustakaan dari kata benda menjadi kata kerja dan merubah culture (budaya) terkait perpustakaan.

"Hal yang harus dirubah di perpustakaan ada tiga hal, yaitu: the place where you go; the place goes to our library; and that can be digitalises library," ungkapnya.

Permasalahan yang paling banyak yang harus dilakukan oleh pustakawan adalah issues on information technology related to libraries.
Dia juga memberikan tips memerangi ketakutan pustakawan dalam menghadapi kemajuan teknologi.

Yakinlah bahwa teknologi tidak bisa merubah sifat manusia yang humanis. Paparan Prof. Eko ditutup dengan penyampaian mantra digital to date.

Konferensi Internasional untuk Perpustakaan Perguruan Tinggi di Indonesia yang FPPTI selenggarakan, tidak hanya menghadirkan kegiatan seminar internasional, workshop, call for paper dan call for best practice, namun juga menyelenggarakan Musyawarah Nasional (MUNAS) ke-IX dalam rangka pemilihan Ketua Umum FPPTI periode 2023-2026. (omy)