Pelaut Dinilai Berperan Penting dalam Perdagangan Internasional

  • Oleh : Naomy

Minggu, 30/Mei/2021 16:40 WIB
Ditjen Perhubungan Laut hadir virtual dalam Intersessional Discussion on Covid 19 : Responses of ASEAN member States to Seafarere Acces to Crew Change, Repatriation, and National Vaccination Programmes Ditjen Perhubungan Laut hadir virtual dalam Intersessional Discussion on Covid 19 : Responses of ASEAN member States to Seafarere Acces to Crew Change, Repatriation, and National Vaccination Programmes

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Pelaut dinilai berperan penting dalam perdagangan internasional. 

Hal itu disampaikan saat Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Perhubungan cq Direktorat Jenderal Perhubungan Laut menghadiri pertemuan Intersessional Discussion on Covid 19 : Responses of ASEAN member States to Seafarere Acces to Crew Change, Repatriation, and National Vaccination Programmes yang dilaksanakan secara virtual.

Baca Juga:
Kemenhub Teken Perjanjian Kerja Sama dengan BKI untuk Pemeliharaan KN Kenavigasian

"Pertemuan ini menghasilkan beberapa kesimpulan yang telah disepakati bahwa pelaut merupakan pekerja kunci yang memiliki peranan penting terutama dalam perdagangan internasional," jelas Kasubdit Angkutan Laut Luar Negeri Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Yudhonur Setyaji selaku wakil Ketua delegasi Indonesia di pertemuan tersebut.

Untuk itu pihaknya berkomitmen untuk memfasilitasi pergantian awak kapal, repatriasi dan vaksinasi pelaut.

Baca Juga:
Rehabilitasi Pelabuhan Banjar Nyuh Nusa Penida Dianggarkan Tahun 2025

Hal tersebut dianggap penting mengingat kontribusi transportasi dengan pelaut sebagai awaknya sangat berperan penting dalam dunia perdagangan internasional, yang saat ini 80 persen barang berdasarkan volume dan 70 persen berdasarkan nilai itu diangkut oleh kapal.

“Namun pembatasan yang diberlakukan selama pandemi virus Corona di beberapa yurisdiksi memengaruhi rantai pasokan. Oleh karena itu, pembahasan bersama mengenai kepelautan terkait akses pelaut ke program perubahan kru, repatriasi dan vaksinasi pelaut sangat penting,” urainya.

Baca Juga:
Ribuan Peserta Arus Balik Gratis Sepeda Motor dengan Kapal Laut Tinggalkan Semarang ke Jakarta

Yudho mengungkapkan hasil pertemuan tersebut di antaranya mengakui pentingnya Asia, khususnya Asia Timur dan Tenggara, sebagai sumber perdagangan utama, penyedia utama layanan pelabuhan dan pengiriman, serta sumber pemasok utama awak kapal untuk armada pedagang global.

Juga menjadi area utama bagi awak kapal untuk melakukan perubahan dan pemulangan pelaut.

“Namun saat ini diketahui karena banyak pembatasan sebagai dampak pandemi Covid-19, proses penggantian kru dan repatriasi ini sedikit terganggu. Hal ini dipastikan merugikan kesehatan mental dan fisik pelaut yang menyebabkan dampak buruk pada keselamatan pelayaran dan memengaruhi pemulihan perdagangan barang, serta menyebabkan penurunan perdagangan jasa karena terganggunya sektor perjalanan,” ungkapnya.

Dengan demikian setiap negara berkomitmen mementingkan kesehatan para pelaut. 

Sebab mereka adalah pekerja kunci yang dapat menjaga pasar tetap terbuka untuk perdagangan dan investasi guna memperkuat ketahanan dan keberlanjutan rantai pasokan regional dan mempertahankan arus barang dan jasa yang diperlukan.

Negara ASEAN juga sepakat mengakui peran pelaut dalam rantai pasokan global, regional dan intra-regional dan pekerjaan tak kenal lelah mereka untuk menjaga agar tetap terbuka.

"Meskipun ada tantangan yang dihadapi dengan penutupan pelabuhan dan bandara, kurangnya akses ke fasilitas berbasis pantai, pantai cuti atau perawatan medis, dan masalah yang mereka hadapi karena ketidakmampuan mereka untuk dipulangkan atau bergabung dengan kapal mereka," imbuh Yudho.

Indonesia telah memfasilitasi pergantian awak kapal dan repatriasi pemulangan pelaut sejak 24 April 2020. Hingga saat ini, Indonesia telah memfasilitasi sebanyak 6.563 pelaut, dan memfasilitasi pemulangan Pekerja Migran Indonesia 57.142 orang. 

Adapun bentuk komitmen dan dukungan yang akan dilakukan negara-negara ASEAN diantaranya adalah memasukan perkapalan dan transportasi laut dalam rencana dan program mereka untuk implementasi
ASEAN Comprehensive Recovery Framework (ACRF) dan menentukan bidang prioritas nasional untuk pembiayaan dan dukungan untuk sektor maritim.

“Ini tetap terbuka dan mendukung kesejahteraan dan kesejahteraan para pelaut dan kelautan lainnya. personil,” ujar Yudho.

Selanjutnya, merekomendasikan Negara Anggota ASEAN untuk mendukung fasilitasi penggantian awak dan pemulangan pelaut, dan pentingnya memasukkan pelaut dalam program vaksinasi nasional.

“Termasuk dengan memungkinkan pemberangkatan dan pendaratan dan mempercepat upaya perjalanan dan repatriasi serta memastikan akses ke perawatan medis,” ujarnya.

Yudho mengungkapkan, Indonesia sudah melaksanakan vaksinasi pelaut yang dimulai lebih awal di Bali di mana Gubernur Bali mengimbau para pelaut Bali untuk mendaftar ke Pemerintah atau melalui serikat pelaut Indonesia secara gratis untuk dimasukkan ke dalam daftar vaksin prioritas dari total target sebanyak 15.000 pelaut pada akhir 2021.

Adapun hingga tanggal 6 Mei 2021, sebanyak 8.123 vaksinasi telah diberikankan di mana total 1.487 orang sudah mendapatkan suntikan dosis kedua sehingga pelaut yang mengikuti program pertama sudah divaksinasi lengkap. 

Program ini pun masih berjalan menyesuaikan kebutuhan para pelaut. 

“Menerapkan semaksimal mungkin Protokol Kesehatan dalam proses perubahan awak kapal yang aman dan perjalanan selama Pandemi Virus Corona (Covid-19) yang diterbitkan oleh IMO,” tutupnya.

Sebagai informasi, pertemuan yang dilaksanakan selama dua hari 27 – 28 Mei 2021 ini diikuti oleh sembilan negara ASEAN, tiga dialogue partners (FASA, Korea Selatan, dan China), ASEAN dan IMO sebagai badan agensi khusus PBB serta Federasi Asosiasi Pemilik Kapal ASEAN dengan Thailand bertindak sebagai tuan rumah.

Hasil pertemuan akan dipresentaikan dalam rangka memperingati Hari Pelaut pada 25 Juni dan Hari Maritim Dunia pada 30 September 2021 yang bertema “Seafarers:At the core of shipping’s future”. (omy)