Xi Jinping Bertindak, Miliuner China Ini Rugi Rp 217,5 Triliun

  • Oleh : Redaksi

Selasa, 27/Jul/2021 11:49 WIB


Jakarta (BeritaTrans.com)  - China mulai melakukan penindakan pada sektor pendidikan swastanya. Akibatnya sejumlah bos platform edutech harus kehilangan kekayaannya.

 

Baca Juga:
Beha Impor dari China "Banjiri" Pasar Tanah Abang

Salah satu korbannya adalah bos edutech, Larry Chen harus kehilangan kekayaannya US$15 miliar atau setara Rp 217,5 triliun (asumsi Rp 14.500/US$) karena saham perusahaannya jatuh sebanyak 98%.

Menurut laporan Bloomberg Billionaires Index, Larry Chen yang merupakan pendiri, chairman, dan CEO Gaotu Techedu Inc sekarang berjumlah US$336 juta. Saham perusahaannya anjlok di perdagangan New York pada Jumat pekan lalu.

Baca Juga:
China Lirik Investasi Wisata Kereta Gunung di Kudus

Pada hari Sabtu, regulator China merilis larangan perusahaan untuk mengajar kurikulum sekolah dengan tujuan menghasilkan keuntungan, meningkatkan modal atau go public. Jelas hal ini menjadi pukulan telak bagi Larry Chen.

Namun Larry Chen dalam sebuah pernyataan di Weibo memastikan perusahaannya akan patuh pada aturan itu.

Baca Juga:
Kiamat `Kontainer` Tak Terhindarkan di Korea Selatan-China, RI Kena!

"(Gaotu) akan mematuhi aturan dan memenuhi tanggung jawab sosial," kata Larry Chen, Bloomberg News melaporkan dan dikutip CNBC Indonesia, Senin (26/7/2021).

Namun bukan hanya dia yang kekayaannya merosot. Ada CEO TAL Education Group Zhang Bangxin yang mengalami hal serupa, kekayaannya merosot dari US$2,5 miliar menjadi US$1,4 miliar.

Kekayaannya harus turun akibat saham perusahaannya turun sebanyak 71% di New York pada Jumat lalu.

Selain itu, Chairman New Oriental Education & technology Group Inc, Yu Minhong juga kehilangan status miliardernya, kehilangan US$685 juta dan meninggalkan dirinya dengan US$479 juta setelah perusahaan kehilangan 54%.

Kedua perusahaan memiliki pernyataan serupa dan memastikan akan patuh pada aturan yang ada. Selain itu Gaotu dan TAL tidak menanggapi permintaan komentar mengenai penurunan kekayaan, sementara New Oriental menolak berkomentar.

Sementara itu pembatasan China paling keras pada sektor les privat dan pendidikan online senilai US$100 miliar dan memukul investor dari Tiger Global Management hingga Temasek Holdings Pte.

Perombakan juga akan membebani para pemain dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Catherine Lim, analis Bloomberg Intelligence, mengacu pada new Oriental dan TAL, kerugian operasional 'hanya bisa memburuk'.

(lia/sumber:cnbcindonesia.com)