Kapal Selam Jepang Menabrak Kapal Komersial Saat Hendak Muncul ke Permukaan, 3 ABK Terluka

  • Oleh : Fahmi

Selasa, 09/Feb/2021 20:28 WIB
Angkatan Laut Pasukan Bela Diri Jepang berencana memiliki 12 kapal selam kelas Shoryu. Kapal selam kesebelas dan dua belas akan memiliki ketahanan di bawah air yang lebih lama karena menggunakan bateri lithium-ion. korablleu Angkatan Laut Pasukan Bela Diri Jepang berencana memiliki 12 kapal selam kelas Shoryu. Kapal selam kesebelas dan dua belas akan memiliki ketahanan di bawah air yang lebih lama karena menggunakan bateri lithium-ion. korablleu

TOKYO (BeritaTrans.com) - Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan kapal selam Soryu bertabrakan dengan kapal komersial Ocean Artemis saat muncul di lepas pantai Pasifik, kemarin. 

Kecelakaan itu terjadi di lepas pulau utama Shikoku di Jepang selatan. 

Baca Juga:
Kemenhub Aktif Berpendapat Saat Hadiri Sidang AMTWG 46 di Brunei Darussalam

Kapal selam Soryu itu menggores lambung kapal saat muncul ke permukaan. 

"Sangat disayangkan kapal selam MSDF bertabrakan dengan sebuah kapal komersial," kata Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi dikutip Tempo dari CNN, Selasa (9/2/2021). 

Baca Juga:
Pelindo Group Wilayah Kerja Makassar Latih Manajemen Koperasi untuk Teman Nelayan

Tiga awak kapal selam menderita luka ringan. Gambar dari Penjaga Pantai Jepang menunjukkan kapal itu mengalami kerusakan di bagian yang mirip sayap di menara komando. 

Kementerian Pertahanan mengatakan, peralatan komunikasi di kapal selam itu rusak meski masih bisa dioperasikan. 

Baca Juga:
Tingkatkan Efisiensi dan Daya Saing Pelabuhan di Indonesia, Kemenhub Dorong RIP

Sementara itu, kapal induk Ocean Artemis yang terdaftar di Hong Kong dilaporkan tidak mengalami kerusakan. 

Soryu adalah kapal selam Jepang bertenaga diesel listrik yang pertama di kelasnya. Kapal ini berbobot sekitar tiga ribu ton dan memiliki awak sekitar 65 orang. 

Bradley Martin, seorang analis RAND Corp dan mantan kapten Angkatan Laut AS yang menganalisis gambar kerusakan, mengatakan dampaknya akan membatasi kemampuan kapal selam. 

"Saya tidak akan menyebut kerusakan itu kecil. Kapal selam tidak bisa menyelam dan tidak bisa berkomunikasi," kata Martin. 

Insiden itu terjadi hampir 20 tahun setelah kapal selam bertenaga nuklir AS secara tidak sengaja menabrak dan menenggelamkan kapal penangkap ikan Jepang hingga menewaskan sembilan orang, termasuk empat siswa sekolah menengah, di dekat Honolulu. 

Saat itu USS Greeneville sedang melakukan demonstrasi darurat di permukaan untuk tamu sipil di atas kapal ketika kapal tersebut berada di bawah kapal Jepang, Ehime Maru, pada 9 Februari 2001. 

Kapal pelatihan perikanan, yang membawa siswa dan guru dari sebuah sekolah menengah perikanan di Uwajima, Jepang, tenggelam dalam beberapa menit. Penyelam berhasil menyelamatkan 26 orang. 

Angkatan Laut AS membayar total US$ 16,5 juta sebagai kompensasi kepada para korban dan keluarga mereka yang terbunuh. 

Komandan kapal selam, Scott Waddle, dinyatakan bersalah karena melalaikan tugas dan lalai membahayakan kapal oleh penyelidikan pengadilan militer dan dipaksa untuk pensiun. (fhm/sumber:tempo.co)