90 Persen Kecelakaan Bus dan Truk di Turunan, Ini Penjelasannya!

  • Oleh : Redaksi

Sabtu, 29/Janu/2022 20:50 WIB
Kecelakaan truk di jalan menurun disebabkan sopir yang tidak memahami teknik pengereman. Foto: cnnindonesia.com. Kecelakaan truk di jalan menurun disebabkan sopir yang tidak memahami teknik pengereman. Foto: cnnindonesia.com.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Ahli senior Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan menjelaskan hampir 90 persen kecelakaan bus dan truk terjadi di jalan menurun. Hal ini karena sebagian besar pengemudi mengabaikan teknik pengereman yang benar.

"Saya beritahu, hampir 90 persen lebih kecelakaan bus dan truk (karena) rem blong terjadi di jalanan menurun dan semuanya terjadi karena pengemudi mengabaikan teknik pengereman," tegas Achmad Wildan di Purwakarta, Jawa Barat.

Baca Juga:
Dua Koridor Baru Bus Trans Jatim Bakal Beroperasi Tahun ini, Catat Rute dan Waktunya

Menurut Achmad Wildan betapa pentingnya para pengemudi untuk mengetahui teknik pengereman yang benar dan baik dalam segala kondisi jalan yang dilalui.

Dia menjelaskan bahwa terdapat beberapa perbedaan teknik mengerem pada permukaan datar dengan di jalan menurun. Kalau di jalan datar, gerakan kendaraan itu dipengaruhi oleh putaran mesin, sementara di jalan menurun gerakan kendaraan dipengaruhi daya gravitasi.

"Ketika kita mengerem di jalan datar menggunakan service brake dengan rem pedal, maka putaran mesin menurun, berhenti, selesai. Tidak demikian halnya pada saat jalan menurun. Kita 'ngerem' dengan pedal, kemudian roda berhenti, pedal diangkat. Itu akan didorong lagi oleh daya gravitasi. Artinya itu nggak akan selesai," kata dia.

Dikatakan Ahmad, jika mengerem di jalan datar gunakanlah service brake atau rem pedal, tapi ketika di jalan menurun gunakanlah auxiliary brake (rem tambahan yang digunakan dengan kombinasi rem biasa pada truk atau kendaraan berat).

"Bentuknya apa? Ada engine brake, ada exhaust brake, ada namanya retarder yang terbaru," tambah dia.

Baca Juga:
Kemenhub Berangkatkan Peserta Balik Gratis Moda Bus dari 9 Terminal

Ketika para pengemudi sudah mengabaikan hal itu, besar kemungkinan mereka akan mengalami kejadian yang tidak diinginkan. Dalam hal ini, kendaraan akan mengalami brake fading (daya cengkram kampas rem berkurang karena panas atau pemakaian berulang atau dalam kondisi kecepatan tinggi), angin tekor dan juga vapor lock (minyak rem terlalu panas sehingga mengurangi kemampuan rem).

Ketika kendaraan yang digunakan mengalami brake fading atau kampasnya panas, maka kampas rem pada kendaraan itu akan menjadi licin dan kemungkinan roda akan tetap berputar.

"Ketika saya tanya pengemudinya apa yang bapak rasakan? Saya bisa ngerem, tapi roda mutar saya bisa simpulkan bahwa mobil itu mengalami brake fading. Contohnya itu kecelakaan bus Padma di Sumedang," kata dia.

Berbeda hal nya ketika kendaraan mengalami kejadian rem angin tekor, kejadian ini akan membuat rem terasa lebih berat ketika hendak akan diinjak untuk melakukan pengereman.

"Yang kedua angin tekor, yang dirasakan pengemudi apa? Pedalnya mbagel, keras, nggak bisa diinjak. Contohnya di mana? Di FO (Flyover) Kretek sama di bus Purnamasari, karena tekanan anginnya di bawah 6 bar," kata dia.

"Yang ketiga vapor lock, yaitu minyak remnya mendidih karena kandungan airnya dalam minyak rem sangat tinggi. Contohnya di Cikidang," tambah Ahmad mengutip CNNIndonesia, Jumat (28/1/2022). (dn/sumber: cnnindonesia.com)

Baca Juga:
KNKT: Penyebab Kecelakaan di Tol KM 58, Pengemudi Travel Tidak Resmi Bekerja Over Time