Industri Karoseri Produksi 2.075 Bus Tahun 2020

  • Oleh : Bondan

Rabu, 03/Feb/2021 16:33 WIB
Pekerja merakit bus di Pabrik Karoseri CV Laksana, Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (11/7/2019). Foto: Suara.com Pekerja merakit bus di Pabrik Karoseri CV Laksana, Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (11/7/2019). Foto: Suara.com

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai industri bus nasional masih mampu bertahan di tengah pandemi, demikian dikatakan Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin Taufiek Bawazier dalam acara Busworld Southeast Asia, Selasa (2/2/2021).

"Pada tahun 2018 produksi bus sebesar 3.460 unit, pada tahun 2019 kita menghasilkan 3.275 unit, dan saat pandemi COVID-19 pada 2020 kita masih mampu memproduksi 2.075 unit bus," papar dia.

Baca Juga:
Menperin Usulkan Mobil di Bawah Rp250 Juta Tak Kena PPnBM Mulai 2022

Menurut Taufiek kebutuhan dalam negeri yang cukup tinggi menjadi salah satu penopang industri bus bertahan di tengah pandemi. Apalagi pemerintah juga terus meningkatkan sistem transportasi umum di sejumlah provinsi.

"Termasuk juga program peremajaan alat transportasi yang telah berusia 25 tahun, ini menjadi potensi," kata Taufiek Bawazier.

Baca Juga:
Kemenperin: Indonesia Siap Produksi 1.200 Bus Listrik per Tahun

Taufiek juga menyampaikan pada masa pandemi persentase kendaraan niaga cenderung meningkat dibandingkan dengan kendaraan penumpang.

"Yang menarik jika kita lihat data total kendaraan penumpang dan niaga, sebelum COVID-19 persentase kendaraan niaga hanya 17 persen, dan di era COVID-19 presentasi kendaraan niaga meningkat menjadi 20 persen. Artinya, di era COVID-19 justru kendaraan-kendaraan niaga yang lebih kuat di dalam market dibanding total produksi otomotif nasional," paparnya.

Baca Juga:
3 Pabrikan Siap Produksi Bus Listrik, Termasuk MAB yang Didirikan Moeldoko

Dengan demikian, lanjut dia, pada era pandemi COVID-19 ini terjadi perubahan struktur pasar antara kendaraan penumpang dan niaga.

Maka itu, Taufiek mengharapkan agar Asosiasi Karoseri Indonesia (Askarindo) dan Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) dapat mendorong anggotanya terus berinovasi, terutama pemanfaatan digital di era 4.0.

"Saat ini Indonesia sudah menetapkan Making Indonesia 4.0 dengan tujuh prioritas sektor, salah satunya sektor transportasi sebagai penggerak ekonomi nasional," ucapnya.

Ia optimistis industri otomotif dalam negeri baik industri perakitan maupun industri karoseri memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan kendaraan komersial di dalam negeri, baik dari sisi tipe maupun jumlah kendaraan sehingga mampu memberikan kontribusi lebih baik terhadap industri nasional.

Pada Januari Taufiek mengemukakan Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur INdonesia sebesar 52,0, membaik dibandingkan sejak awal pandemi.

"Indikator ekonomi, khususnya industri di Tanah Air terus menunjukkan perkembangan jika dilihat dari PMI. Kita berhasil berjuang dari awal COVID-19 pada bulan April 2020 di mana PMI kita hanya cuman 27,5. Jadi semua sektor terpukul kita berusaha untuk melakukan perbaikan sehingga industri tetap berproduksi," katanya. (Suara.com)