Ditjen Hubdat Dorong Angkutan Perintis Tumbuh jadi Komersil

  • Oleh : Naomy

Selasa, 07/Feb/2023 17:25 WIB
Media breafing Ditjen Hubdat Media breafing Ditjen Hubdat

 

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Dtjen Perhubungan Darat Kementerian Perhububgan mendorong angkutan perintis bertumbuh menjadi komersil.

Baca Juga:
Sesditjen Hubdat Bersama Komisi V DPR Tinjau Terminal Tipe A Purboyo

"Kalau daerah itu bisa menjadi komersil maka secara ekonomis itu sudah mulai menjadi daerah berkembang," jelas Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Amirulloh di Jakarta, Selasa (7/2/2023).

Sejak tahun 2020 menurutnya, ada 10 trayek angkutan jalan perintis yang menjadi komersil. 

Baca Juga:
Ditjen Hubdat Sosialisasi Peraturan Uji Berkala

Di peta keperintisan yang terlihat ada di seluruh provinsi, kita ada di seluruh Indonesia.

Tak jauh berbeda dengan angkutan jalan perintis, angkutan barang perintis juga hadir di wilayah-wilayah 3TP yang sangat membutuhkan sarana transportasi bagi barang kebutuhan masyarakat seperti di Tanjung Selor, Timika, Natuna, Merauke, dan Banda Aceh. 

Baca Juga:
Ditjen Hubdat Ungkap Strategi Atasi Kecelakaan Berulang dalam FGD

“Angkutan barang perintis hadir di daerah- daerah yang terintegrasi dengan tol laut karena itu hadir di pelabuhan yang ada rute tol lautnya. Dari evaluasi kami, selain disparitas harga yang mulai berkurang bahwa ada harga yang mulai turun dengan kehadiran pelayanan ini,” urainya.

Di sisi lain, untuk angkutan penyeberangan perintis, pihaknya sudah ada konsep Sabuk di mana perintis merupakan bagian dari Sabuk Penyeberangan. 

Dalam lima tahun terakhir, total lintas penyeberangan perintis yang dikomersilkan sebanyak 24 lintas. 

"Salah satu kriteria angkutan penyeberangan perintis yang dijadikan komersil jika load factor nya melebihi 60%," kata dia.

Dalam paparannya tersebut, Amirulloh menyampaikan bahwa salah satu peran keperintisan angkutan penyeberangan antara lain menghubungkan daerah 3TP dengan daerah yang sudah maju.

Meningkatkan perekonomian daerah, menjaga tingkat inflasi, dan pemerataan pembangunan. 

“Salah satu manfaatnya, pada saat kapal docking dan tidak beroperasi karena cuaca buruk maka di daerah tersebut inflasi naik 2,5%. Karena pasokan bahan pokok tidak dapat diangkut,” jabarnya.

Hadir dalam acara Media Briefing tersebut yakni Direktur Angkutan Jalan Suharto, Direktur Transportasi Sungai, Danau, dan Penyeberangan Junaidi, serta pengamat transportasi, Djoko Setijowarno. (omy)