Finlandia Borong 64 Jet Tempur F-35 dari Amerika Serikat: Sebenarnya Indonesia Tertarik

  • Oleh : Dirham

Senin, 13/Des/2021 13:49 WIB
Jet Tempur Buatan AS. Jet Tempur Buatan AS.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Pemerintah Finlandia menekan kesepakatan pembelian jet tempur F-35 dari produsen Amerika Serikat (AS), Lockheed Martin. Tak tanggung-tanggung, Negeri Suomi itu membeli 64 unit pesawat itu sekaligus.

Mengutip AFP, pembelian F-35 ini adalah kesepakatan senjata terbesar Finlandia. Nilai transaksi pembelian itu sebesar US$ 9,5 miliar atau setara dengan Rp 135 triliun. Nantinya, F-35 pertama akan dikirim ke Finlandia pada 2026 dan proses pengiriman akan selesai pada 2030 mendatang.

Baca Juga:
Perkuat Angkatan Udara, Menhan Prabowo Borong 2 Pesawat Taktis Airbus A400M

"F-35 memenuhi tuntutan kesiapan, kerja sama industri dan biaya," kata Menteri Pertahanan Antti Kaikkonen pada konferensi pers akhir pekan. "Dalam perbandingan kemampuan militer, sistem keseluruhan F-35 adalah yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan kami."

Tak hanya pembelian pesawat, kesepakatan ini juga akan mencakup rudal udara-ke-udara AMIRAAM dan Sidewinde. Ada juga serta suku cadang, solusi pelatihan, dan pemeliharaan pesawat hingga akhir 2030.

Keputusan Helsinki ini disayangkan beberapa produsen pesawat, terutama yang berasal dari Eropa. Dassault Aviation, pembuat jet temput Rafale, menyebut bahwa setiap pembelian yang dilakukan Finladia seharusnya mengutamakan produk dari benua yang sama.

"Sekali lagi kami menyadari dan menyesali preferensi Amerika yang berlaku di Eropa," ujar produsen pesawat itu.

F-35 sendiri merupakan pesawat paling anyar dengan kecepatan maksimum mach 1,6 dan daya jelajah hingga 2.800 km. Persenjataan yang mampu diboyong oleh sang burung besi tempur ini terdiri atas senjata ringan 1 × 25 mm (0,984 inci) GAU-22 / A 4-barel meriam putar dengan 180 peluru. 

Sebelumnya, Indonesia dikabarkan juga tertarik untuk membeli pesawat ini. Namun progres pembelian itu dilaporkan batal lantaran Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto yang menganggap bahwa pembuatan pesawat ini terlalu memakan waktu yang lama. (ds/sumber CNBC News Indonesia)