Konstruksi Bendungan PLTA Kayan Cascade Ditargetkan Dibangun Mulai Tahun 2024

  • Oleh : Naomy

Minggu, 10/Des/2023 19:15 WIB
Peninjauan proyek PLTA di Kaltara Peninjauan proyek PLTA di Kaltara

TANJUNGSELOR (BeritaTrans.com) - Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan Cascade, di Tanjungselor, Kalimantan Utara, terus dikebut PT Kayan Hydro Energi (KHE) selaku pemilik. 

PT KHE menargetkan konstruksi pembangunan bendungan pertama dapat dimulai tahun depan.

Baca Juga:
Keberadaan PLTA Kayan jadi Legacy Jokowi untuk Energi Bersih

Saat ini pembangunan PLTA yang bakal memiliki kapasitas total 9000 MW itu telah memasuki tahap pembangunan diversion channel (saluran pengalihan) yang dilakukan melalui peledakan.

"Sekarang kami berkonsentrasi di diversion channel supaya paling tidak tahun depan itu sudah selesai dan kami bisa mengalihkan sungai untuk melakukan konstruksi bendungan Kayan," tutur Direktur Operasional KHE Khaerony, usai Doa dan Syukur atas pengoperasian PLTA Kayan Cascade di area pembangunan PLTA Kayan Cascade, Desa Muara Pengean, Kecamatan Peso, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), Ahad (10/12/2023). 

Baca Juga:
KHE dan Sumitomo Sepakati Kerja Sama Pembangunan PLTA Kayan

Acara doa dan syukur dihadiri Presiden MADN (Majlis Adat Dayak Nasional) Marthin Billa, Ketua DAD (Dewan Adat Daerah)Provinsi Kaltara Johny Laing Impang, Wakil Gubernur Provinsi Kaltara Jansen Tipa Padan, Wakil Bupati Bulungan Ingkong Ala, Pemuka Masyarakat Adat Dayak Sungai Kayan, tokoh-tokoh dari Kecamatan Peso, dan pemuka masyarakat dari 12 desa sekitar Kecamatan Peso.

Khaerony menegaskan, untuk progres total pembangunan PLTA Kayan Cascade ini belum bisa dipastikan. Namun berdasarkan tinjauan dari Kementerian PUPR, KLHK dan instansi terkait lainnya pada Agustus 2023, pembangunan telah mencapai 27%.

Baca Juga:
Mantap, Progres PLTA Kayan Signifikan

"Pastinya sekarang ada perubahan cukup drastis. Kami di sini menggunakan konsultan pengawas Indah Karya. Itu artinya yang mengawasi itu nanti, yang bisa membuat laporannya ke kami," paparnya.

PLTA Kayan Cascade ini akan memanfaatkan area sepanjang aliran air Sungai Kayan, di Kecamatan Peso, Kabupaten Bulungan, Kaltara.

Terdiri atas lima bendungan dengan 5–6 unit turbin pembangkit pada tiap bendungannya. PLTA ini akan menghasilkan listrik bersih dengan total 9.000 Megawatt. 

"Proyek ini juga akan menarik investasi hingga US$17,8 miliar," kata dia. 

Untuk pembangunan proyek ini PT KHE telah bermitra dengan perusahaan energi asal Jepang Sumitomo Corporation.

Listrik yang dihasilkan oleh proyek PLTA ini akan menyuplai kawasan industri hijau di Kaltara dan Ibukota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. 

Kata Khaerony, PLTA ini juga akan memasok kebutuhan listrik di Pulau Kalimantan, termasuk kawasan industri hijau yang dikembangkan oleh PT Indonesia Strategis Industri (ISI).

Salah satu perusahaan yang akan beroperasi di kawasan industri tersebut, PT Green Amoniak Indonesia berharap, PLTA Kayan Cascade segera dapat beroperasi, sehingga mereka dapat memulai pembangunan pabrik amoniak di kawasan industri hijau. 

Selain listrik dari PLTA, amoniak ini juga akan memanfaatkan air sebagai bahan baku sebagai ganti gas. 

"Kami sangat berharap proyek PLTA ini segera selesai. Kalau ini sudah pasti kami baru bangun pabrik. Kami akan menyelaraskan pembangunan pabrik sesuai dengan pembangunan PLTA ini," ujar Presiden Direktur PT Green Amoniak Indonesia Hari Supriyadi. 

Dia mengatakan pihaknya bisa saja menggunakan listrik PLN untuk pembangunan pabrik tersebut. Namun tidak dilakukan karena nantinya tidak lagi menghasilkan produk hijau.

Pihaknya jug akan membangun dua pabrik di kawasan ISI. Selain pabrik amoniak juga adalah pabrik hidrogen. 

"Namun yang baru konfirmasi dan sudah tandatangan MOU adalah pabrik amoniak. Total kedua pabrik tersebut membutuhkan daya listrik sekitar 600 MW," jabar dia.

Dia menambahkan, pabrik amoniak yang akan dibangun nanti akan memproduksi amoniak 300 ton per hari atau sekitar 100 ribu ton per tahun

Amoniak tersebut akan diekspor ke sejumlah negara di antaranya Jepang dan Korea Selatan.

"Amoniak dan hidrogen
kami targetnya satu juta saja ton saja ini bisa jadi yang terbesar. Karena kita tahu penggunaan amoniak sekarang menjadi besar sebagai fuel. Jadi penggunaan amoniak dan hidrogen ini menjadi suatu loncatan ke depan. Mobil misalnya Toyota itu, tidak lagi konsen ke mobil listrik tapi ke mobil hidrogen," tutup Hari. (omy)