Kekerasan Taruna Berujung Maut di STIP, Senior Diperiksa

  • Oleh : Redaksi

Sabtu, 04/Mei/2024 22:13 WIB
Foto:Istimewa Foto:Istimewa

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Perpeloncoan berujung maut kembali terjadi. 

Seorang siswa taruna di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) di Cilincing, Jakarta Utara, tewas di tangan seniornya sendiri. Korban, PSAR (19) laki-laki diduga tewas karena mendapatkan kekerasan dari beberapa orang.

Baca Juga:
BPSDMP Sampaikan Duka Mendalam Atas Wafatnya 1 Taruna STIP dan Evaluasi untuk Pembenahan Pola Pengasuhan

Kejadian itu diduga terjadi di toilet kampus barunya pada Jumat (3/5/2024).

Siswa taruna asal Bali itu pun meninggal dunia setelah dipukul tepat di ulu hati.

Baca Juga:
Jajaki Kerjasama SDM Pelayaran, Korea Shipping Association (KSA) Kunjungi Kampus STIP Jakarta

Saat dilarikan ke Rumah Sakit Taruma Jaya, Kabupaten Bekasi, nyawa PSAR tak tertolong.

Kabar tewasnya mahasiswa tersebut dibenarkan oleh Kapolsek Cilincing, Kompol Fernando Saharta Saragi.

Baca Juga:
Stakholders Day and Public Hearing Upaya Meningkatkan Sinergi dan Kolaborasi Dunia Pendidikan Dan Industri Maritim Dalam Mendukung Transportasi Berkelanjutan

"Ya, benar (ada siswa Taruna meninggal)," kata Fernando saat dihubungi, Jumat (3/5/2024).

Laporan ini juga sampai di Polres Metro Jakarta Utara.

Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Gidion Arif Setyawan mengatakan, korban merupakan siswa tingkat satu di kampus tersebut.

"Kami Polres Metro Jakarta Utara menerima LP (laporan) meninggalnya seseorang berinisial P."

"Pada waktu kondisi meninggal ini ada di RS Taruma Jaya, yang bersangkutan adalah salah satu siswa tingkat 1 di STIP," kata Gidion, Jumat (3/5/2024).

Gidion menjelaskan, pihak kepolisian masih mendalami penyebab tewasnya mahasiswa pelayaran tersebut. Namun, dugaan sementara PSAR mendapatkan penganiayaan dari seniornya.

"Ada dugaan akibat kekerasan yang dilakukan oknum seniornya tingkat 2 dalam kegiatan tadi pagi yang dilakukan oleh senior-seniornya terhadap korban," ucap Gidion.

Saat ini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan untuk mengetahui duduk perkara kasus tersebut.

"Kami masih mendalami secara utuh bagaimana rangkaian peristiwanya," jelas Gidion.

Sejumlah anggota Polres Metro Jakarta Utara pun segera mendatangi lokasi kejadian. Mereka mengumpulkan keterangan dan olah tempat kejadian perkara (TKP).

Polisi juga sudah memeriksa 10 orang yang diduga terlibat dalam aksi kekerasan ini.

Mereka tak lain adalah para senior korban.

"Sambil berjalan, kami juga sudah memeriksa 10 orang lebih untuk menceritakan peristiwa kejadiannya seperti apa," kata Gidion.

Meski begitu, belum diketahui berapa orang yang akan diamankan terkait kasus dugaan penganiayaan tersebut. 

"Sambil berjalan ini kita mungkin hari ini bisa memeriksa 10 orang lebih untuk menceritakan peristiwa yang terjadi," ujar Gidion.

Nantinya, pemeriksaan ini bisa menjadi jalan penyidik untuk menentukan siapa sosok yang diduga melakukan penganiayaan hingga menewaskan mahasiswa sekolah pelayaran itu.

"Masih dalam penyelidikan lebih lanjut, karena kita harus menyamakan antara CCTV dengan keterangan para pihak," jelas Gidion.

Ketua STIP Jakarta, Ahmad Wahid mengklaim kasus penganiayaan ini di luar kuasanya.

Ahmad menjelaskan penganiayaan yang dilakukan terduga pelaku TRS (21) terhadap korban, murni masalah pribadi antarkeduanya.

"Itu di luar kuasa kita, karena tadi tidak ada dalam program kita."

"Budaya itu (perpeloncoan) sudah kita hilangkan, jadi ini murni person to person," kata Ahmad, Jumat malam.

Selama menjabat sebagai ketua, perpeloncoan senior ke junior sudah dihapus.

"Karena itu (perpeloncoan) penyakit turun temurun. Saya sendiri sudah setahun di sini saya hapus semua itu nggak ada," ucap Ahmad.

Pihaknya pun dipastikan akan memberikan sanksi tegas terhadap terduga pelaku apabila terbukti bersalah dalam kasus ini.

"Yang jelas terduga pelaku sanksinya kita keluarkan, karena sesuai tata tertib taruna yang berlaku, (orang yang) bersalah karena kekerasan kalau terbukti akan kita berikan sanksi," tegas Ahmad.(fhm)