15 ABK Tanker Pengangkut Kimia Diculik Bajak Laut di Teluk Guinea

  • Oleh : Fahmi

Minggu, 14/Mar/2021 09:20 WIB
Ilustrasi bendera kapal bajak laut. Ilustrasi bendera kapal bajak laut.

PORTO NOVO (BeritaTrans.com) - Perompak telah menculik 15 anak buah kapal (ABK) dari sebuah kapal tanker pengangkut bahan kimia di Teluk Guinea lepas pantai Benin. 

Perusahaan pemilik kapal tanker De Poli mengatakan insiden pembajakan laut lepas terbaru ini terjadi pada Kamis sore (11/3/2021). 

Baca Juga:
Selama Libur Long Weekend, ASDP Layani 26.122 Orang dan 125.950 Kendaraan di 2 Lintasan Utama

Perompak menyerang kapal tanker kimia Davide B sekitar 210 mil laut (389 kilometer) selatan Cotonou, Afrika Barat. 

"Lima belas awak kapal telah ditangkap ... sementara enam pelaut lainnya dari kapal itu selamat dan tidak terluka," kata perusahaan yang bermarkas di Barendrecht, sebelah selatan kota pelabuhan Belanda, Rotterdam. 

Baca Juga:
Berhasil Evakuasi Kapal MV. Layar Anggun 8, Kemenhub Diapresiasi dari Pemilik Kapal

De Poli Shippingmanagement menyatakan enam awak tetap di atas kapal. 

Davide B yang terdaftar di Malta sedang berlayar dari Riga ke Lagos di Nigeria ketika serangan itu terjadi. 

Baca Juga:
Sinergi Pelindo Jasa Maritim dan Pengguna Jasa Wujudkan K3 di Pelabuhan

"Manajemen perusahaan sekarang sangat prihatin tentang kesejahteraan awak yang hilang," kata juru bicara perusahaan Cor Radings kepada AFP dilansir Jumat (12/3/2021). 

Prioritas utama pihaknya, saat ini adalah menjalin kontak dengan awak yang hilang untuk mengamankan pembebasan mereka yang paling awal dan aman. 

Dia tidak dapat memberikan rincian tentang anggota awak yang hilang. Tetapi mereka diyakini adalah awak dari Rusia, Ukraina dan Filipina. 

“Pelaut lainnya tidak terluka di kapal dan saat ini didampingi oleh personel keamanan yang telah tiba di tempat kejadian," kata Radings. 

Ia menambahkan, belum ada informasi lebih lanjut mengenai kondisi fisik para pelaut yang diculik tersebut. 

Menuntut uang tebusan 

Serangan penculikan terhadap kapal untuk mendapatkan uang tebusan telah menjadi hal biasa di Teluk Guinea yang membentang dari Senegal ke Angola, sampai di pantai barat daya Nigeria. 

Pelakunya biasanya adalah bajak laut Nigeria. 

Teluk Guinea menyumbang lebih dari 95 persen dari semua penculikan maritim tahun lalu. Total ada 130 dari 135 kasus, menurut Biro Maritim Internasional (IMB), yang memantau keamanan laut. 

Sampai jalan bulan ketiga tahun ini sudah ada 16 tindakan perompakan di daerah tersebut, menurut konsultan keamanan maritim Dryad Global. 

Pelaut dan pejabat militer barat mengatakan perompak semakin menargetkan "titik lemah" pengaman di beberapa daerah. Salah satunya memanfaatkan kapasitas angkatan laut Nigeria dan kehadiran asing yang terbatas di luar perairannya. 

Perompak tahu kemungkinan tanggapan keamanan kecil di wilayah itu. 

Pemilik kapal mengatakan para perompak sekarang menyerang lebih jauh. Mereka menggunakan kekerasan serta taktik canggih. 

Hal itu mendorong permohonan dari perusahaan-perusahaan pengiriman untuk kehadiran angkatan laut asing yang lebih kuat di daerah itu. Yaitu semacam pengadaan misi untuk mengekang pembajakan Somalia satu dekade lalu. 

Koalisi pengamanan 

Sejak Desember, perusahaan pengiriman Denmark, India, dan Siprus melakukan lobi menyerukan tindakan melawan pembajakan. 

Industri Denmark, rata-rata mengirimkan 30 hingga 40 kapal di Teluk Guinea setiap hari. Mereka sedang melobi untuk pengadaan koalisi untuk mengoperasikan pengamanan angkatan laut, sambil membantu pasukan lokal membangun kapasitas. 

Awal bulan ini, raksasa perkapalan Maersk Global menyerukan misi angkatan laut besar. Misinya untuk melindungi jalur pelayaran yang sibuk tapi berbahaya di lepas pantai Afrika Barat. 

"Pada 2021 kita tidak boleh memiliki pelaut yang takut berlayar ke mana pun karena pembajakan, ini bukan zaman pembajakan," kata Aslak Ross, kepala standar maritim di raksasa Denmark, kepada AFP.(fh/sumber:AFP&Kompascom)