Varian Delta dari India Mengamuk di Sejumlah Negara, Apa Kata Ilmuwan Tentang Virus Corona Ini?

  • Oleh : Dirham

Kamis, 24/Jun/2021 17:00 WIB
Tenaga medis India lakukan vaksinasi Covid-19 di pegunungan. Tenaga medis India lakukan vaksinasi Covid-19 di pegunungan.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Virus corona varian Delta yang sangat menular sekarang bertanggung jawab atas sekitar satu dari setiap lima kasus Covid-19 di Amerika Serikat, dan prevalensinya meningkat dua kali lipat dalam dua pekan terakhir, menurut pejabat kesehatan.

Pertama kali diidentifikasi di India, Delta adalah salah satu dari beberapa "varian yang menjadi perhatian," atau masuk golongan “varian of concern” seperti yang ditetapkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) dan WHO. Varian ini menyebar dengan cepat melalui India dan Inggris.

Baca Juga:
Ini Daftar Sebaran Terbaru Varian Delta di 25 Provinsi Indonesia

Kemunculannya di AS tidak mengejutkan. Dengan angka vaksinasi yang terus meningkat dan jumlah kasus Covid-19 yang menurun, tidak jelas seberapa besar masalah yang akan ditimbulkan varian Delta di AS. Namun, kenaikannya yang cepat telah memicu kekhawatiran varian ini dapat membahayakan kemajuan negara dalam mengalahkan pandemi.

“Varian Delta saat ini merupakan ancaman terbesar di AS terhadap upaya kami untuk menghilangkan Covid-19,” jelas pakar penyakit menular ternama AS, Dr. Anthony S. Fauci, dalam konferensi pers, dikutip dari The New York Times, Kamis (24/6).

Baca Juga:
Studi: Ratusan Warga Masschusetts yang Divaksinasi Terpapar Covid-19 Varian Delta

Kabar baiknya, lanjut Fauci, vaksin yang diizinkan penggunaannya di AS ampuh melawan varian tersebut.

“Kita punya alatnya,” katanya.

Baca Juga:
Gejala Covid-19 Varian Delta: Terasa Lebih Seperti Pilek Berat

“Jadi mari kita gunakan mereka, dan hancurkan wabahnya.”

Berikut adalah jawaban atas beberapa pertanyaan umum tentang varian Delta.

Mengapa orang mengkhawatirkan varian Delta?

Delta, secara resmi dikenal sebagai B.1.617.2, diyakini sebagai varian yang paling menular, menyebar dengan lebih mudah daripada varian asli virus dan varian Alfa yang pertama kali teridentifikasi di Inggris. Pejabat kesehatan masyarakat di sana menyampaikan Delta bisa 50 persen lebih menular daripada Alfa,

Bukti lain menunjukkan varian Delta mungkin dapat menghindari sebagian antibodi yang dibuat oleh tubuh setelah infeksi atau vaksinasi virus corona. Menurut catatan CDC, varian ini juga dapat membuat perawatan antibodi monoklonal tertentu menjadi kurang efektif.

Delta juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah. Sebuah penelitian Skotlandia baru-baru ini, misalnya, menemukan orang yang terinfeksi oleh varian Delta kira-kira dua kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit daripada mereka yang terinfeksi Alfa. Tetapi menurut para ilmuwan, ketidakpastian tetap ada.

“Bagian penyakit parah yang menurut saya adalah satu pertanyaan yang benar-benar belum terjawab,” jelas Direktur Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Menular Universitas Minnesota, Dr. Michael Osterholm.

Di mana varian ini menyebar?

Delta telah dilaporkan di 80 negara. Sekarang varian paling umum di India dan Inggris, menyumbang lebih dari 90 persen kasus.

Di AS, Delta pertama kali diidentifikasi pada Maret. Meskipun Alfa tetap menjadi varian paling umum di AS, Delta telah menyebar dengan cepat.

