Surat Keturunan Sultan Aceh soal Situs Sejarah Dibalas Erdogan

  • Oleh : Fahmi

Rabu, 20/Okt/2021 10:18 WIB
Pemimpin Darud Donya Cut Putri (baju merah) saat menemani kunjungan Wakil Perdana Menteri Turki Fikri Isik (dua kiri), di komplek pemakaman Turki, di Banda Aceh, Jumat (13/10/2017)-(ANTARA) Pemimpin Darud Donya Cut Putri (baju merah) saat menemani kunjungan Wakil Perdana Menteri Turki Fikri Isik (dua kiri), di komplek pemakaman Turki, di Banda Aceh, Jumat (13/10/2017)-(ANTARA)

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Keturunan Sultan Aceh Cut Putri mendapat balasan surat dari pemerintah Turki terkait permintaan bantuan untuk menyelamatkan situs warisan Islam Asia Tenggara di Aceh. 

"Kami sangat berterima kasih atas respon dan sambutan baik, serta perhatian Turki kepada rakyat Aceh yang kini sedang berjuang," kata Cut Putri dalam keterangannya di Banda Aceh, seperti dikutip Antara pada Selasa (19/10/2021). 

Baca Juga:
Kenali 5 Jenis Surat Suara Pemilu 2024 dan Cara Mencoblos yang Sah

Sebelumnya, pemimpin Darud Donya itu mengirimkan surat resmi kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Surat itu berisi permohonan bantuan kepada pemimpin Turki untuk membantu Aceh yang tengah berada dalam kondisi darurat sejarah. 

Dalam surat itu, Cut menerangkan khazanah dan warisan Islam Asia Tenggara di Aceh sedang kritis dan terancam dimusnahkan karena pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Banda Aceh. 

Baca Juga:
Surat Terbuka untuk Presiden Jokowi

Terkait hal itu, Cut mengaku sudah berkomunikasi langsung dengan Wakil Perdana Menteri Turki Fikri Isik, dan menegaskan bahwa mereka akan selalu peduli kepada Aceh. Turki, sambung Cut, juga ingin tahu lebih jauh dan mempelajari lebih lanjut tentang situasi darurat sejarah di Aceh. 

"Beliau (Wakil Perdana Menteri Turki) tegaskan bahwa bertekad untuk mengikuti jejak nenek moyangnya untuk peduli kepada Aceh," ujar Cucu Sultan Aceh keturunan Sultan Jauharul Alam Syah Johan Berdaulat Zilullah Fil Alam itu. 

Baca Juga:
Analisa BMKG Mengenai Gempa di Turki: Jadi Warning bagi Indonesia

Sebagai informasi, pembangunan proyek IPAL di Gampong Pande sempat dihentikan karena banyak ditemukan situs bersejarah seperti nisan makam raja dan ulama Aceh pada 2017 lalu. 

Namun, pada Februari 2021, pembangunan kembali dilanjutkan dan menuai kritik dari berbagai kalangan, termasuk keluarga kesultanan Aceh.(fh/sumber:antara)