Para Orangtua di Rusia Ketakutan Dengar Kata "Kargo 200`, Apa Sebabnya?

  • Oleh : Redaksi

Kamis, 03/Mar/2022 05:06 WIB
foto:istimewa/antara foto:istimewa/antara

KIEV (BeritaTrans.com) - Ribuan tentara Rusia diperkirakan telah tewas karena invasi yang diperintahkan Vladimir Putin ke Ukraina. Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina mengeklaim pada Senin (28/2/2022) malam, ada 5.700 tentara Rusia yang tewas setelah lima hari pertempuran. Koresponden Sky News di Moskwa, Diana Magnay, mengatakan bahwa kematian itu perlahan-lahan menjadi fakta bagi orang-orang Rusia. 

Magnay mengatakan, para ibu di Rusia merasa ketakutan, sedih, dan putus asa ketika mendengar kata “Kargo 200”. Apa sebabnya? Sky News melaporkan, Kargo 200 adalah kode militer era Uni Soviet dan pasca-Uni Soviet untuk pengangkutan mayat dari medan perang. Kode itu menjamur di kalangan warga sipil selama invasi Uni Soviet ke Afghanistan pada 1980-an. 

Baca Juga:
Dubes Ukraina Sebut Tokoh Perjuangan RI Simbol Lawan Agresi Rusia

Kala itu, ada ribuan tentara Uni Soviet kembali ke rumah dalam kondisi terbaring di dalam peti masti seng. Pasukan Univ Soviet di Afghanistan juga terdiri atas orang-orang Ukraina. Karena itulah, persaudaraan rakyat antara kedua negara sebenarnya sangat dekat. Ketika seorang ibu mendapat kata Kargo 200, maka anaknya yang menjadi tentara Rusia yang diterjunkaan ke Ukraina akan kembali di dalam peti mati. Ukraina telah membuat situs web dan saluran telegram bernama 200rf.com, mengacu pada Kargo 200, sehingga orang-orang Rusia dapat melacak dan mengidentifikasi putra mereka. 

Komite Ibu Prajurit yang dibentuk selama perang Rusia di Chechnya pada 1989 juga berusaha membantu keluarga tentara yang dikirim ke Ukraina. Banyak dari tentara juga tampaknya tidak tahu sampai saat terakhir bahwa merekalah yang akan dikirim untuk berperang. Komite Ibu Prajurit dilarang bekerja dengan tentara secara langsung di bawah pembatasan baru. Tetapi, masih ada celah di mana mereka dapat membantu keluarga.(amt/sumber:kompas.com)

Baca Juga:
4 Presiden Negara Eropa Kunjungi Ukraina, Desak Putin Diadili