Nduga Papua Mulai Terbuka dari Isolir dengan Hadirnya Konektivitas Multimoda

  • Oleh : Naomy

Selasa, 27/Apr/2021 22:19 WIB
Rapat terkait menghadirkan konektivitas multimoda di Nduga Papua Rapat terkait menghadirkan konektivitas multimoda di Nduga Papua

 

PAPUA (BeritaTrans.com) - Kementerian Perhubungan cq Direktorat Jenderal Perhubungan Laut membuka pintu konektivitas multimoda di Kabupaten Nduga, Papua. 

Baca Juga:
DLU Apresiasi Kelancaran dan Kesuksesan Angkutan Laut Lebaran

Menghadirkan Tol Laut menciptakan perdamaian dan peradaban baru di wilayah 3TP (Terpencil, Terluar, Tertinggal, dan Pedalaman) tersebut.

Transportasi, bagi Kabupaten Nduga tidak hanya sebagai peradaban baru saja, tetapi juga untuk konektivitas di daerah itu. 

Baca Juga:
Menhub Bahas Kerja Sama Pengembangan Pelabuhan Patimban, Proving Ground Bekasi, dan MRT Jakarta di Jepang

Dengan hadirnya Tol Laut di Nduga juga diharapkan dapat memudahkan masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan bahan pokok dan logistik dengan harga yang murah.

Staf Ahli Menteri Perhubungan Bidang Logistik, Multimoda dan Keselamatan Perhubungan, Cris Kuntadi menyebutkan, telah dilaksanakan rapat percepatan pembangunan Kabupaten Nduga yang dihadiri Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Direktur Jenderal Perhubungan Laut R Agus H Purnomo, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Novie Riyanto, Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang Keamanan Kemaritiman Buyung Lalana, Bupati Nduga Wentius Nimiangge, Tenaga Ahli Madya Kedeputian V Kantor Staf Presiden (KSP) Laus Rumayom, dan Kepala KSOP Jayapura Taher Laitupa.

Baca Juga:
Arus Balik dari Sumatera Menuju Jawa Melalui Penyeberangan Terpantau Lancar dan Terkendali

"Karena pembangunan daerah khususnya di Nduga ini perlu koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah," kata Cris. 

Dia mengungkapkan, dalam rapat tersebut Kemenhub telah menyatakan kesiapannya untuk mendukung segala bentuk pembangunan konektivitas di Nduga, khususnya Tol Laut dengan sinergi multimodanya.

"Kemenhub siap melakukan percepatan pembangunan Kabupaten Nduga melalui sektor transportasi baik laut, darat maupun udara," ujarnya.

Cris menutup rapat teknis dengan mengupayakan konektivitas multimoda untuk kesejahteraan Papua, khususnya masyarakat Kabupaten Nduga.

Di antaranya dengan meminta agar ada muatan balik dari Nduga ke daerah lain dengan memanfaatkan multimoda yang disiapkan oleh Kemenhub.

Setelah itu, rapat koordinasi teknis program dilakukan setelah arahan Menteri Perhubungan sebagai lanjutan dari diskusi, dengan mengggelar pertemuan bersama Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang Ekonomi dan Investasi Wihana Kirana Jaya dan Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang Keamanan Kemaritiman Buyung Lalana.

Dalam rapat tersebut, Tim dari Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut  Ditjen Hubla dan KSOP Jayapura menyampaikan presentasi dan skenario di Nduga.

"Selain dengan layanan Tol Laut pada Trayek T-26, dapat juga dengan skenario Angkutan Multimoda yang telah berjalan seperti di Kabupaten Pegunungan Bintang, yang rencananya juga akan diterapkan di Kabupaten Nduga dengan rute Surabaya-Mimika," tuturnya. 

Di mana bahan-bahan pokok dan logistik dibawa menggunakan kapal dengan Tol Laut dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ke Pelabuhan Pomako Mimika. 

Selanjutnya dari Pelabuhan Pomako Mimika dilanjutkan menggunakan angkutan bersubsidi darat ke Bandara Moses Kilangin setelah itu menggunakan angkutan udara perintis kargo diterbangkan ke Bandara Kenyam, Kabupaten Nduga.

Kemudian percepatan program tadi langsung ditindaklanjuti dengan rapat teknis operasional lintasan trayek dan penerapannya dalam penajaman arah penyelenggaraannya dengan mengkombinasikan Tol Laut, Subsidi Darat, Tol Udara lintas matra yaitu kolaborasi Direktorat Jenderal Perhubungan darat, laut dan udara yaitu dari Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Direktorat Angkutan Udara dan Direktorat Angkutan Jalan.

Turut hadir Tokoh Adat Nduga, Ketua LMA Nduga Jhon Beon.

Langkah-langkah ini mendapat apresiasi dari Bupati Nduga, Wentius Nimiangge, karena warga akhirnya memiliki harapan baru terkait pembangunan di tempat mereka.

“Terima kasih sudah datang ke Nduga. Untuk pertama kalinya dari Kantor Staf Presiden dan Kementerian Perhubungan, yakni KSOP Jayapura datang ke Kabupaten Nduga untuk mensosialiasikan Tol Laut dan multimoda ke masyarakat Nduga. Sampai saat ini, Nduga memang belum aman, tapi kami ini bagian dari NKRI dan butuh kehadiran negara untuk percepatan pembangunan agar tidak terisolir. Salah satunya adalah melalui sektor transportasi, baik laut maupun udara agar kami tidak terisolir dan damai,” ujarnya.

Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang Ekonomi dan Investasi, Wihana Kirana Jaya  setuju dengan program angkutan Tol Laut dan sinergi multimoda,  karena sangat dibutuhkan oleh Kabupaten Nduga.

“Saya setuju. Tolong segera dicek anggaran di masing-masing direktorat teknis, baik darat, laut maupun udara. Untuk transportasi laut, trayek berapa yang akan masuk di Nduga. Tolong segera dipetakan kebutuhannya, karena merajut konektivitas Indonesia, khususnya di Papua ini dengan peradaban dan humanisme. Jadi, saya minta multimoda di Nduga tahun ini dapat ditindaklanjuti untuk mapping-nya dalam rangka percepatan rencana aksi Kabupaten Nduga,” ujarnya.

Tenaga Ahli Madya Kedeputian V Kantor Staf Presiden (KSP) Laus DC Rumayom mengungkapkan, berdasarkan hasil dialog dengan masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat telah memastikan Nduga mengakhiri konfliknya dan pemerintah bisa fokus terhadap pembangunan.

“Untuk membangun jangka pendek, menengah dan panjang, kita membutuhkan infrastruktur dan akses yang menentukan kemajuan ekonomi di daerah tersebut, yaitu pengembangan pelabuhan sungai dan bandara,” ujarnya.

Saat ini, Pemerintah Kabupaten Nduga sedang membangun sebuah bandara di Distrik Batas Batu, yaitu Bandara Yawe yang saat ini statusnya masih lapter. Rencananya, landasan pacu Bandara Yawe akan dibangun sepanjang 1.800 meter agar dapat didarati pesawat jenis ATR-72. Sedangkan bandara yang ada saat ini hanya dapat didarati pesawat sejenis Grand Caravan. (omy)