Pada awal April, Delta hanya mewakili 0,1 persen kasus di AS, menurut CDC.  Pada awal Mei, varian tersebut menyumbang 1,3 persen kasus, dan pada awal Juni, angkanya melonjak menjadi 9,5 persen. Fauci mengatakan, beberapa hari lalu, perkiraan mencapai 20,6 persen.

Apakah orang yang telah divaksinasi perlu khawatir?
Menurut para ahli, varian Delta tidak mungkin menimbulkan banyak risiko bagi orang yang telah divaksinasi penuh.

“Jika Anda sudah divaksinasi sepenuhnya, saya tidak akan mengkhawatirkannya,” ujar Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Brown, Dr. Ashish K. Jha.

Menurut salah satu penelitian baru-baru ini, vaksin Pfizer-BioNTech 88 persen efektif melindungi terhadap penyakit bergejala yang disebabkan Delta, hampir menyamai efektivitas 93 persennya terhadap varian Alfa. Tetapi satu dosis vaksin hanya 33 persen efektif melawan Delta.

“Individu yang diimunisasi penuh harus berhasil menghadapi fase baru epidemi ini,” jelas Dekan Fakultas Kedokteran Tropis Nasional Sekolah Kedokteran Baylor, Dr. Peter Hotez.

“Namun, perlindungan yang ditawarkan oleh dosis tunggal tampaknya rendah, dan tentu saja jika Anda sama sekali tidak divaksinasi, anggap diri Anda berisiko tinggi.”

Dia menambahkan, Delta kemungkinan akan menginfeksi “sejumlah besar” orang yang tidak divaksinasi.

Bakal sebabkan lonjakan baru?

Di AS, pandemi mulai tertangani dengan baik, di mana kasus infeksi, rawat inap, dan kematian semuanya mengalami penurunan. Direktur CDC, Dr. Rochelle Walensky mengatakan, rata-rata kasus tujuh hari, kira-kira 10.350 per hari, adalah yang terendah sejak Maret 2020.

“Angka-angka ini menunjukkan kemajuan luar biasa yang kami buat melawan musuh yang tangguh,” katanya.

Ketika Delta mungkin menambah peningkatan persentase kasus, belum jelas apakah varian ini akan mendorong jumlah total kasus lebih tinggi.

“Menurut saya, kita tidak akan melihat lonjakan nasional besar lainnya di Amerika Serikat karena kita memiliki cukup vaksinasi untuk mencegahnya,” kata Dr. Osterholm.

Namun, tingkat vaksinasi sangat tidak merata, dan lebih rendah di negara bagian dan kelompok demografis tertentu. Delta dapat memicu wabah di Selatan, di mana vaksinasi terlambat, atau di antara orang muda, yang kemungkinannya lebih kecil untuk divaksinasi daripada orang tua mereka.

“Di tempat-tempat di mana masih banyak kerentanan terhadap virus, itu membuka peluang kasus-kasus mulai naik lagi," kata Justin Lessler, seorang ahli epidemiologi penyakit menular di Universitas Johns Hopkins.

"Tetapi bahkan di negara bagian itu, dan tentu saja secara nasional, kita mungkin tidak akan kembali ke angka yang seperti di musim dingin lalu."

Namun varian ini bisa memperpanjang jalan keluar dari pandemi.

Apa saran para pakar untuk masyarakat?

Para pakar menyarankan kita untuk segera mendapatkan vaksinasi. Jika telah divaksinasi, dorong keluarga, teman, dan tetangga untuk divaksinasi. Vaksinasi kemungkinan akan memperlambat penyebaran semua varian dan mengurangi kemungkinan munculnya varian baru yang lebih berbahaya.

“Saya mendorong orang-orang yang divaksinasi untuk percaya pada vaksin tetapi menyadari bahwa varian baru akan terus terjadi di mana ada penularan,” kata Saskia Popescu, ahli epidemiologi penyakit menular di Universitas George Mason.

“Jadi ini benar-benar tentang memastikan vaksinasi lokal, nasional dan global.” (ds/sumber Merdeka.com)

 

Tags :